JURNAL KEPERAWATAN TROPIS PAPUA https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp <div style="background-color: #ebfeec; border: 1px solid #bae481; border-radius: 5px; text-align: justify; padding: 10px; font-family: sans-serif;"><strong>Jurnal Keperawatan Tropis Papua (JKTP) </strong>is a publication media for scientific works in the field of nursing in the form of research articles, literature reviews, book reviews, comments, news on scientific activities, and other articles considered to be acceptable to the editorial board. <strong>Scientific coverage is prioritized in the field of Tropical Nursing</strong> and its relevance to fundamental fields in the nursing profession. <p><strong>JOURNAL INFORMATION</strong></p> <ol> <li><strong>Journal Title:</strong> Jurnal Keperawatan Tropis Papua</li> <li><strong>Initials:</strong> JKTP</li> <li><strong>Abbreviation:</strong> j. keperawatan tropis Papua</li> <li><strong>DOI:</strong> <a href="https://doi.org/10.47539" target="_blank" rel="noopener">https://doi.org/10.47539</a></li> <li><strong>ISSN (print) : </strong><a href="http://issn.pdii.lipi.go.id/issn.cgi?daftar&amp;1360849444&amp;1&amp;&amp;" target="_blank" rel="noopener">-</a></li> <li><strong>ISSN (online):</strong> <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1539234862" target="_blank" rel="noopener">2654-5756</a> </li> <li><strong>OAI Address:</strong> <a href="https://jurnalpoltekkesjayapura.com/jktp/oai" target="_blank" rel="noopener">OAI</a></li> <li><strong>Editor in Chief:</strong> Zeth Roberth Felle</li> <li><strong>Frequency: 2</strong> issues per year (June and December)</li> <li><strong>Publisher:</strong> Poltekkes Kemenkes Jayapura</li> </ol> Jurnal Keperawatan Tropis Papua has received national accreditation since December 2023, with Sinta ranked 4th. It is valid for 5 years based on the decision of the Ministry of Education, Culture, Research and Technology/National Research and Innovation Agency RI Number: 152/E/KPT/2023.</div> <p> </p> Poltekkes Kemenkes Jayapura en-US JURNAL KEPERAWATAN TROPIS PAPUA 2654-5756 <p align="justify">Authors who publish with Jurnal Keperawatan Tropis Papua (JKTP) agree to the following terms:</p> <p align="justify">Authors retain copyright and grant Jurnal Keperawatan Tropis Papua (JKTP) right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License <a href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/" target="_blank" rel="noopener">CC-BY-SA</a> that allows others to remix, adapt, build upon the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication and initial publication in this journal.</p> <p align="justify">Authors can enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.</p> <p align="justify">Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) before and during the submission process, as it can lead to productive exchanges and earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).</p> PERBANDINGAN EFEKTIVITAS METODE VIDEO DAN DEMONSTRASI TATAP MUKA DALAM PRAKTIKUM PEMASANGAN INFUS https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/359 <p>Penerapan praktik laboratorium dengan menggunakan video meskipun diharapkan mampu memberikan pengalaman praktik yang sama dengan tatap muka di laboratorium, namun memunculkan pertanyaan pada praktisi laboratorium keperawatan tentang efektivitas media video sebagai media pembelajaran tunggal. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas metode video dan demonstrasi tatap muka dalam praktikum pemasangan infus. Penelitian ini merupakan <em>true eksperiment</em> dengan <em>pre-post test design</em> yang dilakukan pada mahasiswa Program Studi program studi Diploma III Keperawatan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Jayapura pada bulan Juni - September 2023. Sampel penelitian berjumlah 52 orang yang dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu yang diberikan pembelajaran secara tatap muka dan kelompok yang diberikan pembelajaran dengan video. Analisis data menggunakan uji <em>Mann-whitney</em>, uji <em>wilcoxon</em> dan uji t berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan secara signifikan nilai rata-rata sebelum dan sesudah pada masing-masing kelompok pemberian pembelajaran dengan diberikan video (p= 0,001) dan pembelajaran tatap muka (p= 0,000). Ada perbedaan rata-rata skor nilai keterampilan tentang kompetensi pemasangan infus antara kelompok yang diberikan video dengan kelompok tatap muka (p= 0,047). Sedangkan pada pengetahuan, tidak ada perbedaan antara kelompok yang diberikan video dan demonstrasi tatap muka (p= 0,552). Pembelajaran dengan pemberian video dapat dipertimbangkan sebagai media pembelajaran praktikum pemasangan infus.</p> <p><em>Abstract</em></p> <p><em>The implementation of laboratory practices using videos, although expected to provide the same practical experience as face-to-face in the laboratory, raises questions among nursing laboratory practitioners about the effectiveness of video media as a single learning medium. This study aims to test the effectiveness of video methods and face-to-face demonstrations in intravenous infusion practicum. This research is a true experiment with a pre-post test design conducted on students of the Diploma III Nursing Study Program, Politeknik Kesehatan Kemenkes Jayapura in June - September 2023. The research sample consisted of 52 people who were divided into 2 groups: those given face-to-face learning and a group given learning with videos. Data analysis used the Mann-Whitney test, Wilcoxon test, and paired t-test. The results showed a significant difference in the average value before and after in each learning group given with videos (p= 0.001) and face-to-face learning (p= 0.000). There is a difference in the average skill score about the competence of intravenous infusion installation between the group given the video and the face-to-face group (p= 0.047). Meanwhile, in knowledge, there is no difference between the group given video and face-to-face demonstration (p= 0.552). Learning with video provision can be considered as a learning medium for intravenous infusion practicum.</em></p> Sunarti Sunarti Hugo Kingson Borneo Fitri Dia Muspitha Marjuannah Copyright (c) 2023 Sunarti Sunarti, Hugo Kingson Borneo, Fitri Dia Muspitha, Marjuannah https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2023-12-29 2023-12-29 6 2 45 50 10.47539/jktp.v6i2.359 EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PENYAPU JALAN RAYA https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/351 <p>Penyapu jalan merupakan kelompok rentan yang dapat mengalami berbagai masalah kesehatan. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pemahaman penyapu jalan terkait penggunaan alat pelindung diri (APD). Sehingga pendidikan kesehatan kesehatan tentang penggunaan APD perlu dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap penyapu jalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pendidikan kesehatan tentang penggunaan APD pada penyapu jalan raya di Kota Pekanbaru. Penelitian ini menggunakan desain pre-eksperimental dan <em>pre</em>-<em>post test one group design</em>. Teknik purposive sampling diterapkan untuk mengumpulkan data dari 34 responden yang terlibat dalam penelitian ini. Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji <em>Wilcoxon</em>. Temuan dari penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata pengetahuan sebelum intervensi adalah 8,44, sedangkan setelah intervensi mencapai 10,82. Adapun rata-rata sikap sebelum intervensi adalah 33, sedangkan setelah intervensi meningkat menjadi 36,59. Hasil uji statistik menyatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata pengetahuan dan sikap penyapu jalan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan APD (p= 0,000). Pendidikan kesehatan efektif terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap penyapu jalan tentang penggunaan APD.</p> <p><em>Abstract</em></p> <p><em>Street sweepers are a vulnerable group that can experience various health problems, often due to a lack of understanding about the use of personal protective equipment (PPE). Therefore, health education on the use of PPE is necessary to improve the knowledge and attitudes of street sweepers. This study aims to determine the effectiveness of health education on the use of PPE among street sweepers in Pekanbaru City. This research employed a pre-experimental design with a </em><em>pre-</em><em>post</em> <em>test </em><em>one group</em> <em>design</em><em>. Purposive sampling technique was applied to collect data from 34 respondents involved in this study. Bivariate analysis was conducted using the Wilcoxon test. The findings from the study indicate that the average knowledge score before the intervention was 8.44, while after the intervention, it reached 10.82. The average attitude score before the intervention was 33, which increased to 36.59 after the intervention. Statistical test results state a difference in street sweepers' average knowledge and attitudes before and after receiving health education about using PPE (p= 0.000). Health education effectively improves street sweepers' knowledge and attitudes regarding using PPE.</em></p> Zahra Hunafa Arneliwati Niken Yuniar Sari Copyright (c) 2023 Zahra Hunafa, Arneliwati, Niken Yuniar Sari https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2023-12-31 2023-12-31 6 2 51 55 10.47539/jktp.v6i2.351 GAMBARAN INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL PADA LANSIA https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/353 <p>Peningkatan jumlah pendudukan usia lanjut memerlukan perhatian agar mereka dapat menikmati kehidupan yang sejahtera di masa tua. Penggunaan sosial media dapat memberikan dampak positif pada lansia dalam berkomunikasi dan memberikan dukungan sosial pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan intensitas penggunaan media sosial pada lansia. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif di Kelurahan Labuh Baru Timur (Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki) Kota Pekanbaru pada bulan Juli 2023. Sampel penelitian terdiri dari 100 responden yang dipilih melalui teknik <em>accidental sampling</em><em>. </em>Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden lansia berada dalam rentang usia 60-69 tahun (92%), dengan mayoritas berjenis kelamin perempuan (56%). Media sosial yang paling sering digunakan oleh lansia adalah <em>WhatsApp</em> (76%), diikuti oleh <em>Youtube</em> (54%). Dari segi aspek penggunaan media sosial, mayoritas lansia menunjukkan perhatian rendah terhadap penggunaan sosial media (61%), penghayatan rendah terhadap penggunaan sosial media (74%), durasi penggunaan sosial media yang rendah (55%), dan frekuensi penggunaan sosial media yang rendah (71%). Secara keseluruhan, intensitas penggunaan media sosial pada lansia cenderung rendah (52%). Diharapkan para lansia dapat lebih bijaksana dalam menggunakan dan memanfaatkan media sosial dengan mengatur waktu penggunaannya, sehingga dapat menghindari risiko terkait masalah kesehatan.</p> <p><em>Abstract</em></p> <p><em>The increasing number of elderly people requires attention so they can enjoy a prosperous life in their later years. The use of social media can have a positive impact on the elderly in terms of communication and providing social support. This study aims to describe the intensity of social media usage among the elderly. It employs a quantitative descriptive design in Labuh Baru Timur (Work Area of Puskesmas Payung Sekaki), Pekanbaru City, in July 2023. The sample consists of 100 respondents selected through accidental sampling. Data collection was conducted using a questionnaire, and data analysis was performed using descriptive analysis methods. The results show that the majority of elderly respondents are aged 60-69 years (92%), with a majority being female (56%). The most frequently used social media among the elderly is WhatsApp (76%), followed by YouTube (54%). In terms of social media usage aspects, the majority of the elderly show low attention to social media usage (61%), low appreciation of social media usage (74%), low duration of social media usage (55%), and low frequency of social media usage (71%). Overall, the intensity of social media use among the elderly tends to be low (52%). It is hoped that the elderly can be more prudent in using and utilizing social media by managing their usage time, thereby avoiding health-related risks.</em></p> Selly Anjely Ari Rahmat Aziz Widia Lestari Copyright (c) 2023 Selly Anjely, Ari Rahmat Aziz, Widia Lestari https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2023-12-31 2023-12-31 6 2 56 61 10.47539/jktp.v6i2.353 GRATITUDE DENGAN STRES PASIEN TUBERKULOSIS PARU https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/358 <p>Tuberkulosis (TB) paru merupakan salah satu penyakit yang membutuhkan waktu pengobatan lama sehingga rentan mengalami stres. Stres yang dialami pasien tuberkulosis paru sangat berfariatif mulai dari normal, ringan, sedang, parah, hingga sangat parah. Praktik kebersyukur (gratitude) dapat memicu perasaan positif dan mengurangi gangguan emosi yang berdampak pada kesehatan mental, seperti kecemasan, stres, bahkan depresi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan gratitude dengan stres pada pasien TB paru di kecamatan Mojowarno kabupaten Jombang. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini sejumlah 241 responden dengan sampel 150 responden dan pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Kuesioner <em>Depression, Anxiety, and Stress Scale</em>-21 (DASS-21) digunakan untuk menilai stress dan <em>Gratitude Questionnaire</em>-6 (GQ-6) untuk mengukur gratitude pada pasien. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan uji spearman rank. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa 58,7% responden memiliki tingkat gratitude tinggi, 39,3% sedang dan 2% rendah. Hasil analisa data stres menunjukkan 52% tidak mengalami stres, 38% stres ringan, 8,7% stres sedang dan 1,3% stres berat. Hasil uji korelasi spearman rank diperoleh nilai p= 0,005 yang artinya terdapat hubungan antara gratitude dengan stress pada pasien tuberkulosis paru. Hal ini berimplikasi bahwa gratitude menjadi dasar bagi seorang pasien tuberkulosis paru dalam mengurangi stres.</p> <p><em>Abstract</em></p> <p><em>Pulmonary tuberculosis (TB) is a disease that requires a long treatment time, making it susceptible to stress. The stress experienced by pulmonary tuberculosis patients varies from normal, mild, moderate, severe, to very severe. The practice of gratitude can trigger positive feelings and reduce emotional disorders that impact mental health, such as anxiety, stress, and even depression. The aim of this research is to determine the relationship between gratitude and stress in pulmonary TB patients in Mojowarno sub-district, Jombang district. This research uses quantitative observational analytical methods with a cross sectional approach. The population in this study was 241 respondents with a sample of 150 respondents and sampling used simple random sampling. The Depression, Anxiety, and Stress Scale</em>-21 (DASS-21) <em>questionnaire is used to assess stress and the Gratitude Questionnaire-6 (GQ-6) to measure gratitude towards patients. The data analysis method used is the Spearman rank test. The results of the research showed that 58.7% of respondents had a high level of gratitude, 39.3% had a medium level and 2% had a low level. The results of stress data analysis showed that 52% experienced no stress, 38% had mild stress, 8.7% had moderate stress and 1.3% had severe stress. The results of the Spearman rank correlation test obtained a value of p= 0.005, which means there is a relationship between gratitude and stress in pulmonary tuberculosis patients. This has the implication that gratitude is the basis for a pulmonary tuberculosis patient in reducing stress.</em></p> Ifa Nofalia Suhendra Agung Wibowo Copyright (c) 2023 Ifa Nofalia, Suhendra Agung Wibowo https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2023-12-31 2023-12-31 6 2 62 67 10.47539/jktp.v6i2.358 HUBUNGAN SEDENTARY LIFESTYLE DAN POLA TIDUR DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA REMAJA USIA 14-18 TAHUN https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/355 <p>Masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa disebut dengan masa remaja. <em>Sedentary lifestyle</em> adalah mencakup aktivitas apa pun yang dilakukan di luar tempat tidur, dengan posisi paling umum atau dominan adalah duduk dan berbaring, serta jumlah kalori yang terbakar minimal. Semakin lama seseorang melakukan <em>sedentary</em> semakin besar kemungkinan seseorang untuk mengalami beberapa masalah kesehatan, termasuk obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara <em>sedentary lifestyle</em> dan pola tidur dengan kejadian obesitas. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif menggunakan desain <em>cross-sectional</em> di Pekanbaru. Sampel penelitian sebanyak 277 responden dengan menggunakan teknik <em>stratified random sampling</em>. Pengukuran <em>sedendary lifestyle</em> menggunakan <em>Adolescent Sedentary Activity Questionnaire</em> (ASAQ). Analisis bivariat menggunakan uji <em>chi-square</em>. Hasil penelitian yang didapatkan karakteristik responden sebagian besar responden usia 16 tahun (51,4%) dan berjenis kelamin perempuan (58,5%). Sebanyak 66,4% remaja berada pada kategori <em>sedentary lifestyle</em> sedang. Ada hubungan hubungan antara <em>sedentary lifestyle </em>dengan kejadian obesitas pada remaja usia 14- 18 tahun (p= 0,031). Sedangkan pola tidur tidak berhubungan dengan kejadian obesitas (p=1,000). Sekolah dan orang tua dapat berperan aktif dalam memberikan edukasi dan fasilitas untuk mendukung gaya hidup aktif di kalangan remaja. Selain itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkaji faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi kejadian obesitas pada remaja, termasuk pola makan, faktor genetik, dan lingkungan sosial.</p> <p><em>Abstract</em></p> <p><em>The transition period between childhood and adulthood is called adolescence. A sedentary lifestyle includes any activity conducted outside of bed, with the most common or dominant positions being sitting and lying down and minimal calories burned. The longer an individual engages in sedentary behavior, the greater the likelihood of experiencing several health problems, including obesity. This study aims to determine the relationship between a sedentary lifestyle and sleep patterns and the incidence of obesity. It employs a descriptive method using a cross-sectional design in Pekanbaru. The study sample consisted of 277 respondents, selected using stratified random sampling. Sedentary lifestyle measurement was conducted using the Adolescent Sedentary Activity Questionnaire (ASAQ). Bivariate analysis was carried out using the chi-square test. The results showed that most respondents were 16 (51.4%) and female (58.5%). About 66.4% of adolescents were in the moderate sedentary lifestyle category. There was a significant relationship between a sedentary lifestyle and the incidence of obesity in adolescents aged 14-18 years (p= 0.031). However, sleep patterns were not related to the incidence of obesity (p=1.000). Schools and parents can play an active role in providing education and facilities to support an active lifestyle among adolescents. Furthermore, further research is needed to examine other factors that may influence the incidence of obesity in adolescents, including dietary patterns, genetic factors, and the social environment.</em></p> Fiqih Zakiyah ilyas Arneliwati Aminatul Fitri Copyright (c) 2023 Fiqih Zakiyah ilyas, Arneliwati, Aminatul Fitri https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2023-12-31 2023-12-31 6 2 68 73 10.47539/jktp.v6i2.355 TERAPI HANDHELD FAN TERHADAP DYSPNEA PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE DI RSUD KOTA BAUBAU https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/361 <p><em>Congestive heart failure</em> (CHF) merupakan penyakit penyebab kematian terbanyak kedua di Indonesia setelah stroke. Gejala yang sering ditemukan pada CHF adalah <em>dyspnea</em> diikuti nyeri dada dan jantung berdebar. <em>Paroxysmal nocturnal dyspnea</em> yang sering muncul dengan tiba-tiba menyebabkan gangguan tidur pada penderita. Terapi <em>handheld fan</em> merupakan suatu terapi yang dapat digunakan dalam menangani dyspnea dan telah direkomendasikan dalam penanganan dyspnea akut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi <em>handheld fan</em> terhadap dyspnea pada pasien CHF di RSUD Baubau. Desain penelitian menggunakan pre eksperimen <em>one group pretest-posttest</em><em> design</em> dengan jumlah sampel 20 responden yang dipilih secara <em>accidental sampling</em>. Pengumpulan data menggunakan instrumen <em>Modified Borg Scale</em> dan <em>handhel</em><em>d fan</em>. Uji statistik yang digunakan ialah <em>Wilcoxon Sign Rank Test</em>. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata dyspnea sebelum terapi handheld fan berada pada tingkat sesak nafas ringan (45%) dan setelah diberikan terapi <em>handheld fan </em>rata-rata berada pada tingkat sangat sedikit sesak nafas (70%). Terdapat pengaruh pemberian terapi <em>handheld fan </em>terhadap dyspnea pada pasien CHF di RSUD Kota Baubau (p= 0,000). Peneliti selanjutnya dapat menggunakan kipas genggam yang terstandar diameter dan kecepatan hembusan anginnya, menambahkan variabel penelitian seperti tingkat kenyamaan, alat ukur tambahan seperti respiratory rate dan saturasi oksigen.</p> <p><em>Abstract</em></p> <p><em>Congestive heart failure (CHF) is the second leading cause of death in Indonesia after stroke. Common symptoms found in CHF include dyspnea, followed by chest pain and palpitations. Paroxysmal nocturnal dyspnea often suddenly appears, causing sleep disturbances in patients. Handheld fan therapy is a treatment that can be used to manage dyspnea and has been recommended for acute dyspnea management. This study aims to determine the effect of handheld fan therapy on dyspnea in CHF patients at RSUD Baubau. The research design used a pre-experimental one-group pretest-posttest design with a sample of 20 respondents selected through accidental sampling. Data collection used the Modified Borg Scale instrument and a handheld fan. The statistical test used was the Wilcoxon Sign Rank Test. The results showed that the average dyspnea level before handheld fan therapy was mild breathlessness (45%), and after the therapy, it was very slightly breathless (70%). There was a significant effect of handheld fan therapy on dyspnea in CHF patients at RSUD Kota Baubau (p= 0.000). Future researchers could use a standardized handheld fan with a specified diameter and wind speed, add research variables like comfort level, and use additional measurement tools such as respiratory rate and oxygen saturation.</em></p> Andi Nurhikma Mahdi Ian Saputra Teti Susliyanti Hasiu Copyright (c) 2023 Andi Nurhikma Mahdi, Ian Saputra, Teti Susliyanti Hasiu https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2023-12-31 2023-12-31 6 2 74 79 10.47539/jktp.v6i2.361 HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, POLA ASUH, PENYAKIT INFEKSI DENGAN KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA USIA 12-59 BULAN https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/360 <p>Anak balita usia 12-59 bulan merupakan kelompok usia yang paling sering mengalami kekurangan gizi. Di Indonesia, masalah ini menjadi fokus kesehatan masyarakat, mengingat dampak jangka panjangnya pada perkembangan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi, pola asuh, dan penyakit infeksi dengan status gizi pada balita usia 12-59 bulan. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Ria, Kota Jayapura dengan menggunakan desain <em>cross-sectional</em>. Sampel penelitian adalah ibu yang memiliki balita usia 12 – 59 bulan yang berjumlah 91 orang yang ditetapkan menggunakan teknik <em>simple random sampling</em>. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang mengukur pengetahuan gizi, observasi pola asuh, dan catatan medis untuk penyakit infeksi. Analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 54,9% balita usia 12 – 59 bulan masuk dalam kategori status gizi kurang. Pengetahuan gizi (p= 0,000), pola asuh (p= 0,000) dan penyakit infeksi (p= 0,000) memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Ria. Temuan ini mengindikasikan bahwa perbaikan status gizi dapat dilakukan melalui peningkatan pengetahuan ibu tentang gizi dan pola asuh yang baik, serta pencegahan penyakit infeksi pada balita. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk melakukan studi longitudinal untuk mengkaji dampak jangka panjang dari faktor-faktor ini terhadap status gizi anak. Temuan ini dapat berkontribusi dalam pengembangan kebijakan dan program yang ditargetkan untuk mengatasi masalah gizi kurang pada anak-anak di Indonesia.</p> <p><em>Abstract</em></p> <p><em>Children aged 12-59 months are the age group most frequently experiencing nutritional deficiencies. In Indonesia, this issue has become a public health focus, considering its long-term impact on child development. This study aims to determine the relationship between nutritional knowledge, parenting patterns, and infectious diseases with the nutritional status of children aged 12-59 months. The research was conducted in the working area of Puskesmas Tanjung Ria, Jayapura City, using a cross-sectional design. The research sample consisted of 91 mothers with children aged 12 – 59 months, selected using simple random sampling technique. Data were collected through questionnaires measuring nutritional knowledge, observation of parenting patterns, and medical records for infectious diseases. Data analysis used the chi-square test. The results showed that 54.9% of children aged 12 – 59 months had poor nutritional status. Nutritional knowledge (p= 0.000), parenting patterns (p= 0.000), and infectious diseases (p= 0.000) were significantly related to the nutritional status in the working area of Puskesmas Tanjung Ria. These findings indicate that improvements in nutritional status can be achieved by increasing mothers' knowledge about nutrition and good parenting and preventing infectious diseases in toddlers. For future research, it is suggested that a longitudinal study be conducted to examine the long-term impact of these factors on children's nutritional status. These findings can contribute to developing targeted policies and programs to address the issue of poor nutrition in children in Indonesia.</em></p> Rosmin Mariati Tingginehe Evelin Ardhya Novita Tumbiri Copyright (c) 2023 Rosmin Mariati Tingginehe, Evelin Ardhya Novita Tumbiri https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2023-12-31 2023-12-31 6 2 80 85 10.47539/jktp.v6i2.360 HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI SEIMBANG PADA IBU HAMIL DALAM MENCEGAH STUNTING https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/354 <p>Stunting menjadi isu gizi yang aktual pada balita di era global masa ini. Karenanya, pemerintah Indonesia tengah berupaya mengurangi insiden stunting melalui langkah-langkah berupa intervensi gizi spesifik maupun intervensi gizi sensitif. Dukungan suami menjadi esensial bagi ibu hamil dalam pemenuhan kebutuhan gizi yang seimbang, di mana peran suami memiliki peran yang penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan pemenuhan kebutuhan gizi seimbang dalam mencegah stunting. Penelitian ini menggunakan desain <em>cross-sectional</em> yang dilakukan di Puskesmas Rejosari pada bulan Juni-Juli 2023. Sampel penelitian terdiri dari 105 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan dipilih menggunakan teknik <em>probability sampling.</em> Metode analisis yang diterapkan adalah analisis bivariat uji <em>Kolmogorov-Smirnov</em>. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden memiliki konsumsi energi yang normal (64,8%). Dukungan suami berada pada kategori tinggi pada dimensi informasional (73,3%), penilaian (73,3%) dan emosional (73,3%). Sedangkan pada dimensi instrumental, sebanyak 60% responden menyatakan mendapatkan dukungan dalam kategori rendah. Dukungan suami dalam bentuk dukungan informasional (p= 0,104), dukungan instrumental (p=0,429), dukungan penilaian (p= 0,051), dan dukungan emosional (p= 0,325) tidak berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan gizi seimbang ibu hamil. Hasil analisis pada variabel dukungan keluarga secara keseluruhan diperoleh nilai p= 0,425, yang menunjukkan tidak ada hubungan dukungan suami dengan pemenuhan kebutuhan gizi seimbang pada ibu hamil. Pentingnya pendekatan holistik dalam program intervensi nutrisi yang tidak hanya melibatkan dukungan suami, tetapi juga melibatkan faktor lain seperti pendidikan gizi, akses terhadap sumber makanan berkualitas, serta dukungan sosial dan kesehatan.</p> <p> </p> <p><em>Abstract</em></p> <p><em>Stunting has become a current nutritional issue among toddlers in this global era. Consequently, the Indonesian government strives to reduce the incidence of stunting through specific and sensitive dietary interventions. Husband's support is essential for pregnant women in fulfilling balanced nutritional needs, where the husband's role is significant. This study aims to determine the relationship between a husband's support and the fulfillment of balanced nutritional needs in preventing stunting. This research uses a cross-sectional design conducted at Rejosari Public Health Center in June-July 2023. The study sample comprised 105 respondents who met the inclusion criteria and were selected using probability sampling techniques. The applied analysis method is the bivariate Kolmogorov-Smirnov test. The study results show that most respondents have normal energy consumption (64.8%). Husband's support was in the high category in the informational (73.3%), appraisal (73.3%), and emotional (73.3%) dimensions. However, 60% of respondents in the instrumental dimension stated they received support in the low category. Husband's support in the form of informational support (p= 0.104), instrumental support (p=0.429), appraisal support (p= 0.051), and emotional support (p= 0.325) was not related to fulfilling pregnant women's balanced nutritional needs. The overall family support variable analysis yielded a p-value of 0.425, indicating no relationship between the husband's support and the fulfillment of balanced nutritional needs in pregnant women. The importance of a holistic approach in nutritional intervention programs is emphasized, involving both husband's support and other factors such as nutritional education, access to quality food sources, and broader social and health support.</em></p> Tania Aisyah Rinaldi Yulia Irvani Dewi Tesha Hestyana Sari Copyright (c) 2023 Tania Aisyah Rinaldi, Yulia Irvani Dewi, Tesha Hestyana Sari https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2023-12-31 2023-12-31 6 2 86 93 10.47539/jktp.v6i2.354