https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/issue/feedJURNAL KEPERAWATAN TROPIS PAPUA2025-06-30T07:16:03+09:00Zeth Roberth Fellezethfelle@gmail.comOpen Journal Systems<div style="background-color: #ebfeec; border: 1px solid #bae481; border-radius: 5px; text-align: justify; padding: 10px; font-family: sans-serif;"><strong>Jurnal Keperawatan Tropis Papua (JKTP) </strong>is a publication media for scientific works in the field of nursing in the form of research articles, literature reviews, book reviews, comments, news on scientific activities, and other articles considered to be acceptable to the editorial board. <strong>Scientific coverage is prioritized in the field of Tropical Nursing</strong> and its relevance to fundamental fields in the nursing profession. <p><strong>JOURNAL INFORMATION</strong></p> <ol> <li><strong>Journal Title:</strong> Jurnal Keperawatan Tropis Papua</li> <li><strong>Initials:</strong> JKTP</li> <li><strong>Abbreviation:</strong> j. keperawatan tropis Papua</li> <li><strong>DOI:</strong> <a href="https://doi.org/10.47539" target="_blank" rel="noopener">https://doi.org/10.47539</a></li> <li><strong>ISSN (print) : </strong><a href="http://issn.pdii.lipi.go.id/issn.cgi?daftar&1360849444&1&&" target="_blank" rel="noopener">-</a></li> <li><strong>ISSN (online):</strong> <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1539234862" target="_blank" rel="noopener">2654-5756</a> </li> <li><strong>OAI Address:</strong> <a href="https://jurnalpoltekkesjayapura.com/jktp/oai" target="_blank" rel="noopener">OAI</a></li> <li><strong>Editor in Chief:</strong> Zeth Roberth Felle</li> <li><strong>Frequency: 2</strong> issues per year (June and December)</li> <li><strong>Publisher:</strong> Poltekkes Kemenkes Jayapura</li> </ol> Jurnal Keperawatan Tropis Papua has received national accreditation since December 2023, with Sinta ranked 4th. It is valid for 5 years based on the decision of the Ministry of Education, Culture, Research and Technology/National Research and Innovation Agency RI Number: 152/E/KPT/2023.</div> <p> </p>https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/452Hubungan antara tingkat stres dan kualitas tidur pada mahasiswa keperawatan tingkat akhir2025-06-27T09:49:02+09:00Nasrahkaharnasrah@gmail.comKismiyati Kismiyatikisminugroho@gmail.comZeth Roberth Fellezethfelle@gmail.comFrengky Apayfrengkiapay@gmail.comTheresia Febriana Christi Tyas Utamitheresia.sintadikti@gmail.com<p>Mahasiswa keperawatan tingkat akhir menghadapi tekanan akademik dan klinis yang tinggi, yang dapat berdampak pada kualitas tidur. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat stres dan kualitas tidur pada mahasiswa keperawatan tingkat akhir. Penelitian ini menggunakan desain <em>cross setional</em>. Sebanyak 48 mahasiswa semester VIII pada Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jayapura dipilih secara acak. Tingkat stres diukur menggunakan <em>Student Stress Inventory</em> (SSI), sedangkan kualitas tidur dinilai menggunakan <em>Pittsburgh Sleep Quality Index</em> (PSQI). Data dianalisis dengan uji <em>Chi-square</em>, <em>odds ratio</em> (OR), dan uji t tidak berpasangan. Sebanyak 29,2% responden tergolong stres tinggi (skor SSI >96), sedangkan 50% memiliki kualitas tidur buruk (skor PSQI >5). Terdapat hubungan signifikan antara tingkat stres dan kualitas tidur (p=0,026; OR=5,92; 95% CI: 1,38–25,30). Selain itu, ditemukan perbedaan signifikan dalam durasi tidur (p= 0,023) dan skor total PSQI (p= 0,044) antara kelompok mahasiswa dengan kategori stres tinggi dan rendah. Mahasiswa dengan stres tinggi memiliki kemungkinan lebih besar mengalami kualitas tidur buruk. Diperlukan intervensi institusional untuk membantu mahasiswa mengelola stres dan meningkatkan kualitas tidur, terutama menjelang akhir masa studi mereka.</p> <p><em>Final-year nursing students face intense academic and clinical pressures, which may negatively impact their sleep quality. This study aimed to analyze the relationship between stress levels and sleep quality among final-year nursing students. A cross-sectional design was employed. A total of 48 eighth-semester students from the Applied Bachelor of Nursing Program at Poltekkes Kemenkes Jayapura were randomly selected. Stress levels were measured using the Student Stress Inventory (SSI), while sleep quality was assessed using the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Data were analyzed using Chi-square tests, odds ratios (OR), and independent t-tests. A total of 29.2% of respondents were classified as having high stress (SSI score >96), and 50% reported poor sleep quality (PSQI score >5). A significant association was found between stress level and sleep quality (p=0.026; OR=5.92; 95% CI: 1.38–25.30). In addition, significant differences were found in sleep duration (p=0.023) and total PSQI scores (p=0.044) between students in the high-stress and low-stress categories. Students with high stress were more likely to experience poor sleep quality. Institutional interventions are needed to help students manage stress and improve sleep quality, especially toward the end of their academic program.</em></p>2024-06-25T00:00:00+09:00Copyright (c) 2025 Nasrah, Kismiyati Kismiyati, Zeth Roberth Felle, Frengky Apay, Theresia Febriana Christi Tyas Utamihttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/451Evaluasi diri mahasiswa keperawatan dalam praktik simulasi laboratorium gawat darurat dan kritis2025-06-25T09:43:31+09:00Hestia Magdalena01501210344@student.uph.eduMaria Regina Olifiani Koehuan01501210348@student.uph.eduMarry Angel Tuapetel01501210066@student.uph.eduEva Chris Veronica Gultomeva.gultom@uph.eduEdson Kasendaedson.kasenda@uph.edu<p>Praktik simulasi laboratorium menjadi metode penting dalam pendidikan keperawatan gawat darurat, namun evaluasi diri mahasiswa setelah pelatihan masih perlu diteliti lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran evaluasi diri mahasiswa keperawatan setelah mengikuti praktik simulasi laboratorium gawat darurat dan kritis. Metode penelitian menggunakan desain kuantitatif deskriptif dengan sampel 176 mahasiswa (teknik <em>convenience sampling</em>). Data dikumpulkan melalui kuesioner <em>Scale Evaluation Scale for</em> <em>Simulation Laboratory Practices</em> (SES-SLP) yang telah divalidasi (<em>Cronbach’s alpha</em> 0,916) dan dianalisis secara univariat. Hasil penelitian menunjukkan skor evaluasi diri rata-rata 75,6±9,1 (rentang 35-92), dengan faktor pengembangan (62,7±8,6) lebih tinggi daripada faktor penyulit (12,9±3,9). Sebanyak 50,6% responden sangat setuju simulasi meningkatkan pengetahuan, sedangkan 75,0% tidak setuju bahwa simulasi menyulitkan pembelajaran. Simulasi laboratorium efektif meningkatkan kompetensi mahasiswa, tetapi perlu pengembangan skenario untuk meminimalkan faktor stres.</p> <p><em>Laboratory simulation practice has become a crucial method in emergency nursing education; however, students' self-evaluation after training remains an area requiring further investigation. This study aims to explore the self-evaluation of nursing students following emergency and critical care simulation laboratory practice. A descriptive quantitative design was employed, involving 176 students selected through convenience sampling. Data were collected using the validated Scale Evaluation Scale for Simulation Laboratory Practices (SES-SLP) (Cronbach's alpha 0.916) and analyzed using univariate analysis. The results showed an average self-evaluation score of 75.6±9.1 (range 35–92), with the development factor (62.7±8.6) scoring higher than the hindering factor (12.9±3.9). A total of 50.6% of respondents strongly agreed that simulation improved their knowledge, while 75.0% disagreed that simulation hindered their learning. Laboratory simulation was found to be effective in enhancing student competence; however, scenario development is necessary to mitigate stress-related factors.</em></p>2025-06-25T00:00:00+09:00Copyright (c) 2025 Hestia Magdalena, Maria Regina Olifiani Koehuan, Marry Angel Tuapetel, Eva Chris Veronica Gultom, Edson Kasendahttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/449Penerapan terapi foot massage dalam menurunkan tekanan darah lansia dengan hipertensi di Maluku: Studi kasus2025-06-25T09:43:40+09:00Sitti Johri Naselasitti.johri@gmail.comNilam C. Latulumaminamutiacut14@gmail.comCut Mutia Tatisinacuttatisina@poltekkes-maluku.ac.idYona Sahalessyyonasahalessy@gmail.comMintje M. Nendissamutiacut14@gmail.com<p>Hipertensi telah menjadi tantangan kesehatan yang krusial di Indonesia dan Maluku, di mana kelompok lansia menghadapi risiko komplikasi yang mengancam kualitas hidup mereka. Terapi <em>foot massage </em>muncul sebagai solusi non-farmakologis yang menjanjikan untuk membantu menurunkan tekanan darah di antara lansia, namun penerapannya di Maluku Tengah belum banyak dieksplorasi sehingga perlu diuji dalam asuhan keperawatan.Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi penerapan terapi <em>foot massage </em>sebagai intervensi asuhan keperawatan untuk menurunkan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Maluku Tengah. Studi kasus eksploratif ini melibatkan tiga lansia hipertensi (usia 63–91 tahun) yang menerima intervensi <em>foot massage </em>selama 30 menit/hari selama lima hari. Teknik pijat mengacu pada protokol Puthusseril dengan stimulasi titik refleks jantung dan ginjal. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi fisik, dan pengukuran tanda vital. Data tekanan darah, frekuensi nadi, dan keluhan subjektif dianalisis secara deskriptif komparatif. Seluruh responden menunjukkan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik secara bertahap dan konsisten setelah intervensi. Penurunan frekuensi nadi rata-rata 10–20 kali per menit juga tercatat. Pada hari kelima, seluruh responden melaporkan tidak ada keluhan seperti pusing, leher tegang, atau lelah. Terapi <em>foot massage </em>dapat menurunkan tekanan darah dan perbaikan keluhan subjektif pada lansia hipertensi.</p> <p><em>Hypertension has become a crucial health challenge in Indonesia and Maluku, where the elderly population faces the risk of complications that threaten their quality of life. Foot massage therapy has emerged as a promising non-pharmacological solution to help lower blood pressure among the elderly; however, its application in Central Maluku has not been widely explored and therefore, needs to be tested in nursing care. This study aims to investigate the effectiveness of foot massage therapy as a nursing care intervention in reducing blood pressure in elderly individuals with hypertension in Central Maluku. This exploratory case study involved three elderly hypertensive patients (aged 63–91 years) who received a 30-minute foot massage intervention for five consecutive days. The massage technique refers to the Puthusseril protocol, which involves stimulating cardiac and kidney reflex points. Data were collected through interviews, physical observations, and vital sign measurements. Blood pressure, pulse rate, and subjective complaints data were analyzed descriptively comparatively. All respondents exhibited a gradual and consistent decrease in both systolic and diastolic blood pressure following the intervention. An average reduction in pulse rate of 10–20 beats per minute was also recorded. On the fifth day, all respondents reported no complaints such as dizziness, neck tension, or fatigue. Foot massage therapy can lower blood pressure and improve subjective complaints in elderly hypertensives.</em></p>2025-06-25T00:00:00+09:00Copyright (c) 2025 Sitti Johri Nasela, Nilam C. Latulumamina, Cut Mutia Tatisina, Yona Sahalessy, Mintje M. Nendissahttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/446Efek pemberian rebusan kunyit dan gula merah pada pasien dengan tuberkulosis2025-06-25T09:43:34+09:00Ibrahim Wisaplawisaplaibrahim@gmail.comNurmah Rachmannurmah_63@yahoo.comDemianus Tafordemianustafor1974@gmail.com<p>Tuberkulosis (TBC) tetap menjadi tantangan kesehatan global dengan tingginya angka kejadian dan kompleksitas pengobatan. Penelitian ini mengevaluasi efektivitas rebusan kunyit dan gula merah sebagai terapi adjuvan pada pasien TBC. Studi quasi-eksperimental dilakukan pada 20 pasien TBC yang menerima intervensi rebusan kunyit (5 gram) dan gula merah (10 gram) dua kali sehari selama 8 minggu, bersamaan dengan pengobatan OAT standar. Data dikumpulkan meliputi gejala klinis (batuk >2 minggu dan demam malam hari) serta berat badan. Analisis statistik menggunakan uji McNemar untuk gejala klinis dan <em>paired t-test</em> untuk berat badan. Sebanyak 60% responden berjenis kelamin laki-laki dengan distribusi usia merata (<35 dan ≥35 tahun masing-masing 50%). Terjadi penurunan signifikan proporsi pasien dengan batuk >2 minggu dari 100% menjadi 60% (p<0,001), namun perubahan pada demam malam hari tidak signifikan (75% menjadi 60%; p=0,581). Rerata berat badan meningkat signifikan dari 54,06±3,86 kg menjadi 56,82±0,79 kg (p<0,001). Rebusan kunyit dan gula merah menunjukkan efek signifikan dalam mengurangi gejala batuk dan meningkatkan berat badan pasien TBC. Temuan ini mendukung potensi penggunaan sebagai terapi adjuvan, meskipun diperlukan penelitian lebih lanjut dengan desain yang lebih ketat.</p> <p><em>Tuberculosis (TB) remains a global health challenge due to its high incidence and the complexity of treatment. This study evaluated the effectiveness of a turmeric and palm sugar decoction as an adjuvant therapy for TB patients. A quasi-experimental study was conducted on 20 TB patients who received an intervention consisting of turmeric (5g) and palm sugar (10g) decoction administered twice daily for eight weeks, alongside standard anti-tuberculosis (OAT) treatment. Data collected included clinical symptoms (cough lasting more than two weeks and night-time fever) and body weight. Statistical analysis was performed using McNemar’s test for clinical symptoms and paired t-test for body weight. A total of 60% of respondents were male, with an even age distribution (<35 and ≥35 years, each comprising 50%). There was a significant reduction in the proportion of patients experiencing cough lasting more than two weeks, from 100% to 60% (p<0.001), although the change in night-time fever was not statistically significant (from 75% to 60%; p=0.581). The average body weight increased significantly from 54.06±3.86 kg to 56.82±0.79 kg (p<0.001). The turmeric and palm sugar decoction demonstrated a significant effect in reducing cough symptoms and improving body weight in TB patients. These findings support its potential as an adjuvant therapy, although further studies with more rigorous designs are warranted.</em></p>2025-06-25T00:00:00+09:00Copyright (c) 2025 Ibrahim Fisapla, Nurmah Rachman, Demianus Taforhttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/443Faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja kelas XI di SMA YPPK Taruna Dharma Kota Jayapura2025-06-25T09:43:36+09:00Fitri Dia Muspithafitridia03@gmail.comAlda Gloria Thalia Thiathaliathia65@gmail.comKismiyatikisminugroho@gmail.comKristiyani Herda Rophirophikristiyaniherda@gmail.comEster Rumasebesterumaseb@gmail.com<p>Masa remaja merupakan periode kritis dengan perubahan fisik dan psikologis yang memengaruhi perilaku seksual. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi perilaku seksual pada remaja kelas XI di SMA YPPK Taruna Dharma Kota Jayapura. Desain penelitian menggunakan pendekatan cross-sectional dengan sampel 71 siswa yang dipilih melalui purposive sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner valid dan dianalisis dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan hubungan signifikan antara perilaku seksual remaja dengan peran orang tua (p=0,037), tingkat pengetahuan (p=0,042), sikap (p=0,037), dan pengaruh teman sebaya (p=0,008). Peran aktif orang tua sangat penting dalam pendidikan seksualitas, peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi, serta penguatan sikap positif remaja untuk mencegah perilaku berisiko. Penelitian ini merekomendasikan program intervensi berbasis sekolah yang melibatkan orang tua dan teman sebaya sebagai agen perubahan.</p> <p><em>Adolescence is a critical period with physical and psychological changes that affect sexual behavior. This study aims to analyze the factors that influence sexual behavior in grade XI adolescents at SMA YPPK Taruna Dharma, Jayapura City. The study employed a cross-sectional design with a sample of 71 students selected through purposive sampling. Data were collected using a valid questionnaire and analyzed using the chi-square test. The result showed a significant relationship between adolescent sexual behavior and the role of parents (p=0,037), level of knowledge (p=0,042), attitude (p=0,037), and peer influence ( p= 0,008). These findings underline the importance of the active role of parents in sexuality education, increasing reproductive health knowledge, and strengthening positive attitudes in adolescents to prevent risky behavior. This study recommends a school-based intervention program involving parents and peers as agents of change.</em></p>2025-06-25T00:00:00+09:00Copyright (c) 2025 Fitri Dia Muspitha, Alda Gloria Thalia Thia, Kismiyati, Kristiyani Herda Rophi, Ester Rumasebhttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/441Hubungan pengetahuan cara mengurangi rasa haus dengan kenaikan berat badan interdialitik pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis2025-06-26T06:55:07+09:00Apridelia Natasya Putriapridelianatasyaputri04@gmail.comBayhakkiba_i_hq@yahoo.comErwinerwinnnurse@gmail.com<p>Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan kondisi penurunan fungsi ginjal yang progresif dan tidak reversibel, sehingga memerlukan terapi hemodialisis serta pembatasan asupan cairan. Salah satu indikator kepatuhan terhadap pembatasan cairan adalah <em>Interdialytic Weight Gain</em> (IDWG), yang dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan pasien tentang pengendalian rasa haus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan pasien mengenai cara mengurangi rasa haus dengan IDWG pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis. Penelitian menggunakan desain deskriptif korelatif dengan pendekatan <em>cross-sectional</em>. Sebanyak 73 pasien di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dipilih menggunakan teknik <em>purposive sampling</em>. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner pengetahuan dan lembar observasi IDWG. Data dianalisis menggunakan uji <em>Chi-square</em>. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pasien memiliki pengetahuan baik (44,0%) dan IDWG ringan (41,1%). Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan pasien dan kategori IDWG (p= 0,001). Temuan ini mengindikasikan pentingnya peningkatan pengetahuan pasien, khususnya terkait pengendalian rasa haus, dalam mendukung kepatuhan terhadap pembatasan cairan pada pasien hemodialisis.</p> <p><em>Chronic kidney disease (CKD) is a progressive and irreversible decline in kidney function, requiring hemodialysis therapy and fluid intake restriction. One indicator of adherence to fluid restriction is Interdialytic Weight Gain (IDWG), which patients' knowledge of thirst management may influence may influence. This study aimed to examine the relationship between patients' knowledge of how to reduce thirst and IDWG among CKD patients undergoing hemodialysis. A descriptive correlational design with a cross-sectional approach was used. A total of 73 patients were selected from Arifin Achmad General Hospital in Pekanbaru through purposive sampling. Data were collected using a knowledge questionnaire and IDWG observation sheets. The data were analyzed using the Chi-square test. The results showed that most patients had good knowledge (44.0%) and experienced mild IDWG (41.1%). A significant relationship was found between patients' knowledge levels and IDWG categories (p= 0.001). These findings underscore the importance of enhancing patient knowledge, particularly regarding thirst control, to promote adherence to fluid restriction in hemodialysis patients.</em></p>2025-06-26T00:00:00+09:00Copyright (c) 2025 Apridelia Natasya Putri, Bayhakki, Erwinhttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/436Hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan konsentrasi belajar pada anak usia sekolah dasar2025-06-25T09:43:42+09:00Pebrianipebrianipebri9@gmail.comFadliyana Ekawatyfadliyana_ekawaty@unja.ac.idRiska Amalya Nasutionriskanasution@unja.ac.id<p>Kebiasaan sarapan pagi memiliki peran penting dalam menunjang konsentrasi belajar siswa, namun masih banyak siswa sekolah dasar yang melewatkan sarapan sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dan tingkat konsentrasi belajar pada siswa sekolah dasar. Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan <em>cross-sectional</em>. Penelitian dilakukan di SDN 13 Kota Jambi dengan jumlah sampel sebanyak 84 siswa yang dipilih melalui teknik <em>proportionate stratified random sampling</em>. Kebiasaan sarapan diukur menggunakan kuesioner kebiasaan sarapan, sedangkan konsentrasi belajar diukur menggunakan <em>Grid Concentration Test</em>. Analisis data menggunakan uji Kendall’s Tau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki kebiasaan sarapan dalam kategori cukup (63,1%) dan konsentrasi belajar dalam kategori cukup (51,2%). Terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan pagi dan tingkat konsentrasi belajar (p = 0,000; r = 0,407). Terdapat hubungan positif dan signifikan antara kebiasaan sarapan pagi dan konsentrasi belajar siswa sekolah dasar.</p> <p><em>Breakfast habits play an important role in supporting students’ learning concentration; however, many elementary school students tend to skip breakfast before attending school activities. This study aimed to analyze the relationship between breakfast habits and learning concentration among elementary school students. A quantitative cross-sectional design was employed, involving 84 students from SDN 13 Kota Jambi selected through proportionate stratified random sampling. Breakfast habits were measured using a breakfast habit questionnaire while learning concentration was assessed using the Grid Concentration Test. Data were analyzed using Kendall’s Tau test. The results showed that most students had fair breakfast habits (63.1%) and fair levels of learning concentration (51.2%). A statistically significant relationship was found between breakfast habits and learning concentration (p= 0.000; r= 0.407). A positive and significant relationship exists between breakfast habits and learning concentration among elementary school students.</em></p>2025-06-25T00:00:00+09:00Copyright (c) 2025 Pebriani, Fadliyana Ekawaty, Riska Amalya Nasutionhttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/433PENGEMBANGAN POS REMAJA SEBAGAI EDUKATOR KESEHATAN DI KAMPUNG KOYA TENGAH, KOTA JAYAPURA2025-04-24T15:13:40+09:00Muhamad Sahiddinmsahiddin@gmail.comZeth Roberth Fellezethfelle@gmail.comArdhanari Hendra Kusumamsahiddin@gmail.com<p>Remaja merupakan kelompok usia yang rentan terhadap berbagai permasalahan kesehatan seperti perilaku seksual berisiko, penyalahgunaan zat, dan rendahnya kesadaran akan kesehatan reproduksi. Di wilayah Papua, khususnya Kampung Koya Tengah, akses terhadap informasi dan layanan kesehatan remaja masih terbatas. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk mengembangkan POS Remaja sebagai sarana edukasi kesehatan yang berbasis komunitas dan sekolah, guna meningkatkan pengetahuan remaja terhadap isu-isu kesehatan, khususnya yang berkaitan dengan penyakit tropis. Kegiatan dilakukan melalui pelatihan edukatif yang melibatkan Puskesmas Koya Barat, SMPN 8 Koya Barat, dan aparat kampung, serta diakhiri dengan launching POS Remaja sebagai bentuk komitmen lintas sektor. Evaluasi dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif melalui pre-test dan post-test serta observasi keaktifan peserta. Hasil menunjukkan peningkatan rata-rata skor pengetahuan sebesar 21,26 poin setelah pelatihan. Kegiatan ini terbukti efektif dalam meningkatkan literasi kesehatan remaja serta memperkuat kolaborasi antara institusi pendidikan dan layanan kesehatan. POS Remaja dapat dijadikan model layanan promotif-preventif berbasis komunitas untuk menjawab tantangan kesehatan remaja di wilayah dengan keterbatasan akses.<br><br></p> <p><em>Adolescents are a vulnerable age group facing various health issues, including risky sexual behavior, substance abuse, and low awareness of reproductive health. In Papua, particularly in Kampung Koya Tengah, access to accurate health information and adolescent-friendly health services remains limited. This community service program aimed to develop a Youth Health Post (POS Remaja) as a community- and school-based health education platform to enhance adolescent knowledge on health issues, particularly those related to tropical diseases. The activities included structured health education sessions involving the Koya Barat Health Center, SMPN 8 Koya Barat, and local village authorities, and concluded with a formal launching of the POS Remaja to establish cross-sectoral commitment. Evaluation was conducted using both quantitative and qualitative approaches through pre- and post-tests and participant observation. Results showed a significant improvement in knowledge, with an average increase of 21.26 points following the educational intervention. This program effectively improved adolescent health literacy and strengthened collaboration between educational institutions and healthcare services. The POS Remaja model may serve as a promotive-preventive strategy for addressing adolescent health challenges in areas with limited access to healthcare.</em></p>2023-12-30T00:00:00+09:00Copyright (c) 2023 Muhamad Sahiddin; Zeth Roberth Felle, Ardhanari Hendra Kusumahttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/432Hubungan pola makan, pola tidur, dan aktivitas fisik terhadap nyeri haid pada siswi di Mlonggo Jepara2025-06-30T07:16:03+09:00Melani Devita Sarimelanidevitasari110902@gmail.comRusnotorusnoto@umkudus.ac.idSri Siska Mardianasrisiska@umkudus.ac.id<p>Nyeri haid (dismenore) merupakan masalah kesehatan reproduksi yang umum terjadi pada remaja putri dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola makan, pola tidur, dan aktivitas fisik terhadap nyeri haid. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan pendekatan <em>cross-sectional</em> yang dilakukan di MTS Mathalibul Huda Mlonggo Jepara. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 126 responden yang dipilih melalui teknik <em>purposive sampling</em>. Instrumen penelitian menggunakan <em>Numeric Rating Scale</em> (NRS) untuk menilai nyeri haid, <em>Food Frequency Questionnaire</em> (FFQ) untuk mengukur pola makan, <em>Pittsburgh Sleep Quality Index</em> (PSQI) untuk menilai kualitas tidur, dan <em>International Physical Activity Questionnaire</em> (IPAQ) untuk mengukur aktivitas fisik, kemudian data dianalisis menggunakan uji Spearman’s Rho. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan pola makan (r= 0,647; p= 0,001), pola tidur (r= 0,660; p= 0,001) da aktifitas fisik (r= 0,682; p= 0,001) dengan kejadian nyeri haid. Pola hidup memiliki peran penting dalam memengaruhi tingkat dismenore pada remaja putri, maka perlu adanya edukasi kesehatan yang komprehensif mengenai pentingnya penerapan gizi seimbang, tidur yang berkualitas, serta pengelolaan aktivitas fisik secara tepat guna mengurangi keluhan nyeri haid.</p> <p><em>Menstrual pain (dysmenorrhea) is a common reproductive health problem among adolescent girls and can interfere with daily activities. This study aims to determine the relationship between eating habits, sleep patterns, and physical activity with menstrual pain. This research used a quantitative design with a cross-sectional approach conducted at MTs Mathalibul Huda Mlonggo Jepara. The sample consisted of 126 respondents selected through purposive sampling technique. The research instruments included validated and reliable closed-ended questionnaires, namely Numeric Rating Scale (NRS) to assess menstrual pain, Food Frequency Questionnaire (FFQ) to measure eating habits, Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) to assess sleep quality, and International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) to measure physical activity. Data were analyzed using Spearman’s Rho test with the assistance of SPSS. The analysis showed significant correlations between eating habits and menstrual pain (r= 0.647; p= 0.001), sleep patterns and menstrual pain (r = 0.660; p= 0.001), as well as physical activity and menstrual pain (r= 0.682; p= 0.001). The results indicated that all three variables had a significant positive correlation. Improved quality of eating habits, sleep patterns, and physical activity were associated with decreased intensity of menstrual pain. Lifestyle plays an important role in influencing the level of dysmenorrhea in adolescent girls, therefore, comprehensive health education is needed regarding the importance of balanced nutrition, good sleep hygiene, and appropriate physical activity management to help reduce menstrual pain complaints</em><em>.</em></p>2025-06-28T00:00:00+09:00Copyright (c) 2025 Melani Devita Sari, Rusnoto, Sri Siska Mardianahttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/431Paparan malaria maternal dan bayi berat lahir rendah: studi kasus-kontrol di daerah endemik malaria Papua, Indonesia2025-06-16T16:07:56+09:00Masrifmasrif.bahrun@gmail.comI Rai Ngarditaraingardita@gmail.comMuhamad Sahiddinmsahiddin@gmail.comMustika Pramestiyanitikamidwife@gmail.comHarlyanti Masharharlyanti@polkesraya.ac.idItma Annahitma.annah@polkesraya.ac.id<p>Malaria selama kehamilan merupakan salah satu faktor risiko utama terjadinya malnutrisi pada bayi. Hubungan malaria dan kejadian BBLR di daerah endemik tinggi malaria seperti Papua perlu dikaji sebagai upaya mengatasi kedua masalah kesehatan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan antara paparan malaria selama kehamilan dan kejadian BBLR di Papua. Penelitian ini menggunakan desain case-control yang dilakukan tahun 2024 di Papua pada 21 puskesmas. Sampel penelitian berjumlah 288 responden, terdiri dari 96 kasus (BBLR) dan 192 kontrol (bayi dengan berat lahir normal) dipilih dengan simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan rekam medis dan wawancara terstruktur menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan menggunakan uji chi-square dan regresi logistik untuk analisis multivariat. Hasil penelitian jenis plasmodium yang paling banyak ditemukan adalah Plasmodium vivax (malaria tertiana) (45,9%) dan diikuti oleh Plasmodium falciparum (malaria tropika) (41,0%). Selama kehamilan paparan malaria paling banyak terjadi pada trimester kedua (39,3%). Kejadian malaria selama kehamilan (OR adjusted= 2,09; CI 95%: 1,14–3,84) dan tidak menggunakan kelambu anti nyamuk pada masa kehamilan (OR adjusted= 1,83; CI 95%: 1,09–3,08) merupakan faktor risiko BBLR. Selain itu, karakteristik usia ibu yang berada pada kategori berisiko juga menunjukkan hubungan signifikan dengan kejadian BBLR (OR adjusted= 2,18; CI 95%: 1,24–3,86). Paparan malaria selama kehamilan dan usia ibu yang berisiko merupakan faktor yang memengaruhi kejadian BBLR di Papua. Intervensi kesehatan masyarakat yang terfokus pada pencegahan malaria, seperti penggunaan kelambu berinsektisida, dan pengobatan antimalaria yang aman untuk mengurangi risiko BBLR di wilayah endemik tinggi malaria.</p> <p><em>Malaria during pregnancy is one of the primary risk factors for infant malnutrition. The association between malaria and LBW incidence in high malaria-endemic regions such as Papua needs further examination to address these two health issues. This study aims to evaluate the relationship between malaria exposure during pregnancy and LBW incidence in Papua. The study used a case-control design conducted in 2024 across 21 community health centers (puskesmas) in Papua. The sample consisted of 288 respondents, including 96 cases (LBW) and 192 controls (infants with normal birth weight), selected through simple random sampling. Data were collected through medical record reviews and structured interviews using questionnaires. Data analysis was performed using chi-square tests and multivariate logistic regression. The results showed that the most frequently identified Plasmodium species were Plasmodium vivax (tertian malaria) (45.9%), followed by Plasmodium falciparum (tropical malaria) (41.0%). Malaria exposure during pregnancy most commonly occurred in the second trimester (39.3%). Malaria during pregnancy (adjusted OR = 2.09; 95% CI: 1.14–3.84) and non-use of insecticide-treated bed nets during pregnancy (adjusted OR = 1.83; 95% CI: 1.09–3.08) were identified as risk factors for LBW. Additionally, maternal age in the high-risk category was significantly associated with LBW incidence (adjusted OR = 2.18; 95% CI: 1.24–3.86). Malaria exposure during pregnancy and high-risk maternal age were factors influencing LBW incidence in Papua. Public health interventions focused on malaria prevention, such as the use of insecticide-treated bed nets and safe antimalarial treatment, are essential to reduce LBW risk in high malaria-endemic regions.</em></p>2025-06-16T00:00:00+09:00Copyright (c) 2025 Masrif, I Rai Ngardita, Muhamad Sahiddin, Mustika Pramestiyani, Harlyanti Mashar, Itma Annahhttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/423Hubungan motivasi dan self-efficacy dengan tindakan pencegahan pengendalian infeksi perawat di ruang rawat inap rumah sakit2025-06-25T09:43:38+09:00Khaerunisa Priwardanikhaerunisapriwardani12@gmail.comTatiana Siregartatiana_siregar@upnvj.ac.id<p><em>Healthcare-Associated Infections (HAIs) are among the major global health problems that significantly impact the quality of hospital services. Nurses play a vital role in implementing infection prevention and control (IPC) measures. This study aimed to examine the relationship between motivation and self-efficacy with nurses' IPC practices in hospital inpatient settings. A cross-sectional design with a quantitative approach was employed, involving 135 nurses from the inpatient wards of RSUD X Jakarta, who were selected through purposive sampling. Research instruments included a motivation questionnaire based on Herzberg's theory, the General Self-Efficacy Scale (GSES), and the IPC questionnaire developed by the Indonesian Ministry of Health (2017).</em> <em>Unadjusted analysis showed that motivation (p < 0.001; OR = 4.98; 95% CI: 2.37–10.45) and self-efficacy (p < 0.001; OR = 12.25; 95% CI: 5.43–27.62) were significantly associated with nurses' IPC practices in inpatient care. In addition, gender was also associated with IPC actions to a considerable extent (p = 0.028; OR = 0.36; 95% CI: 0.14–0.91). However, in the adjusted analysis using multivariate logistic regression, only self-efficacy (p < 0.001; OR = 9.00; 95% CI: 3.80–21.31) was found to influence the implementation of IPC significantly. Self-efficacy demonstrated a more decisive influence than motivation on nurses' IPC practices. Efforts to enhance self-efficacy should be integrated into hospital training programs and policies to improve the quality of care and patient safety.</em></p>2025-06-25T00:00:00+09:00Copyright (c) 2025 Khaerunisa Priwardani, Tatiana Siregarhttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/418Status kesehatan reproduksi, status gizi, dan perilaku merokok pada remaja di wilayah pesisir2025-06-26T06:55:10+09:00I Made Rai Sudarsonorafaalazka@gmail.comRasmaniarrasmaniar.gizi@gmail.comTeguh Fathurrahmanteguh.gizi3065@gmail.comLena AtoyLena.atoy@gmail.comEuis Nurlaelanurlaela.euis73@gmail.comAhmadgizi.ahmad@gmail.comHasanhasan.kendaritoh@gmail.com<p><span style="font-weight: 400;">Remaja merupakan kelompok populasi yang memiliki potensi untuk mencapai kesehatan optimal, namun sering kali menghadapi berbagai perilaku berisiko yang dapat memengaruhi kesehatan di masa depan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi status kesehatan dan perilaku kesehatan remaja yang tinggal di wilayah pesisir Kota Kendari. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan cross-sectional, dilakukan pada bulan Januari–Februari 2024. Sampel terdiri dari 97 remaja yang dipilih secara acak menggunakan metode proportional random sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner serta pengukuran status gizi dan anemia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar remaja memiliki kesehatan reproduksi yang baik (89,3%) dan status gizi yang normal (69,1%). Namun, terdapat tantangan pada remaja laki-laki dengan prevalensi status gizi kurang sebesar 26,8%. Selain itu, 30,4% remaja perempuan mengalami anemia, dan 64,3% berada dalam kategori normal untuk status kekurangan energi kronik (KEK). Dari sisi perilaku merokok, semua remaja perempuan tidak merokok, sementara 24,4% remaja laki-laki termasuk perokok ringan. Temuan ini menunjukkan bahwa intervensi berbasis komunitas diperlukan untuk meningkatkan status gizi dan mencegah anemia pada remaja, khususnya di wilayah pesisir. Pendekatan komprehensif yang melibatkan promosi kesehatan reproduksi, edukasi gizi, serta pengendalian perilaku merokok penting dilakukan untuk mendukung kesehatan optimal remaja sebagai investasi jangka panjang bagi kesehatan masyarakat.</span></p>2025-06-25T00:00:00+09:00Copyright (c) 2025 I Made Rai Sudarsono, Rasmaniar, Teguh Fathurrahman, Lena Atoy, Euis Nurlaela, Ahmad, Hasanhttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/415KARAKTERISTIK DAN KOMORBIDITAS PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS2024-12-30T11:55:18+09:00Dwi Cahyo Teguh Prasetyadwicahyoteguh9@gmail.comSri Manovita Patedamanovitapateda@ung.ac.idMaimun Ihsanmoonihsan5@gmail.com Muhammad N. Syukriani Yusufmuh.syukriani@ung.ac.idYuniarty Antuyuyunantufkung2024@gmail.com<p>Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan kondisi serius dengan prevalensi yang terus meningkat, terutama di negara berkembang. GGK sering dikaitkan dengan penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan anemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi karakteristik pasien GGK dan riwayat komorbiditas di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe. Penelitian deskriptif retrospektif dilakukan pada 272 pasien yang terdaftar di rumah sakit tahun 2023. Data dianalisis menggunakan distribusi frekuensi untuk variabel demografi dan penyakit penyerta.Hasil penelitian menunjukkan mayoritas pasien adalah laki-laki (59,6%) dengan kelompok usia lansia (46–65 tahun, 61,4%). Sebagian besar pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga (35,3%) dan memiliki pendidikan terakhir SMA (40,8%). Hipertensi dan anemia merupakan kombinasi komorbiditas yang paling umum (16,9%). Pentingnya penyediaan layanan kesehatan yang mendukung deteksi dini dan manajemen penyakit penyerta pada pasien GGK.</p> <p><em>Chronic Kidney Disease (CKD) is a serious condition with a steadily increasing prevalence, particularly in developing countries. CKD is often associated with comorbidities such as hypertension, diabetes mellitus, and anemia. This study explores CKD patients' characteristics and comorbidity history at RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe. A retrospective descriptive study was conducted on 272 patients registered at the hospital in 2023. Data were analyzed using frequency distribution for demographic variables and comorbidities. The results showed that most patients were male (59.6%) and belonged to the elderly age group (46–65 years, 61.4%). Most patients were housewives (35.3%) and had a high school education as their highest level of education (40.8%). A total of 43.4% of patients originated from Gorontalo City. Hypertension and anemia were the most common comorbidity combination (16.9%). Additionally, 17.9% of nephrolithiasis cases were identified in the comorbidity history of CKD patients in the 'other conditions' category. The importance of providing healthcare services that support early detection and management of comorbidities in CKD patients is highlighted.</em></p>2024-12-30T00:00:00+09:00Copyright (c) 2024 Dwi Cahyo Teguh Prasetya, Sri Manovita Pateda, Maimun Ihsan, Muhammad N. Syukriani Yusuf, Yuniarty Antuhttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/414Gambaran kejadian anemia pada ibu hamil di Kota Jayapura2025-06-28T09:50:29+09:00Diyah Astuti Nurfa'izahdiyahastutinur@yahoo.comJuliawatitiarapriskila069@gmail.comFitrianifitrianhy2512@gmail.comTiti Iswanti Afelyaafelyatiti.1010@gmail.comTheresia Pattipemetheresiahpatipeme@gmail.com<p>Kejadian anemia pada ibu hamil tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, termasuk di Kota Jayapura. Meskipun program pemerintah berupa pemberian 90 tablet Fe telah dijalankan, prevalensi anemia masih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik kejadian anemia pada ibu hamil di Kota Jayapura berdasarkan data rekam medis. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang menggambarkan kejadian anemia pada ibu hamil. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif. Data diambil dari rekam medis ibu hamil yang mengalami anemia di lima Puskesmas di Kota Jayapura pada Januari–Desember 2023. Sampel berjumlah 104 ibu hamil yang dipilih dengan teknik <em>quota sampling</em>. Variabel yang dikaji mencakup usia, paritas, pendidikan, usia kehamilan, status gizi (berdasarkan LILA), dan derajat anemia. Berdasarkan hasil pengambilan data yang dilakukan pada lima Puskesmas di Wilayah Kota Jayapura mayoritas ibu hamil dengan anemia berada pada kelompok usia tidak berisiko (84,6%), berstatus multipara (41,4%), berpendidikan SMA (74%), dan berada pada trimester kedua kehamilan (60,6%). Sebagian besar memiliki status gizi baik (83,7%) dan mengalami anemia ringan (60,6%). Anemia ringan masih umum terjadi pada ibu hamil di Kota Jayapura meskipun sebagian besar memiliki status gizi baik. Diperlukan edukasi dan pemantauan rutin melalui pemeriksaan kehamilan (ANC) sejak trimester pertama untuk mendeteksi dan menangani anemia secara dini.</p> <p><em>The occurrence of anemia in pregnant women remains a public health problem in Indonesia, including in Jayapura City. Even though the government program of providing 90 Fe tablets has been implemented, the prevalence of anemia is still high. This study aims to describe the characteristics of anemia incidence in pregnant women in Jayapura City based on medical record data. This study is a quantitative descriptive study that describes the incidence of anemia in pregnant women. This study uses a quantitative descriptive design. Data were taken from medical records of pregnant women with anemia at five Community Health Centers in Jayapura City in January–December 2023. The sample consisted of 104 pregnant women selected using the quota sampling technique. The variables studied included age, parity, education, gestational age, nutritional status (based on LILA), and degree of anemia. Based on the results of data collection conducted at five Community Health Centers in Jayapura City, the majority of pregnant women with anemia were in the non-risk age group (84.6%), multiparous (41.4%), had a high school/vocational high school education (74%), and were in the second trimester of pregnancy (60.6%). Most of them had good nutritional status (83.7%) and had mild anemia (60.6%). Mild anemia is still common in pregnant women in Jayapura City even though most of them have good nutritional status. Regular education and monitoring through prenatal check-ups (ANC) from the first trimester is needed to detect and treat anemia early.</em></p>2024-06-25T00:00:00+09:00Copyright (c) 2025 Diyah Astuti Nurfa'izah, Juliawati, Fitriani, Titi Iswanti Afelya, Theresia Pattipemehttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/413DUKUNGAN KELUARGA DENGAN EFIKASI DIRI PASIEN TB PARU YANG MENJALANI PENGOBATAN DI POLIKLINIK PARU 2025-02-17T17:32:56+09:00Nining Nirmalasariningko2016@gmail.comMohammad Wafri MatorangMohwafri98@gmail.comDetrina F. Uramakodetrinafriskadian@gmail.com<p>Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan penyakit infeksi menular yang masih menjadi tantangan kesehatan global, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Keberhasilan pengobatan TB sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah dukungan keluarga yang berperan dalam meningkatkan efikasi diri pasien. Efikasi diri yang baik dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan dan mengurangi risiko putus obatPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara dukungan keluarga dan efikasi diri pasien TB paru yang menjalani pengobatan di Poliklinik Paru RSUD Poso. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasional dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian terdiri dari 44 pasien TB paru yang dipilih menggunakan metode simple random sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner terstruktur yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan inferensial menggunakan uji Fisher. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien mendapatkan dukungan keluarga yang baik (79,5%), dan mayoritas memiliki efikasi diri yang tinggi (88,6%). Analisis statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dan efikasi diri pasien TB paru (p= <0,001). Pasien dengan dukungan keluarga yang baik memiliki efikasi diri lebih tinggi dibandingkan mereka yang memiliki dukungan keluarga kurang. Perawat dan tenaga kesehatan diharapkan lebih aktif dalam mengedukasi keluarga pasien tentang pentingnya dukungan mereka dalam proses penyembuhan.</p> <p><em>Pulmonary tuberculosis (TB) is an infectious disease that remains a global health challenge, particularly in developing countries such as Indonesia. The success of TB treatment is influenced by various factors, one of which is family support, which enhances patients’ self-efficacy. Good self-efficacy can improve patients’ adherence to treatment and reduce the risk of treatment discontinuation. This study analyzes the relationship between family support and self-efficacy in pulmonary TB patients undergoing treatment at the Pulmonary Clinic of RSUD Poso. This study employed a descriptive correlational design with a cross-sectional approach. The research sample comprised 44 pulmonary TB patients selected using simple random sampling. Data were collected through interviews using a structured questionnaire that had been tested for validity and reliability. Data analysis was conducted descriptively and inferentially using Fisher’s exact test. The results showed that most patients received good family support (79.5%), and most had high self-efficacy (88.6%). Statistical analysis indicated a significant relationship between family support and self-efficacy in pulmonary TB patients (p< 0.001). Patients with good family support had higher self-efficacy than those with lower family support. Nurses and healthcare professionals are expected to be more active in educating patients’ families about the importance of their support in the healing process.</em></p>2024-12-30T00:00:00+09:00Copyright (c) 2024 Nining Nirmalasari, Moh W. Matorang, Detrina F. Uramakohttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/412HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA2025-01-04T15:34:58+09:00Agus Darmawanagus.mawan77@gmail.comRina Andrianirhynaandriani2@gmail.comWaode Azfari Azisrhynaandriani2@gmail.comRininta Andrianirinintaandriani82@gmail.com<p>Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab utama kematian pada balita, dengan risiko yang meningkat akibat rendahnya pengetahuan orang tua dan kebiasaan merokok. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara pengetahuan orang tua dan kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Wamolo, Kabupaten Buton Tengah. Penelitian menggunakan desain cross-sectional pada 70 balita yang dipilih dengan metode simple random sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan catatan kesehatan, kemudian dianalisis menggunakan uji <em>chi-square</em> dengan taraf signifikansi 95% (α = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan hubungan signifikan antara pengetahuan dengan kejadian ISPA (p=0,002; OR=0,15; CI 95%: 0,048–0,474) serta antara kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA (p=0,037; OR=3,82; CI 95%: 1,20–12,13). Anak dari keluarga perokok memiliki risiko 3,82 kali lebih tinggi mengalami ISPA dibandingkan anak dari keluarga tanpa kebiasaan merokok. Pengetahuan orang tua dan kebiasaan merokok memiliki hubungan signifikan dengan kejadian ISPA pada balita. Intervensi edukasi dan pengendalian kebiasaan merokok diperlukan untuk menurunkan prevalensi ISPA.</p> <p><em>Acute Respiratory Infections (ARI) are one of the leading causes of death among toddlers, with risks exacerbated by low parental knowledge and smoking habits. This study aims to analyze the relationship between parental knowledge and smoking habits with the incidence of ARI among toddlers in the working area of Wamolo Health Center, Central Buton Regency. The study employed a cross-sectional design involving 70 toddlers selected through simple random sampling. Data were collected using questionnaires and health records and analyzed using chi-square tests at a 95% confidence level (α = 0.05). The results showed a significant relationship between knowledge and ARI incidence (p=0.002; OR=0.15; 95% CI: 0.048–0.474) as well as between smoking habits and ARI incidence (p=0.037; OR=3.82; 95% CI: 1.20–12.13). Children from smoking households were 3.82 times more likely to develop ARI compared to children from non-smoking households. Parental knowledge and smoking habits are significantly associated with ARI incidence among toddlers. Educational interventions and smoking habit control are needed to reduce ARI prevalence.</em></p>2024-12-30T00:00:00+09:00Copyright (c) 2024 Agus Darmawan, Rina Andriani, Waode Azfari Azis, Rininta Andrianihttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/410FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SELF-MANAGEMENT PENDERITA HIPERTENSI2024-12-29T22:54:05+09:00Fitriani Fitrianifitrianhy2512@gmail.comTiti Iswanti Afelyafitrianhy2512@gmail.comDiyah Astuti Nurfa'izahfitrianhy2512@gmail.com<p><em>Self-management</em> merupakan kemampuan penting yang diperlukan oleh penderita hipertensi untuk mengontrol tekanan darah dan mencegah komplikasi. Faktor seperti usia, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan lama menderita penyakit dapat memengaruhi kemampuan <em>self-management</em>. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang memengaruhi <em>self-management</em> pada penderita hipertensi di Kota Jayapura. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan <em>cross-sectional</em>. Sampel terdiri dari 96 penderita hipertensi. Data dikumpulkan menggunakan <em>Hypertension Self-Management Behavior Questionnaire</em> (HSMBQ) yang telah divalidasi. Analisis data dilakukan menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 85,5% responden memiliki kemampuan <em>self-management</em> yang baik. Faktor usia (p= <0,001, r= -0,211), status perkawinan (p= 0,002, r= 0,63), dan lama menderita hipertensi (p< 0,001, r= 0,935) memiliki hubungan signifikan dengan <em>self-management</em>. Namun, faktor pendidikan (p= 0,924, r= -0,072), jenis kelamin (p= 0,539, r= -0,027), dan pekerjaan (p= 0,070, r= 0,66) tidak menunjukkan hubungan signifikan. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk intervensi kesehatan yang bertujuan meningkatkan kemampuan <em>self-management</em> penderita hipertensi.</p> <p><em>Self-management is an essential skill required by hypertensive patients to control blood pressure and prevent complications. Factors such as age, education, occupation, marital status, and duration of illness can influence self-management ability. This study aims to analyze the factors influencing self-management among hypertensive patients in Jayapura City. This study employed a descriptive correlational design with a cross-sectional approach. The sample consisted of 96 hypertensive patients. Data were collected using the validated Hypertension Self-Management Behavior Questionnaire (HSMBQ). Data analysis was performed using the Chi-Square test. The results showed that 85.5% of respondents had good self-management abilities. Factors such as age (p= 0.000, r= -0.211), marital status (p= 0.002, r= 0.63), and duration of hypertension (p< 0.001, r= 0.935) were significantly associated with self-management. However, factors such as education (p= 0.924, r= -0.072), gender (p= 0.539, r= -0.027), and occupation (p= 0.070, r= 0.66) were not significantly associated. These findings can be used as a reference for health interventions aimed at improving self-management skills among hypertensive patients.</em></p>2024-12-29T00:00:00+09:00Copyright (c) 2024 Fitriani Fitriani, Titi Iswanti Afelya, Diyah Astuti Nurfa'izahhttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/404HUBUNGAN KARAKTERISTIK CAREGIVER DENGAN TINGKAT SELF-EFFICACY DALAM MERAWAT IBU DENGAN DIABETES MELLITUS GESTASIONAL2024-12-29T13:40:02+09:00Roudlotul Jannahjanah-tbn@poltekkesdepkes-sby.ac.idTeresia Retna Puspitadewiteresia-tbn@poltekkesdepkes-sby.ac.idYasin Wahyuriantoyasin-tbn@poltekkesdepkes-sby.ac.id<p>Diabetes mellitus gestasional (DMG) dapat berdampak fatal jika tidak ditangani dengan tepat, karena dapat merusak kesehatan ibu dan janin. <em>Self-efficacy</em> yang tinggi pada caregiver berperan penting dalam meningkatkan kualitas hidup ibu dengan DMG, karena mampu mendukung manajemen kesehatan ibu serta memberikan dukungan psikologis dan emosional yang lebih stabil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik <em>caregiver</em> dengan <em>self-efficacy</em>. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tuban dengan menggunakan desain <em>cross-sectional</em>. Sampel penelitian terdiri dari 81 <em>caregiver</em> yang mendampingi ibu dengan DMG yang berkunjung ke Poli Hamil dan Puskesmas, yang dipilih menggunakan teknik <em>consecutive sampling</em>. Analisis data dilakukan menggunakan uji <em>chi-square</em> dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan tingkat <em>self-efficacy</em> sebagian besar berada pada kategori tinggi (55,6%). Karakteristik caregiver yang berhubungan dengan <em>self-efficacy</em> adalah jenis kelamin (p= 0,033; OR 7,56 CI 95% 3,90 – 63,65), pendidikan (p= 0,046) dan penghasilan (p= 0,016; OR 3,67 CI 95% 1,22 – 10,99). Caregiver perempuan memiliki peluang 7,568 kali lebih besar untuk memiliki <em>self-efficacy</em> tinggi dibandingkan laki-laki. Caregiver dengan penghasilan ≥Rp 1.851.083 memiliki peluang 3,674 kali lebih besar untuk memiliki <em>self-efficacy</em> tinggi dibandingkan individu dengan penghasilan <Rp 1.851.083. <em>Self-efficacy</em> yang tinggi pada <em>caregiver</em> diharapkan dapat mendukung pengelolaan kesehatan ibu secara optimal dan mengurangi risiko komplikasi.</p> <p><em>Gestational diabetes mellitus (GDM) can have fatal consequences if not properly managed, as it can harm the health of both the mother and the fetus. High self-efficacy among caregivers plays an important role in improving the quality of life of mothers with GDM by supporting maternal health management and providing more stable psychological and emotional support. This study aims to determine the relationship between caregiver characteristics and self-efficacy. The study was conducted in Tuban Regency using a cross-sectional design. The sample consisted of 81 caregivers accompanying mothers with GDM at maternity clinics and public health centers, selected using consecutive sampling. Data analysis was performed using the chi-square test with a 95% confidence level. The results showed that most caregivers had high self-efficacy (55.6%). Caregiver characteristics significantly associated with self-efficacy were gender (p= 0.033; OR 7.56, 95% CI 3.90–63.65), education (p= 0.046), and income (p= 0.016; OR 3.67, 95% CI 1.22–10.99). Female caregivers were 7.568 times more likely to have high self-efficacy than male caregivers. Caregivers with an income of ≥IDR 1,851,083 were 3.674 times more likely to have high self-efficacy than those earning <IDR 1,851,083. High self-efficacy among caregivers is expected to support optimal maternal health management and reduce the risk of complications.</em></p>2024-12-29T00:00:00+09:00Copyright (c) 2024 Roudlotul Jannah, Teresia Retna Puspitadewi, Yasin Wahyuriantohttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/402PENGARUH ADOLESCENT EMPOWERMENT TERHADAP PENCEGAHAN HIV PADA REMAJA: SEBUAH QUASI EXPERIMENTAL2024-12-29T13:40:05+09:00Ikadek Sudiyasasudiyasatravel@gmail.comDedi Supriadiadzell1985@gmail.comLinlin Handayanilinlinlindayani@gmail.com<p>Remaja merupakan kelompok rentan terhadap penularan HIV/AIDS, khususnya di wilayah Papua yang memiliki prevalensi HIV/AIDS tertinggi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh program <em>Adolescent empowerment</em> terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja dalam pencegahan HIV/AIDS. Penelitian ini menggunakan desain quasi-experimental with control group pretest-posttest design dengan 80 responden yang dibagi menjadi dua kelompok: kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Intervensi dilakukan selama tujuh minggu menggunakan modul pembelajaran, diskusi kelompok, dan pembuatan video edukasi yang diunggah ke media sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok intervensi mengalami peningkatan signifikan pada pengetahuan (<em>mean difference</em>= 7,900; p= 0,001), sikap (mean difference= 10,825; p= 0,001), dan perilaku (mean difference= 2,350; p= 0,006) dibandingkan kelompok kontrol. Program ini terbukti efektif dalam memberdayakan remaja sebagai agen perubahan dalam pencegahan HIV/AIDS. Penelitian ini menyarankan implementasi program serupa di wilayah lain untuk mendukung upaya pencegahan HIV/AIDS yang lebih luas.</p> <p><em>Adolescents are a vulnerable group for HIV/AIDS transmission, particularly in Papua, which has the highest HIV/AIDS prevalence in Indonesia. This study aims to evaluate the impact of the Adolescent empowerment program on improving adolescents' knowledge, attitudes, and behaviors regarding HIV/AIDS prevention. This study utilized a quasi-experimental design with a control pretest-posttest involving 80 respondents divided into an intervention group and a control group. The intervention was conducted over seven weeks using learning modules, group discussions, and the creation of educational videos uploaded on social media. The results showed a significant improvement in the intervention group in knowledge (mean difference= 7.900; p= 0.001), attitudes (mean difference= 10.825; p= 0.001), and behaviors (mean difference= 2.350; p= 0.006) compared to the control group. This program proved effective in empowering adolescents as agents of change in HIV/AIDS prevention. It is recommended that similar programs be implemented in other regions to support broader HIV/AIDS prevention efforts. </em></p>2024-12-29T00:00:00+09:00Copyright (c) 2024 Ikadek Sudiyasa, Dedi Supriadi, Linlin Handayanihttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/401HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KEPATUHAN PELAKSANAAN EARLY WARNING SYSTEM DI BANGSAL RAWAT INAP DEWASA2024-12-28T19:10:18+09:00Tulus Bukhoritulusbukhori@gmail.comWiduri Widuriwiduri.mahfud@gmail.comJennifajejenni09@gmail.comTri Arininengtriarini@yahoo.com<p>Kepatuhan pelaksanaan <em>early warning system</em> (EWS) oleh perawat dalam upaya menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien di rumah sakit salah satunya dipengaruhi oleh faktor beban kerja. Meningkatnya beban kerja perawat di unit perawatan dapat diakibatkan karena kurangnya tenaga, banyaknya prosedur administratif yang harus diselesaikan, dan beban tugas atau <em>job description</em> yang masih kurang jelas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan beban kerja perawat dengan kepatuhan pelaksanaan EWS di ruang rawat inap dewasa. Penelitian menggunakan desain korelasi dengan pendekatan <em>cross sectional.</em> Sampel penelitian berjumlah 41 responsen. Instrumen penelitian menggunakan <em>time and motion study</em> dan <em>cheklist EWS</em> yang sudah ada petunjuk teknis di Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI. Analisis data menggunakan uji Kendall’s Tau-b. Hasil penelitian menunjukkan beban kerja perawat mayoritas masuk kategori sedang (61%) dan kepatuhan pelaksanaan EWS mayoritas masuk kategori kurang patuh (58,5%). Ada hubungan yang signifikan antara beban kerja perawat dengan kepatuhan pelaksanaan EWS (p= 0,001). Sedangkan usia (p= 0,491), jenis kelamin (p= 0,612), masa kerja (p= 0,839), dan tingkat pendidikan (p= 0,855) tidak berhubungan dengan kepatuhan pelaksanaan EWS. Manajemen Rumah Sakit dapat merumuskan kebijakan baru terkait penambahan SDM perawat sesuai dengan kapasitas pelayanan dan menyelenggarakan kegiatan pelatihan EWS.</p> <p><em>The compliance of implementing the early warning system (EWS) by nurses in an effort to reduce morbidity and mortality of patients in hospitals is influenced by factors such as workload. An increase in nurses' workload in the care unit may be caused by a lack of staff, numerous administrative procedures that need to be completed, and unclear job descriptions. The purpose of this study is to determine the relationship between nurses' workload and compliance with the implementation of EWS in adult inpatient wards. This study used a correlational design with a cross-sectional approach. The research sample consisted of 41 respondents. The research instruments used included time and motion study and EWS checklist, which had technical guidelines available at Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI. Data analysis was performed using Kendall's Tau-b test. The results of the study showed that most nurses' workload was categorized as moderate (61%), and the majority of compliance with EWS implementation was categorized as non-compliant (58.5%). There was a significant relationship between nurses' workload and compliance with EWS implementation (p= 0.001). Minewhile Age (p= 0.491), gender (p= 0.612), years of service (p= 0.839), and education level (p= 0.855) were not found to be related to compliance with EWS implementation. Hospital management may formulate new policies related to increasing the nursing workforce in accordance with service capacity and conduct EWS training activities.</em></p>2024-12-28T00:00:00+09:00Copyright (c) 2024 Tulus Bukhori, Widuri Widuri, Jennifa, Tri Arinihttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/399PENERAPAN SWEDISH MASSAGE DALAM ASUHAN KEPERAWATAN UNTUK PERUBAHAN INDIKATOR NYERI PADA PASIEN HIPERTENSI: STUDI KASUS2024-12-28T18:06:12+09:00Rikani Rikanirikani311002@gmail.comRycco Darmarejaryccodarmareja@upnvj.ac.id<p>Prognosis hipertensi menjadi penyebab kematian ketiga secara global. <em>Swedish massage </em>menjadi salah satu rekomendasi intervensi non farmakologi untuk penderita hipertensi. Intervensi ini memberikan stimulasi sirkulasi darah dan sistem syaraf yang berpengaruh pada respons berupa perasaan rileks serta dapat menurunkan tekanan darah. Studi dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi perubahan indikator nyeri pada pasien hipertensi setelah diberikan intervensi <em>Swedish massage</em>. Metode deskriptif analisis berupa <em>single case study</em> dilakukan kepada pasien hipertensi berusia 30-65 tahun. Data dikumpulkan melalui kegiatan wawancara, observasi, studi dokumen, pemeriksaan fisik dan instrumen evaluasi. Intervensi khusus yang dilakukan pada pasien adalah <em>Swedish massage </em>1x sehari selama 10-20 menit dalam 4 hari berturut-turut berdasarkan standar operasional <em>Evidence Based Nursing Practice</em>. Hasil pengkajian awal menunjukkan pasien nyeri, seperti menahan beban berat di kepala yang menetap tidak menjalar, dengan skala 8, dengan durasi yang tidak menentu. Setelah dilakukan intervensi masalah nyeri akut teratasi di hari ke 4 dengan perubahan pada <em>Mean Arterial Pressure</em> (106 mmHG), frekuensi nadi (80x/ menit) serta keluhan nyeri pasien (skala 2). Direkomendasikan terapi <em>Swedish massage </em>menjadi salah satu intervensi komplementer yang dapat dilakukan untuk menurunkan nyeri pada pasien hipertensi.</p> <p><em>Hypertension prognosis is the third leading cause of death globally. Swedish massage is one of the recommended non-pharmacological interventions for individuals with hypertension. This intervention stimulates blood circulation and the nervous system, resulting in a relaxing response that can lower blood pressure. This study aimed to identify changes in pain indicators in hypertensive patients after receiving Swedish massage intervention. A descriptive-analytical method using a single case study was conducted on hypertensive patients aged 30-65. Data were collected through interviews, observations, document reviews, physical examinations, and evaluation instruments. The specific intervention involved administering Swedish massage once daily for 10-20 minutes over four consecutive days, following the standards of Evidence-Based Nursing Practice. Initial assessment results indicated the patient experienced pain, described as a persistent, heavy sensation in the head without radiating, with a pain scale of 8 and an indeterminate duration. After the intervention, acute pain was resolved by the fourth day, with changes observed in Mean Arterial Pressure (106 mmHg), pulse frequency (80 beats/minute), and the patient's pain complaint (scale 2). Swedish massage therapy is recommended as a complementary intervention to reduce pain in hypertensive patients.</em></p>2024-12-28T00:00:00+09:00Copyright (c) 2024 Rikani Rikani, Rycco Darmarejahttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/397GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA TENTANG PROGRAM WINGKO (WOLBACHIA ING KOTA SEMARANG)2024-12-28T17:05:14+09:00Aerrosa Murenda Mayadilanuariaerrosa.murenda@unkartur.ac.idSilvia Nurvitasilvia.nurvita@unkartur.ac.idDody Indra Sumantiawandody.indra@unkartur.ac.idDhieo Kurniawandhieokurniawan14@gmail.com<p><em>Wolbachia</em> adalah jenis bakteri yang secara alami ditemukan pada serangga dan memiliki kemampuan untuk menekan replikasi virus dalam tubuh nyamuk seperti virus dengue. Kota Semarang menetapkan program <em>Wolbachia</em> Ing Kota Semarang (WINGKO) untuk menekan angka demam berdarah di Kota Semarang. Keberhasilan program WINGKO bergantung pada penerimaan dan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Universitas Nasional Karangturi Semarang tentang Program WINGKO. Penelitian deskriptif kuantitatif ini dilakukan pada bulan Agustus 2024 dengan melibatkan 34 mahasiswa. Pengambilan sample dilakukan dengan metode <em>accidental sampling</em>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan (58,82) dan berada pada kelompok umur 18-19 (47,06%). Sebanyak 70,59% responden memiliki tingkat pengetahuan rendah terkait <em>Wolbachia</em> mayoritas mahasiswa khawatir terhadap program WINGKO dan mereka masih ragu untuk mendukung pelaksanaan program WINGKO (73,53%). Perlu adanya peningkatan sosialisasi dan edukasi terkait Program WINGKO untuk meningkatkan pemahaman dan dukungan masyarakat di Kota Semarang.</p> <p><em>Wolbachia is a type of bacteria naturally found in insects and can suppress virus replication in mosquito bodies, such as the dengue virus. The city of Semarang has implemented the Wolbachia Ing Kota Semarang (WINGKO) program to reduce the incidence of dengue fever in Semarang. The success of the WINGKO program depends on the acceptance and cooperation between the government and the community. This study aims to assess the knowledge level of students at Universitas Nasional Karangturi Semarang regarding the WINGKO Program. This descriptive quantitative study was conducted in August 2024, involving 34 students. The sampling method used was accidental sampling. The study results show that most respondents were female (58.82%) and in the age group of 18-19 years (47.06%). A total of 70.59% of the respondents had a low level of knowledge regarding Wolbachia. Most of the students expressed concern about the WINGKO program and were still hesitant to support its implementation (73.53%). There is a need for improved socialization and education about the WINGKO Program to enhance understanding and support among the community in Semarang.</em></p>2024-12-28T00:00:00+09:00Copyright (c) 2024 Aerrosa Murenda Mayadilanuari, Silvia Nurvita, Dody Indra Sumantiawan, Dhieo Kurniawanhttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/390EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN MAHASISWA KEPERAWATAN WAMENA TENTANG HIV/AIDS: PENELITIAN DENGAN DESAIN PRETEST-POSTTEST PADA SATU KELOMPOK2024-12-28T15:13:29+09:00Rosdiana Tandiolartandiola@gmail.comSethiana Dewi RubenSethianadewiruben@gmail.comMarleona Sawamanaymonholan2yanamawas@gmail.comSuningsih Suabeyssuabey17@gmail.comKristiyani Herda Rophirophikristiyaniherda@gmail.comFitri Dia Muspithafitridia03@gmail.com<p>Mayoritas penderita HIV/AIDS berada pada usia produktif. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan promosi kesehatan mengenai HIV/AIDS kepada remaja dan dewasa muda untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pencegahan penularan HIV. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas pendidikan kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa Diploma III Keperawatan di Wamena. Penelitian ini menggunakan desain pra-eksperimen dengan rancangan <em>one-group pretest-posttest design</em>. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa semester IV Program Studi D-III Keperawatan Wamena sebanyak 62 orang Analisis data dilakukan menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan skor rata-rata pengetahuan mahasiswa sebesar 3,58 (p= <0,001), dengan nilai <em>effect size</em> sebesar 0,78. Pendidikan kesehatan efektif digunakan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa keperawatan. Selain itu, secara khusus pada institusi pendidikan keperawatan, program pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS harus terus dikembangkan agar pengetahuan mahasiswa terus meningkat dan dapat diaplikasikan dalam praktik klinik maupun komunitas.</p> <p><em>The majority of people living with HIV/AIDS are in their productive age. One of the efforts that can be made is providing health promotion about HIV/AIDS to adolescents and young adults to improve their knowledge and understanding of HIV transmission prevention. This study aimed to evaluate the effectiveness of health education in improving the knowledge of Diploma III Nursing students in Wamena. The study employed a pre-experimental design with a one-group pretest-posttest approach. The research sample consisted of 62 fourth-semester students in the Diploma III Nursing program in Wamena. Data analysis was performed using the Wilcoxon test. The results showed an increase in the average knowledge score of students by 3.58 (p< 0.001), with an effect size of 0.78. Health education was found to be effective in improving nursing students' knowledge. Furthermore, specifically in nursing education institutions, health education programs on HIV/AIDS should be continuously developed to enhance students' knowledge, which can be applied in clinical and community practice.</em></p>2024-12-28T00:00:00+09:00Copyright (c) 2024 Rosdiana Tandiola, Sethiana Dewi Ruben, Marleona Sawamanay, Suningsih Suabey, Kristiyani Herda Rophi, Fitri Diah Muspithahttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/387Faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis pada anak usia sekolah di wilayah lahan basah 2025-06-25T09:43:44+09:00Dinda WulandariDinda.wulandari0911@student.unri.ac.idNurhannifah Rizky Tampubolonnurhannifahrizky@lecturer.unri.ac.idRirin Muthia Zukhraririnmuthiazukhra@lecturer.unri.ac.id<p>Dermatitis merupakan peradangan kulit yang umum terjadi pada anak usia sekolah, terutama di wilayah dengan sanitasi rendah seperti lahan basah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis pada anak usia sekolah di wilayah lahan basah. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan potong lintang. Sampel terdiri dari 102 anak usia 6–12 tahun yang dipilih dengan teknik purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner terstruktur sebanyak 28 item yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Analisis dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji <em>Chi-square</em> dengan tingkat signifikansi 0,05. Sebanyak 64 responden (62,7%) mengalami dermatitis. Terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian dermatitis dengan sanitasi lingkungan (p<0,001), personal hygiene (p<0,001), dan riwayat alergi (p<0,001). Namun, tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan kejadian dermatitis (p=0,683). Sanitasi lingkungan yang buruk, kebersihan diri yang tidak optimal, dan adanya riwayat alergi merupakan faktor yang berhubungan secara signifikan dengan kejadian dermatitis pada anak usia sekolah di wilayah lahan basah. Intervensi preventif berbasis komunitas diperlukan untuk mengurangi risiko dermatitis pada kelompok ini.</p> <p><em>Dermatitis is a common skin inflammation affecting school-aged children, particularly in areas with poor sanitation such as wetlands. This study aimed to analyze factors associated with the incidence of dermatitis among school-aged children living in wetland areas.</em> <em>This research employed a descriptive correlational design with a cross-sectional approach. A total of 102 children aged 6–12 years were selected using purposive sampling based on inclusion criteria. Data were collected through a structured 28-item questionnaire that had been previously validated and tested for reliability. Data analysis included univariate and bivariate analyses using the Chi-Square test with a significance level of 0.05. A total of 64 respondents (62.7%) experienced dermatitis. There were significant associations between dermatitis incidence and environmental sanitation (p<0.001), personal hygiene (p<0.001), and allergy history (p<0.001). However, gender was not significantly associated with dermatitis (p=0.683).</em> <em>Poor environmental sanitation, inadequate personal hygiene, and a history of allergies are significantly associated with the incidence of dermatitis among school-aged children in wetland areas. Community-based preventive interventions are recommended to reduce the risk of dermatitis in this population.</em></p>2025-06-25T00:00:00+09:00Copyright (c) 2025 Dinda Wulandari, Nurhannifah Rizky Tampubolon, Ririn Muthia Zukhrahttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/386PENGEMBANGAN MODEL SELF-ESTEEM UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PASIEN TUBERKULOSIS PARU: STUDI KUALITATIF2024-06-29T09:56:04+09:00Nasrahkaharnasrah@gmail.comKorinus Suwenigunkozas@gmail.comSofitje J Gentindatusofitjegentindatu66@gmail.comKismiyatikisminugroho@gmail.comMarjuannahmarjuannah1989@gmail.com<p>Penderita tuberkulosis paru (TB paru) sering menghadapi stigma sosial, seperti diasingkan oleh keluarga dan masyarakat yang memperburuk kondisi psikologis mereka. <em>S</em><em>elf-esteem</em> atau harga diri sangat penting dalam konteks kesehatan mental dan kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model self-esteem yang dapat meningkatkan kualitas hidup pasien TB paru. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informan penelitian berjumlah 16 orang, terdiri dari satu orang pengelola TB Puskesmas, lima orang perawat fasilitator, lima orang penderita TB (yang sedang menjalani pengobatan, suspek, dan mantan penderita), dan lima orang keluarga penderita. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, <em>focus group discussion</em> (FGD), dan telaah dokumen. Hasil penelitian menemukan fenomena minimnya pengetahuan dan kemampuan perawat terhadap pelayanan konseling dengan <em>peer group</em> secara komprehensif. Belum kuatnya konsep program model pelayanan TB yang menekankan pada semua aspek baik fisik maupun psikologis penderita TB. Perumusan model <em>self-esteem </em>sebagai upaya peningkatan kapasistas perawat untuk meningkatkan kualitas hidup pasien TB. Penelitian ini menghasilkan rancangan modul <em>self-esteem </em>untuk meningkatkan kemampuan perawat dalam pelayanan TB melalui <em>peer group</em>.</p> <p> </p> <p><em>Pulmonary tuberculosis (pulmonary TB) patients often face social stigma, such as being ostracized by their families and communities, which worsens their psychological condition. Self-esteem is crucial in the context of mental health and quality of life. This study aims to develop a self-esteem model that can improve the quality of life of pulmonary TB patients. This research uses a qualitative design with a phenomenological approach. The informants in this study totaled 16 people, consisting of one TB program manager from a public health center, five nurse facilitators, five TB patients (undergoing treatment, suspects, and former patients), and five family members of TB patients. Data was collected through in-depth interviews, focus group discussions (FGD), and document reviews. The results revealed limited knowledge and ability among nurses to provide comprehensive counseling services through peer groups. The concept of a TB service model program that emphasizes all aspects, both physical and psychological, of TB patients was found to be weak. The formulation of a self-esteem model aims to enhance nurses' capacity to improve TB patients' quality of life. This research produced a self-esteem module to enhance nurses' capabilities in TB services through peer groups.</em></p>2024-06-29T00:00:00+09:00Copyright (c) 2024 Nasrah, Korinus Suweni, Sofitje J Gentindatu, Kismiyati, Marjuannahhttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/383DETERMINAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA BALITA2024-06-28T09:51:38+09:00Yoel Halitopohalitopoyoel729@gmail.com<p>Tingginya angka kejadian infeksi pernapasan akut (ISPA) pada balita di Indonesia menimbulkan kekhawatiran serius dalam bidang kesehatan masyarakat. Berbagai studi telah mengidentifikasi sejumlah determinan yang berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan kejadian infeksi saluran pernapasan akut pada anak. Penelitian menggunakan desain cross sectional yang dilakukan di Kabupaten Lanny Jaya pada tahun 2022. Sampel penelitian berjumlah 133 ibu balita yang dipilih dengan teknik <em>simple random sampling</em>. Analisis data menggunakan uji <em>chi square</em> dan multivariat dengan regresi logistik untuk menetapkan nilai <em>unadjusted</em> dan <em>adjusted</em> <em>odd rasio</em>. Hasil penelitian menunjukkan pada analisis <em>unadjusted</em>, pendidikan ibu (OR 3,472; 95% CI 1,471-8,196), pengetahuan ibu tentang ISPA (OR 3,185; 95% CI 1,564-6,487), status imunisasi (OR 3,016; 95% CI 1,457-6,242) dan faktor lingkungan (OR 6,548; 95% CI 3,017-14,210) merupakan faktor risiko kejadian ISPA. Sedangkan hasil analisis <em>adjusted</em> dengan multivariat menunjukkan faktor lingkungan (OR 5,549; 95% CI 2,366-13,015) menjadi satu-satunya faktor risiko kejadian ISPA. Sedangkan pengetahuan ibu tentang ISPA (OR 0,247; 95% CI 0,103-0,591) dan status imunisasi (OR 0,337; 95% CI 0,139-0,816) merupakan faktor protektif terhadap kejadian ISPA. Disarankan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan edukasi kesehatan ibu, serta memperluas cakupan imunisasi untuk mengurangi kejadian ISPA pada anak.</p> <p><em>The high incidence of acute respiratory infections (ARI) in children in Indonesia raises serious concerns in the field of public health. Various studies have identified several determinants contributing to the occurrence of ARI in toddlers. This study aims to determine the determinants of acute respiratory infections in children. The research used a cross-sectional design conducted in Lanny Jaya Regency in 2022. The study sample consisted of 133 mothers of toddlers selected using simple random sampling techniques. Data analysis was conducted using chi-square tests and multivariate analysis with logistic regression to determine unadjusted and adjusted odds ratios. The results showed that in the unadjusted analysis, maternal education (OR 3.472; 95% CI 1.471-8.196), mothers' knowledge about ARI (OR 3.185; 95% CI 1.564-6.487), immunization status (OR 3.016; 95% CI 1.457-6.242), and environmental factors (OR 6.548; 95% CI 3.017-14.210) were risk factors for ARI occurrence. Meanwhile, the adjusted analysis with multivariate analysis showed that environmental factors (OR 5.549; 95% CI 2.366-13.015) were the only risk factors for ARI occurrence. Mothers' knowledge about ARI (OR 0.247; 95% CI 0.103-0.591) and immunization status (OR 0.337; 95% CI 0.139-0.816) were protective factors against ARI occurrence. It is recommended that environmental quality, maternal health education, and immunization coverage be improved to reduce the incidence of ARI in children.</em></p> <p> </p>2024-06-28T00:00:00+09:00Copyright (c) 2024 Yoel Halitopohttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/382CHATGPT DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN: REVIEW LITERATUR LENGKAP2024-12-28T15:15:21+09:00Idauli Simbolonidauli.simbolon@unai.eduAlbinur Limbongalimbong@unai.edu<p>ChatGPT menjadi trending topik sejak edisi 3.5 pertama diluncurkan pada 30 November 2022. Aplikasi ini memiliki manfaat yang sangat besar dalam bidang pendidikan, praktik, dan penelitian. Namun, didapati beberapa kekhawatiran mengenai potensi risiko dan keterbatasan dalam praktik klinis. Aplikasi ChatGPT merupakan hal yang baru, diperlukan lebih banyak publikasi khususnya tinjauan lengkap terkait kegunaannya di dalam praktik keperawatan. Oleh karena itu, kajian ini bertujuan untuk mengeksplorasi manfaat, potensi risiko, keterbatasan, dan rekomendasi yang lengkap mengenai penggunaannya di dalam praktik keperawatan. Kajian lengkap ini menggunakan literatur yang berhubungan menggunakan <em>publish or perish</em> edisi ke 8. Kriteria inklusi adalah literatur yang berhubungan dengan topik yang diterbitkan tahun 2022-2024. Literatur tersebut kemudian dianalisis dan dikelompokkan ke dalam empat tema yaitu: manfaat, potensi risiko, keterbatasan, dan rekomendasi. Hasil dari kajian ini menunjukkan manfaat dari ChatGPT dalam praktik keperawatan termasuk meningkatkan dokumentasi keperawatan, membantu pengambilan keputusan klinis, dan manajemen pengobatan. Aplikasi ini juga berfungsi sebagai alat komunikasi, menghasilkan pengajaran kesehatan klien, ringkasan <em>discharge planning</em>, dan menghasilkan simulasi klinis. Tinjauan juga menemukan beberapa potensi risiko dan keterbatasan seperti masih ada ketidakakuratan, kurangnya rasa dan emosi manusia, kurangnya perlindungan data, dapat membahayakan hubungan perawat-klien, dan tanggung jawab hukum. Disarankan untuk memanfaatkan teknologi ChatGPT dengan validasi manusia, perhatian penuh, dan penilaian klinis. Dianjurkan juga untuk menetapkan peraturan dan pedoman yang jelas dalam penggunaannya, dan menjamin perlindungan data. ChatGPT menawarkan manfaat penting dalam praktik keperawatan dalam memberikan perawatan klien secara efisien selama digunakan secara sadar, etis, dengan hati-hati dan penuh perhatian untuk mengurangi potensi risiko.</p> <p><em>ChatGPT has been a trending topic since the launch of its version 3.5 on November 30, 2022. This application has shown immense benefits in education, practice, and research. However, concerns have been raised regarding its potential risks and limitations in clinical practice. ChatGPT requires further exploration as a novel technology, particularly comprehensive reviews of its utility in nursing practice. Therefore, this study aims to explore the benefits, potential risks, and limitations and provide comprehensive recommendations for its use in nursing practice. This review utilized relevant literature identified through Publish or Perish version 8—the inclusion criteria comprised publications related to the topic from 2022 to 2024. The literature was analyzed and categorized into four themes: benefits, potential risks, limitations, and recommendations. The findings of this review indicate that ChatGPT offers several benefits in nursing practice, including enhancing nursing documentation, supporting clinical decision-making, and managing medication. Additionally, it serves as a communication tool, facilitates client health education, creates discharge planning summaries, and generates clinical simulations. However, the review also identified potential risks and limitations, such as inaccuracies, lack of human touch and emotions, insufficient data protection, risks to the nurse-client relationship, and legal liability concerns. It is recommended that the use of ChatGPT in nursing practice be accompanied by human validation, careful attention, and clinical judgment. Furthermore, it is essential to establish clear regulations and guidelines for its use and ensure data protection. While ChatGPT offers significant advantages for efficient client care in nursing practice, its use must be conscious, ethical, cautious, and attentive to mitigate potential risks. It is used consciously, ethically, cautiously, and with mindfulness to reduce potential risks.</em></p>2024-12-28T00:00:00+09:00Copyright (c) 2024 Idauli Simbolon, Albinur Limbonghttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/381PENERAPAN THE RECOGNITION OF STROKE IN THE EMERGENCY ROOM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM DETEKSI DINI STROKE2024-06-25T23:33:17+09:00Kristiyani Herda Rophirophikristiyaniherda@gmail.comFitri Dia Muspithafitridia03@gmail.com<p>Keselamatan pasien <em>stroke</em> sangat ditentukan dari cepat dan tepatnya penanganan awal. Tidak semua fasilitas kesehatan memiliki <em>computed tomography scan</em> <em>(CT</em><em> Scan)</em> untuk penegakan diagnosis <em>stroke</em>. Tenaga kesehatan di puskesmas dapat menggunakan alternatif instrumen untuk <em>screening</em> <em>stroke</em> berupa sistem skoring, sehingga dapat memberikan tindakan segera untuk menurunkan kecacatan dan kematian akibat <em>stroke</em>. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penerapan <em>the Recognition of Stroke in the Emergency Room (ROSIER)</em> <em>scale </em>terhadap peningkatan kemampuan perawat dalam mendeteksi dini <em>stroke</em>. Penelitian ini merupakan <em>q</em><em>uasi eksperiment</em> dengan <em>one group pre-post-test design</em> yang dilakukan pada perawat dengan jadwal kerja di Unit Gawat Darurat (UGD) Puskesmas. Sampel penelitian berjumlah 34 perawat. Analisis data menggunakan uji <em>Wilcoxon signed rank. </em>Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan rata-rata kemampuan deteksi dini <em>stroke</em> responden sebelum dan setelah penerapan ROSIER<em> scale,</em> dengan peningkatan sebesar 20,26 poin (8,09±5,02 dan 28,35±2,62). Pada <em>pre-test</em> sebanyak 34 responden (100%) berada pada kategori tingkat tidak mampu. Hasil <em>post-test </em>menunjukkan 32 responden (94%) pada tingkat mampu dan 2 responden (6%) pada tingkat cukup mampu. Ada pengaruh yang signifikan penerapan ROSIER <em>scale</em> terhadap peningkatan kemampuan perawat dalam deteksi dini <em>stroke </em>(p=0,000). ROSIER <em>scale</em> dapat dipertimbangkan penggunaannya sebagai instrumen deteksi dini <em>stroke</em> oleh tenaga kesehatan di <em>setting</em> pra-rumah sakit.</p> <p> </p> <p><em>The speed and accuracy of initial treatment highly determine the safety of stroke patients. Not all healthcare facilities have computed tomography scans (CT scans) to diagnose strokes. Healthcare workers at community health centers (puskesmas) can use alternative instruments for stroke screening in the form of scoring systems, allowing for immediate action to reduce disability and death due to stroke. This study aims to evaluate the impact of implementing the Recognition of Stroke in the Emergency Room (ROSIER) scale on improving nurses' ability to detect strokes early. This research is a quasi-experimental study with a one-group pre-post-test design conducted on nurses working in the Emergency Unit of a community health center (Puskesmas). The study sample consisted of 34 nurses. Data analysis was performed using the Wilcoxon signed-rank test. The results showed an increase in respondents' average early stroke detection ability before and after the implementation of the ROSIER scale, with an increase of 20.26 points (8.09±5.02 and 28.35±2.62). In the pre-test, all 34 respondents (100%) were incapable. The post-test results showed 32 respondents (94%) in the capable category and two respondents (6%) in the fairly capable category. The ROSIER scale implementation has a significant impact on improving nurses' ability to early detect strokes (p=0.000). The ROSIER scale can be considered for use as an early stroke detection instrument by healthcare workers in pre-hospital settings.</em></p>2024-06-25T00:00:00+09:00Copyright (c) 2024 Kristiyani Herda Rophi, Fitri Diah Muspithahttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/380KOMBINASI KEROKAN DAN AKUPRESUR MENURUNKAN TEKANAN DARAH2024-06-25T23:33:27+09:00Arfiyan Sukmadiarfiyan.sukmadi@uho.ac.idTheresia Febriana Christi Tyas Utamitheresia.sintadikti@gmail.comLalu Hersika Asmawarizalaluhersikariza@gmail.com<p>Hipertensi disebut sebagai <em>silent killer</em> karena termasuk penyakit mematikan tanpa gejala peringatan. Pada dasarnya pengobatan hipertensi dilakukan dengan dua cara, menggunakan obat (farmakologis) dan tanpa obat (nonfarmakologis). Pengobatan hipertensi tanpa obat cenderung menggunakan cara alami berbasis empiris, salah satunya adalah metode akupresur. Terapi non farmakologis yang sering digunakan umumnya adalah terapi kerokan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kerokan dan akupresur terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi. Studi ini menggunakan desain penelitian pre eksperimental dengan rancangan tes sebelum dan sesudah serta menggunakan kontrol. Kelompok perlakuan dilakukan kerokan dan akupresur sedang kelompok kontrol hanya dilakukan akupresur saja pada 15 responden di setiap kelompok. Sebanyak 30 responden telah diidentifikasi <em>Mean Arterial Pressure </em>(MAP) sebelum dan setelah perlakuan. Selisih rerata MAP kelompok intervensi setelah diberikan perlakuan sebesar 11,18 mmHg dan kelompok kontrol sebesar 6,67 mmHg dengan signifikansi p= 0,021 yang berarti terdapat perbedaan antara kelompok intervensi dan kontrol dan terapi kombinasi kerokan dengan akupresur lebih baik dibandingkan akupresur dalam menurunkan tekanan darah pasien hipertensi. Terapi kombinasi kerokan dan akupresur dapat dipertimbangkan sebagai alternatif terapi non farmakologis bagi penderita hipertensi.</p> <p> </p> <p><em>Hypertension is known as the silent killer because it is a deadly disease without warning symptoms. Essentially, hypertension treatment is carried out in two ways: pharmacologically (using medication) and non-pharmacologically (without medication). Non-pharmacological hypertension treatment tends to use natural, empirically-based methods, one of which is acupressure. A standard non-pharmacological therapy is "kerokan" (a traditional Indonesian scraping technique). This study aims to determine the effect of "kerokan" and acupressure on blood pressure in hypertension patients. This study uses a pre-experimental design with pre-and post-tests, including a control group. The treatment group received both "kerokan" and acupressure, while the control group received only acupressure, with 15 respondents in each group. A total of 30 respondents had their Mean Arterial Pressure (MAP) measured before and after the treatment. The mean difference in MAP in the intervention group after treatment was 11.18 mmHg, and in the control group, it was 6.67 mmHg, with a significance of p=0.021, indicating a difference between the intervention and control groups. The combination therapy of "kerokan" and acupressure was more effective in reducing blood pressure in hypertension patients than acupressure alone. The combination therapy of "kerokan" and acupressure can be considered as an alternative non-pharmacological treatment for hypertension patients.</em></p>2024-06-25T00:00:00+09:00Copyright (c) 2024 Arfiyan Sukmadi, Theresia Febriana Christi Tyas Utami, Lalu Hersika Asmawarizahttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/379COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY MENURUNKAN GEJALA DEPRESI PADA IBU POSTPARTUM2024-06-25T23:33:32+09:00Fitri Dia Muspithafitridia03@gmail.comKristiyani Herda Rophirophikristiyaniherda@gmail.com<p>Depresi postpartum merupakan sebuah gangguan mood yang dapat terjadi antara 2-6 minggu setelah melahirkan dan dapat berlangsung hingga satu tahun. Gangguan ini dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan psikologis pada ibu dan bayi. Salah satu intervensi yang efektif dalam mengurangi gejala depresi postpartum adalah <em>Cognitive Behavior Therapy</em> (CBT). CBT dapat mengatasi pola pikir dan perilaku yang tidak sehat, dengan penekanan pada keyakinan budaya tentang peran ibu. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh CBT terhadap gejala depresi postpartun. Metode penelitian ini menggunakan desain <em>quasi experiment dengan pre and post test one group without control group</em> di Puskesmas Arso III, Kabupaten Keerom, Papua. Sampel penelitian berjumlah 20 responden yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Pengukuran depresi postpartum menggunakan <em>Edinburg postpartum depression scale</em> (EPDS). Hasil penelitian menunjukan rata-rata skor depresi postpartum sebelum diberikan intervensi CBT adalah 11,4±0,5. Setelah diberikan intervensi CBT terjadi penurunan rata-rata skor depresi postpartum menjadi 7,0±0,79 (penurunan 4,4 poin). Hasil uji wilcoxon menunjukkan nilai p= 0,000, yang berarti penurunan skor depresi postpartum signifikan secara statistik. Terapi CBT dapat dilakukan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan psikologis pada ibu dan bayi.</p> <p> </p> <p><em>Postpartum depression is a mood disorder that can occur between 2 to 6 weeks after childbirth and may last up to 1 year. This disorder can affect the physical and psychological health of both the mother and the baby. One effective intervention for reducing postpartum depression symptoms is Cognitive Behavior Therapy (CBT). CBT can address unhealthy thought patterns and behaviors, with an emphasis on cultural beliefs about the role of the mother. This study aims to examine the effect of CBT on postpartum depression symptoms. This study uses a quasi-experimental design with pre-test and post-test in one group without a control group at Puskesmas Arso III, Keerom Regency, Papua. The sample consisted of 20 respondents selected using purposive sampling. Postpartum depression was measured using the Edinburgh Postpartum Depression Scale (EPDS). The results showed that the average postpartum depression score before the CBT intervention was 11.4±0.5. After the CBT intervention, the average postpartum depression score decreased to 7.0±0.79 (a reduction of 4.4 points). The Wilcoxon test results showed a p-value of 0.000, indicating that the decrease in postpartum depression scores was statistically significant. CBT can be implemented to improve both mother and baby's physical and psychological health.</em></p> <p> </p>2024-06-25T00:00:00+09:00Copyright (c) 2024 Fitri Dia Muspitha, Kristiyani Herda Rophihttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/378HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA REMAJA MADYA 2024-07-24T15:55:47+09:00Alfi Rahmadanialviramadan181@gmail.comDespita Pramesti despita_pramesti@almaata.ac.idRosma Fyki Kamalarfkamala@gmail.comWinda Rofiyatiwindarofiyati15@almaata.ac.id<p>Depresi merupakan salah satu masalah Kesehatan mental yang sebagian besar terjadi pada remaja. Pada masa ini jika remaja tidak mendapatkan support dari lingkungan khususnya dari keluarga dan adanya penolakan dari teman sebaya hal ini dapat menyebabkan stress yang memicu terjadinya depresi pada remaja madya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara interaksi teman sebaya dengan kejadian depresi pada remaja madya. Penelitian ini menggunakan metode <em>deskriptif korelasional</em> dengan desain pendekatan<em> cross sectional</em> di SMK Negeri 1 Sedayu. Sampel penelitian sebanyak 311 responden yang dipilih dengan teknik <em>proposionale stratified random sampling</em>. Pengukuran depresi menggunakan <em>patient health questionnaire-9</em> (PHQ-9) dan kuisioner interaksi teman sebaya. Metode analisis yang digunakan adalah uji statistik <em>spearman-rank</em>. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berusia 17-18 tahun (33,1%) dan berjenis kelamin laki-laki (84,9%). Sebanyak 61,7% remaja memiliki interaksi teman sebaya yang sangat tinggi dan kategori depresi minimal sebanyak 50,8%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara interaksi teman sebaya dengan kejadian depresi pada remaja madya (p=0,006). Diharapkan para siswa-siswi agar menyadari pentingnya kesehatan mental khususnya depresi. Apabila gejala depresi yang dialami telah mengganggu aktivitas sehari-hari dianjurkan untuk meminta bantuan professional seperti psikolog atau psikiater agar dampak dari depresi dapat terkontrol sehingga tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.</p> <p><em>Depression is one of the most prevalent mental health issues among adolescents. During this period, lack of support from the environment, particularly from family, and rejection from peers can cause stress that triggers depression in mid-adolescents. This study aims to determine the relationship between peer interaction and the occurrence of depression in mid-adolescents. This research used a descriptive correlational method with a cross-sectional design at SMK Negeri 1 Sedayu. The sample consisted of 311 respondents selected using proportional stratified random sampling techniques. Depression was measured using the Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9) and a peer interaction questionnaire. The statistical analysis method used was the Spearman-rank test. The results showed that most respondents were 17-18 (33.1%) and male (84.9%). As many as 61.7% of adolescents had very high peer interaction, and 50.8% fell into the minimal depression category. Statistical test results showed a relationship between peer interaction and the occurrence of depression in mid-adolescents (p=0.006). Students are expected to be aware of the importance of mental health, especially depression. Suppose the symptoms of depression interfere with daily activities. In that case, it is recommended to seek professional help, such as from a psychologist or psychiatrist, so that the impact of depression can be controlled, preventing harm to oneself and others.</em></p> <p> </p>2024-06-29T00:00:00+09:00Copyright (c) 2024 Alfi Rahmadani, Despita Pramesti , Rosma Fyki Kamala, Winda Rofiyatihttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/377SPIRITUAL WELL BEING DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN TUBERKULOSIS PARU2024-06-25T23:33:36+09:00Ifa Nofaliaifanofalia@gmail.comSuhendra Wibowosuhendra686@gmail.com<p>Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan penyakit menular kronis yang berdampak signifikan pada berbagai aspek kehidupan pasien. Banyaknya dampak yang terjadi akan menyebabkan penurunan pada kualitas hidup pasien. <em>Spiritual well-being</em> dapat membuat seseorang menerima kondisi yang terjadi padanya sehingga diharapkan meningkatkan kualitas hidup. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan <em>spiritual well-being</em> dengan kualitas hidup pada pasien TB paru di Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif observasional analitik dengan pendekatan <em>cross sectional</em>. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 192 pasien dengan sampel 130 responden dengan penarikan menggunakan teknik <em>simple random sampling</em>. Kuisioner <em>Spiritual Well Being Scale</em> (SWBS) digunakan untuk menilai <em>spiritual well-being</em> dan <em>World Health Organization Quality Of Life – BREF </em>(WHOQOL-BREF) untuk mengukur kualitas hidup pada pasien. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan uji <em>spearman rank</em>. Hasil penelitian menunjukkan 57% responden memiliki tingkat <em>spiritual well being</em> tinggi. Sebanyak 61% responden memiliki kualitas hidup tinggi. Hasil uji korelasi <em>spearman rank </em>menunjukkan ada hubungan antara <em>spiritual well being</em> dengan kualitas hidup pada pasien tuberkulosis paru (p= 0,001). Oleh karena itu dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien tuberkulosis paru perlu diberikan intervensi untuk meningkatkan <em>spiritual well-being</em> sehingga kualitas hidup juga meningkat.</p> <p> </p> <p><em>Pulmonary tuberculosis (pulmonary TB) is a chronic infectious disease that significantly impacts various aspects of patients' lives. The numerous effects of the disease can lead to a decrease in patients' quality of life. Spiritual well-being can help individuals accept their condition, improving their quality of life. This study aims to determine the relationship between spiritual well-being and quality of life in pulmonary TB patients in Peterongan District, Jombang Regency. This research employs a quantitative observational analytic method with a cross-sectional approach. The population in this study consisted of 192 patients, with a sample of 130 respondents selected using simple random sampling. The Spiritual Well-Being Scale (SWBS) was used to assess spiritual well-being, and the World Health Organization Quality Of Life – BREF (WHOQOL-BREF) was used to measure the quality of life in patients. Data analysis was conducted using the Spearman rank test. The results showed that 57% of respondents had a high level of spiritual well-being, and 61% had a high quality of life. The Spearman rank correlation test results indicated a relationship between spiritual well-being and quality of life in pulmonary TB patients (p=0.001). Therefore, nursing care for pulmonary TB patients should include interventions to enhance their spiritual well-being and improve their quality of life.</em></p>2024-06-25T00:00:00+09:00Copyright (c) 2024 Ifa Nofalia, Suhendra Agung Wibowohttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/376LITERASI KESEHATAN BERHUBUNGAN DENGAN SELF CARE MANAGEMENT PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS2024-06-25T23:33:40+09:00Ferlan Ansye Pondaagelan.akto@gmail.comDina Marianadinamariana@unsrat.ac.idMusfirah Ahmadmusfirahmad@unsrat.ac.id<p>Penyakit ginjal kronis (PGK) saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia dan dunia karena prevalensi dan kejadian gagal ginjal terus meningkat dari tahun ke tahun, prognosis yang buruk dan menghabiskan biaya yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan literasi kesehatan dengan <em>self care management </em>pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuntitatif menggunakan desain <em>cross sectional. </em>Pengambilan sampel dengan <em>consecutive sampling </em>dan diperoleh 121 responden pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP Prof R.D. Kandou pada bulan Juli-Agustus 2023. Pengumpulan data menggunakan kuesioner adaptasi dari <em>European Health Literacy Survey</em> dan <em>Chronic Kidney Disease Self Care Scale </em>serta analisis data <em>Spearman. </em>Hasil penelitian menunjukkan bahwa 59,5% responden memiliki tingkat literasi kesehatan memadai, dan 53,72% responden memiliki <em>self managemen </em>tinggi. Ada hubungan antara literasi kesehatan dengan <em>self care management </em>pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis (p=0,000). Pemberian edukasi terkait manajemen perawatan diri pasien oleh perawat perlu mengenal tingkat literasi kesehatan pasien sehingga pasien dapat memahami informasi yang disampaikan serta dapat mengambil keputusan yang tepat terkait perawatan kesehatan.</p> <p> </p> <p><em>Chronic kidney disease (CKD) is currently a significant public health issue in Indonesia and worldwide due to the increasing prevalence and incidence of kidney failure each year, poor prognosis, and high costs. This study examines the relationship between health literacy and self-care management in CKD hemodialysis patients. This research employs a quantitative approach with a cross-sectional design. Sampling was done using consecutive sampling, resulting in 121 respondents who were CKD patients undergoing hemodialysis at RSUP Prof R.D. Kandou during July-August 2023. Data collection utilized questionnaires adapted from the European Health Literacy Survey and the Chronic Kidney Disease Self-Care Scale, with data analysis performed using the Spearman test. The results showed 59.5% of respondents had adequate health literacy levels, and 53.72% had high self-care management. A relationship exists between health literacy and self-care management in CKD hemodialysis patients (p=0.000). Nurses need to recognize patients' health literacy levels when providing education related to self-care management so that patients can understand the information provided and make appropriate decisions regarding their healthcare.</em></p>2024-06-25T00:00:00+09:00Copyright (c) 2024 Ferlan Ansye Pondaag, Dina Mariana, Musfirah Ahmadhttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/370HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PENERAPAN EARLY WARNING SYSTEM (EWS) OLEH PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP 2024-06-25T23:33:43+09:00Fany Lairin Djalabarupodi@gmail.comNining Nirmalasariningko2016@gmail.comYuliusoppo.poso2014@gmail.com<p>Kematian adalah salah satu indikator mutu pelayanan kesehatan yang sangat penting. Tingginya angka kematian di rumah sakit merupakan pertanda kemungkinan adanya masalah mutu pelayanan yang membutuhkan tindakan perbaikan, salah satunya adalah penerapan <em>Early Warning Sytem</em> (EWS). Keberhasilan penerapan EWS oleh perawat salah satunya dipengaruhi oleh faktor pengetahuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan penerapan EWS oleh perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Poso. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif korelasional dengan pendekatan <em>cross-sectional</em>. Populasi penelitian ini yaitu perawat di ruang rawat inap RSUD Poso. Sampel penelitian ini berjumlah 56 perawat. Data dianalisis dengan menggunakan uji statistik menggunakan <em>fisher-exact</em>. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik (96,4%). Penerapan EWS oleh perawat dalam kategori baik (85,7%). Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat dengan penerapan EWS (p=0,000). Upaya peningkatan pengetahuan tentang penerapan EWS perlu ditingkatkan melalui pelatihan dan penyegaran informasi.</p> <p> </p> <p><em>Mortality is one of the most important indicators of the quality of healthcare services. High mortality rates in hospitals may indicate potential quality issues that require corrective actions, such as implementing an Early Warning System (EWS). Their level of knowledge influences the successful implementation of EWS by nurses. This study aims to determine the relationship between the level of knowledge and the implementation of EWS by nurses in the inpatient wards of Poso Regional General Hospital. This research design uses a descriptive correlational approach with a cross-sectional method. The study population consisted of nurses in the inpatient wards of Poso Regional General Hospital, with a sample size of 56 nurses. Data were analyzed using the Fisher exact test. The results showed that the majority of respondents had good knowledge (96.4%), and the implementation of EWS by nurses was in a good category (85.7%). There is a significant relationship between nurses' knowledge and the implementation of EWS (p=0.000). Efforts to improve knowledge about the implementation of EWS need to be enhanced through training and information refreshment.</em></p>2024-06-25T00:00:00+09:00Copyright (c) 2024 Fany Lairin Djala, Nining Nirmalasari, Yuliushttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/368HUBUNGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DENGAN SIKAP ETIS PERAWAT TERHADAP PASIEN2024-06-25T23:33:48+09:00Ranti Damayantirantidamayanti@upi.eduDiding Kelana Setiadididingks@upi.eduRia Inriyanariainriyana@upi.edu<p>Kepuasan kerja diduga dapat menentukan atau mendorong kinerja perawat ke arah yang baik atau sebaliknya. Salah satu yang termasuk ke dalam kinerja perawat adalah sikap etis perawat terhadap pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepuasan kerja perawat dengan sikap etis perawat terhadap pasien. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain <em>cross sectional</em>. Penelitian ini melibatkan seluruh perawat pelaksana di 11 ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Sumedang dengan jumlah sampel 160 responden yang dipilih melalui <em>simple</em> <em>random sampling</em>. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk mengukur kepuasan kerja dan sikap etis perawat terhadap pasien dengan bentuk <em>google form. </em>Hasil penelitian menunjukkan 94,37% responden memiliki tingkat kepuasan kerja tinggi. Sebagian besar responden memiliki sikap etis yang baik terhadap pasien (90,00%). Hasil uji <em>spearman correlation</em> diperoleh nilai p= 0,001 dengan koefisien korelasi 0,677, yang berarti ada hubungan kuat dan memiliki arah positif antara kepuasan kerja perawat dengan sikap etis perawat terhadap pasien. Disarankan pihak rumah sakit untuk melakukan pengukuran kepuasan kerja perawat dan evaluasi untuk mempertahankan kepuasan kerja perawat tetap tinggi sehingga menunjukkan sikap yang positif.</p> <p> </p> <p><em>Job satisfaction is believed to influence or drive nurse performance positively or negatively. One aspect of nurse performance is the ethical attitude of nurses towards patients. This study aims to determine the relationship between nurse job satisfaction and the moral attitude of nurses toward patients. This is a quantitative study with a cross-sectional design. The study involved all implementing nurses in 11 inpatient wards of Sumedang Regional General Hospital, with a sample size of 160 respondents selected through simple random sampling. Data collection was conducted using a questionnaire to measure job satisfaction and the ethical attitude of nurses towards patients via Google Forms. The results showed that 94.37% of respondents had high job satisfaction. Most respondents had a good ethical attitude towards patients (90.00%). The Spearman correlation test results showed a p-value of 0.001 with a correlation coefficient of 0.677, indicating a strong and positive relationship between nurse job satisfaction and the ethical attitude of nurses towards patients. It is recommended that the hospital conduct regular measurements of nurse job satisfaction and evaluations to maintain high job satisfaction, thus fostering a positive attitude.</em></p>2024-06-25T00:00:00+09:00Copyright (c) 2024 Ranti Damayanti, Diding Kelana Setiadi, Ria Inriyanahttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/367HUBUNGAN PELAKSANAAN FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN PENGORGANISASIAN DENGAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT DI MASA COVID-192024-06-25T23:33:54+09:00Dwi Debi Tampa'idebbytampai123@gmail.com<p>Keadaan pandemi COVID-19 yang terjadi secara mendadak dan cepat berpengaruh kepada perencanaan yang telah disusun sebelumnya oleh Puskesmas. Segala bentuk manajemen Puskesmas harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pelayanan dalam menghadapi pandemi COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pelaksanaan fungsi manajemen keperawatan pengorganisasian dengan pelayanan kesehatan masyarakat di masa COVID-19 pada Puskesmas Kayamanya Kabupaten Poso. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan <em>cross sectional</em> pada bulan September tahun 2021 di Puskesmas Kayamanya. Sampel penelitian berjumlah 44 orang yang dipilih dengan teknik <em>simple random sampling</em>. Analisis statistik yang digunakan adalah uji <em>chi</em><em>-square</em>. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki fungsi manajemen keperawatan <em>pengorganisasian</em> dalam kategori baik (63,6%) dan pelayanan kesehatan masyarakat dalam kategori baik (56,8%). Ada hubungan antara fungsi manajemen keperawatan pengorganisasian dengan pelayanan kesehatan masyarakat <em>(</em>p= 0,013). Diharapkan kepada pemberi pelayanan kesehatan khususunya di puskesmas untuk mengoptimalkan pelayanannya berdasarkan fungsi manajemen keperawatan yang diterapkan.</p> <p> </p> <p><em>The sudden and rapid onset of the COVID-19 pandemic affected the pre-established plans by community health centers (Puskesmas). All forms of Puskesmas management had to be adjusted to meet the conditions and service needs during the COVID-19 pandemic. This study, with its significant findings, aims to determine the relationship between implementing the nursing management function of organizing and community health services during COVID-19 at the Kayamanya Puskesmas, Poso Regency. This research used a quantitative method with a cross-sectional approach conducted in September 2021 at the Kayamanya Puskesmas. The study sample consisted of 44 individuals selected using simple random sampling. The statistical analysis used was the chi-square test. The results showed that most respondents had a suitable category of nursing management organizing function (63.6%) and a suitable category of community health services (56.8%). There is a relationship between the nursing management organizing function and community health services (p=0.013). It is hoped that health service providers, especially at Puskesmas, will optimize their services based on the applied nursing management functions.</em></p>2024-06-25T00:00:00+09:00Copyright (c) 2024 Dwi Debi Tampa'ihttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/366HUBUNGAN INTENSITAS NYERI DENGAN KUALITAS TIDUR PADA PASIEN SECTIO CAESAREA DI RUANG KEBIDANAN 2024-06-25T23:33:58+09:00Ni Made Dewi Susantinimadedewi09@gmail.com<p>Persalinan <em>sectio caesarea</em> (SC) sering menyebabkan rasa sakit di perut karena sayatan operasi. Adanya keluhan nyeri setelah operasi adalah hal yang normal namun dapat berdampak pada kualitas tidur. Tidur diperlukan untuk memaksimalkan proses penyembuhan sehingga jika kualitas tidur terganggu maka akan menghambat proses penyembuhan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan intensitas nyeri dengan kualitas tidur pada pasien SC di ruang kebidanan RSU Sinar Kasih Tentena. Jenis penelitian ini bersifat analitis dengan menggunakan pendekatan <em>cross sectional</em>. Sampel penelitian adalah pasien yang telah menjalani SC yang dilakukan pada 4-13 Agustus 2022 berjumlah 30 responden. Pengumpulan data menggunakan <em>Numeric Rating Scale</em> (NRS) dan <em>Sleep Quality Questionnaire</em> (SQQ). Data dianalisis menggunakan uji <em>Spearman Rank</em>. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden mengalami intensitas nyeri sedang (53,7%) dan kualitas tidur yang buruk (76,7%). Ada hubungan antara intensitas nyeri dengan kualitas tidur pasien SC di ruang kebidanan RSU Sinar Kasih Tentena (p= 0,005). Pihak Rumah sakit dapat memberikan penyuluhan terkait nyeri yang dirasakan oleh responden pasca operasi SC dan cara mengatasi nyeri yang timbul.</p> <p> </p> <p><em>Cesarean section (C-section) often causes abdominal pain due to the surgical incision. Postoperative pain complaints are normal but can affect sleep quality. Sleep is essential for maximizing the healing process, and poor sleep quality can hinder recovery. This study aims to determine the relationship between pain intensity and sleep quality in C-section patients in the maternity ward of RSU Sinar Kasih Tentena. This research is analytical with a cross-sectional approach. The study sample consisted of 30 respondents who had undergone C-sections from August 4-13, 2022. Data collection was conducted using the Numeric Rating Scale (NRS) and the Sleep Quality Questionnaire (SQQ). Data were analyzed using the Spearman Rank test. The results showed that the majority of respondents experienced moderate pain intensity (53.7%) and poor sleep quality (76.7%). There is a relationship between pain intensity and sleep quality in C-section patients in the maternity ward of RSU Sinar Kasih Tentena (p = 0.005). The hospital, with its potential to empower patients through education, can provide valuable insights related to the pain experienced by respondents after a C-section and ways to manage the pain.</em></p>2024-06-25T00:00:00+09:00Copyright (c) 2024 Ni Made Dewi Susantihttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/361TERAPI HANDHELD FAN TERHADAP DYSPNEA PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE DI RSUD KOTA BAUBAU2024-01-01T15:05:09+09:00Andi Nurhikma MahdiANDINURHIKMA.NERS@GMAIL.COMIan Saputrasaputraian26@gmail.comTeti Susliyanti Hasiutetisusliyanti@gmail.com<p><em>Congestive heart failure</em> (CHF) merupakan penyakit penyebab kematian terbanyak kedua di Indonesia setelah stroke. Gejala yang sering ditemukan pada CHF adalah <em>dyspnea</em> diikuti nyeri dada dan jantung berdebar. <em>Paroxysmal nocturnal dyspnea</em> yang sering muncul dengan tiba-tiba menyebabkan gangguan tidur pada penderita. Terapi <em>handheld fan</em> merupakan suatu terapi yang dapat digunakan dalam menangani dyspnea dan telah direkomendasikan dalam penanganan dyspnea akut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi <em>handheld fan</em> terhadap dyspnea pada pasien CHF di RSUD Baubau. Desain penelitian menggunakan pre eksperimen <em>one group pretest-posttest</em><em> design</em> dengan jumlah sampel 20 responden yang dipilih secara <em>accidental sampling</em>. Pengumpulan data menggunakan instrumen <em>Modified Borg Scale</em> dan <em>handhel</em><em>d fan</em>. Uji statistik yang digunakan ialah <em>Wilcoxon Sign Rank Test</em>. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata dyspnea sebelum terapi handheld fan berada pada tingkat sesak nafas ringan (45%) dan setelah diberikan terapi <em>handheld fan </em>rata-rata berada pada tingkat sangat sedikit sesak nafas (70%). Terdapat pengaruh pemberian terapi <em>handheld fan </em>terhadap dyspnea pada pasien CHF di RSUD Kota Baubau (p= 0,000). Peneliti selanjutnya dapat menggunakan kipas genggam yang terstandar diameter dan kecepatan hembusan anginnya, menambahkan variabel penelitian seperti tingkat kenyamaan, alat ukur tambahan seperti respiratory rate dan saturasi oksigen.</p> <p><em>Abstract</em></p> <p><em>Congestive heart failure (CHF) is the second leading cause of death in Indonesia after stroke. Common symptoms found in CHF include dyspnea, followed by chest pain and palpitations. Paroxysmal nocturnal dyspnea often suddenly appears, causing sleep disturbances in patients. Handheld fan therapy is a treatment that can be used to manage dyspnea and has been recommended for acute dyspnea management. This study aims to determine the effect of handheld fan therapy on dyspnea in CHF patients at RSUD Baubau. The research design used a pre-experimental one-group pretest-posttest design with a sample of 20 respondents selected through accidental sampling. Data collection used the Modified Borg Scale instrument and a handheld fan. The statistical test used was the Wilcoxon Sign Rank Test. The results showed that the average dyspnea level before handheld fan therapy was mild breathlessness (45%), and after the therapy, it was very slightly breathless (70%). There was a significant effect of handheld fan therapy on dyspnea in CHF patients at RSUD Kota Baubau (p= 0.000). Future researchers could use a standardized handheld fan with a specified diameter and wind speed, add research variables like comfort level, and use additional measurement tools such as respiratory rate and oxygen saturation.</em></p>2023-12-31T00:00:00+09:00Copyright (c) 2023 Andi Nurhikma Mahdi, Ian Saputra, Teti Susliyanti Hasiuhttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/360HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, POLA ASUH, PENYAKIT INFEKSI DENGAN KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA USIA 12-59 BULAN 2024-01-08T10:59:35+09:00Rosmin Mariati Tinggineherosmin_t@yahoo.co.idEvelin Ardhya Novita Tumbirievelintumbiri@gmail.com<p>Anak balita usia 12-59 bulan merupakan kelompok usia yang paling sering mengalami kekurangan gizi. Di Indonesia, masalah ini menjadi fokus kesehatan masyarakat, mengingat dampak jangka panjangnya pada perkembangan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi, pola asuh, dan penyakit infeksi dengan status gizi pada balita usia 12-59 bulan. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Ria, Kota Jayapura dengan menggunakan desain <em>cross-sectional</em>. Sampel penelitian adalah ibu yang memiliki balita usia 12 – 59 bulan yang berjumlah 91 orang yang ditetapkan menggunakan teknik <em>simple random sampling</em>. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang mengukur pengetahuan gizi, observasi pola asuh, dan catatan medis untuk penyakit infeksi. Analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 54,9% balita usia 12 – 59 bulan masuk dalam kategori status gizi kurang. Pengetahuan gizi (p= 0,000), pola asuh (p= 0,000) dan penyakit infeksi (p= 0,000) memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Ria. Temuan ini mengindikasikan bahwa perbaikan status gizi dapat dilakukan melalui peningkatan pengetahuan ibu tentang gizi dan pola asuh yang baik, serta pencegahan penyakit infeksi pada balita. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk melakukan studi longitudinal untuk mengkaji dampak jangka panjang dari faktor-faktor ini terhadap status gizi anak. Temuan ini dapat berkontribusi dalam pengembangan kebijakan dan program yang ditargetkan untuk mengatasi masalah gizi kurang pada anak-anak di Indonesia.</p> <p><em>Abstract</em></p> <p><em>Children aged 12-59 months are the age group most frequently experiencing nutritional deficiencies. In Indonesia, this issue has become a public health focus, considering its long-term impact on child development. This study aims to determine the relationship between nutritional knowledge, parenting patterns, and infectious diseases with the nutritional status of children aged 12-59 months. The research was conducted in the working area of Puskesmas Tanjung Ria, Jayapura City, using a cross-sectional design. The research sample consisted of 91 mothers with children aged 12 – 59 months, selected using simple random sampling technique. Data were collected through questionnaires measuring nutritional knowledge, observation of parenting patterns, and medical records for infectious diseases. Data analysis used the chi-square test. The results showed that 54.9% of children aged 12 – 59 months had poor nutritional status. Nutritional knowledge (p= 0.000), parenting patterns (p= 0.000), and infectious diseases (p= 0.000) were significantly related to the nutritional status in the working area of Puskesmas Tanjung Ria. These findings indicate that improvements in nutritional status can be achieved by increasing mothers' knowledge about nutrition and good parenting and preventing infectious diseases in toddlers. For future research, it is suggested that a longitudinal study be conducted to examine the long-term impact of these factors on children's nutritional status. These findings can contribute to developing targeted policies and programs to address the issue of poor nutrition in children in Indonesia.</em></p>2023-12-31T00:00:00+09:00Copyright (c) 2023 Rosmin Mariati Tingginehe, Evelin Ardhya Novita Tumbirihttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/359PERBANDINGAN EFEKTIVITAS METODE VIDEO DAN DEMONSTRASI TATAP MUKA DALAM PRAKTIKUM PEMASANGAN INFUS2023-12-29T17:03:42+09:00Sunarti Sunartisunarti.rzk@gmail.comHugo Kingson Borneohugokingsonb@gmail.comFitri Dia Muspithafitridia03@gmail.comMarjuannahmarjuannah1989@gmail.com<p>Penerapan praktik laboratorium dengan menggunakan video meskipun diharapkan mampu memberikan pengalaman praktik yang sama dengan tatap muka di laboratorium, namun memunculkan pertanyaan pada praktisi laboratorium keperawatan tentang efektivitas media video sebagai media pembelajaran tunggal. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas metode video dan demonstrasi tatap muka dalam praktikum pemasangan infus. Penelitian ini merupakan <em>true eksperiment</em> dengan <em>pre-post test design</em> yang dilakukan pada mahasiswa Program Studi program studi Diploma III Keperawatan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Jayapura pada bulan Juni - September 2023. Sampel penelitian berjumlah 52 orang yang dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu yang diberikan pembelajaran secara tatap muka dan kelompok yang diberikan pembelajaran dengan video. Analisis data menggunakan uji <em>Mann-whitney</em>, uji <em>wilcoxon</em> dan uji t berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan secara signifikan nilai rata-rata sebelum dan sesudah pada masing-masing kelompok pemberian pembelajaran dengan diberikan video (p= 0,001) dan pembelajaran tatap muka (p= 0,000). Ada perbedaan rata-rata skor nilai keterampilan tentang kompetensi pemasangan infus antara kelompok yang diberikan video dengan kelompok tatap muka (p= 0,047). Sedangkan pada pengetahuan, tidak ada perbedaan antara kelompok yang diberikan video dan demonstrasi tatap muka (p= 0,552). Pembelajaran dengan pemberian video dapat dipertimbangkan sebagai media pembelajaran praktikum pemasangan infus.</p> <p><em>Abstract</em></p> <p><em>The implementation of laboratory practices using videos, although expected to provide the same practical experience as face-to-face in the laboratory, raises questions among nursing laboratory practitioners about the effectiveness of video media as a single learning medium. This study aims to test the effectiveness of video methods and face-to-face demonstrations in intravenous infusion practicum. This research is a true experiment with a pre-post test design conducted on students of the Diploma III Nursing Study Program, Politeknik Kesehatan Kemenkes Jayapura in June - September 2023. The research sample consisted of 52 people who were divided into 2 groups: those given face-to-face learning and a group given learning with videos. Data analysis used the Mann-Whitney test, Wilcoxon test, and paired t-test. The results showed a significant difference in the average value before and after in each learning group given with videos (p= 0.001) and face-to-face learning (p= 0.000). There is a difference in the average skill score about the competence of intravenous infusion installation between the group given the video and the face-to-face group (p= 0.047). Meanwhile, in knowledge, there is no difference between the group given video and face-to-face demonstration (p= 0.552). Learning with video provision can be considered as a learning medium for intravenous infusion practicum.</em></p>2023-12-29T00:00:00+09:00Copyright (c) 2023 Sunarti Sunarti, Hugo Kingson Borneo, Fitri Dia Muspitha, Marjuannahhttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/358GRATITUDE DENGAN STRES PASIEN TUBERKULOSIS PARU2023-12-31T22:56:47+09:00Ifa Nofaliaifanofalia@gmail.comSuhendra Agung Wibowosuhendra686@gmail.com<p>Tuberkulosis (TB) paru merupakan salah satu penyakit yang membutuhkan waktu pengobatan lama sehingga rentan mengalami stres. Stres yang dialami pasien tuberkulosis paru sangat berfariatif mulai dari normal, ringan, sedang, parah, hingga sangat parah. Praktik kebersyukur (gratitude) dapat memicu perasaan positif dan mengurangi gangguan emosi yang berdampak pada kesehatan mental, seperti kecemasan, stres, bahkan depresi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan gratitude dengan stres pada pasien TB paru di kecamatan Mojowarno kabupaten Jombang. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini sejumlah 241 responden dengan sampel 150 responden dan pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Kuesioner <em>Depression, Anxiety, and Stress Scale</em>-21 (DASS-21) digunakan untuk menilai stress dan <em>Gratitude Questionnaire</em>-6 (GQ-6) untuk mengukur gratitude pada pasien. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan uji spearman rank. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa 58,7% responden memiliki tingkat gratitude tinggi, 39,3% sedang dan 2% rendah. Hasil analisa data stres menunjukkan 52% tidak mengalami stres, 38% stres ringan, 8,7% stres sedang dan 1,3% stres berat. Hasil uji korelasi spearman rank diperoleh nilai p= 0,005 yang artinya terdapat hubungan antara gratitude dengan stress pada pasien tuberkulosis paru. Hal ini berimplikasi bahwa gratitude menjadi dasar bagi seorang pasien tuberkulosis paru dalam mengurangi stres.</p> <p><em>Abstract</em></p> <p><em>Pulmonary tuberculosis (TB) is a disease that requires a long treatment time, making it susceptible to stress. The stress experienced by pulmonary tuberculosis patients varies from normal, mild, moderate, severe, to very severe. The practice of gratitude can trigger positive feelings and reduce emotional disorders that impact mental health, such as anxiety, stress, and even depression. The aim of this research is to determine the relationship between gratitude and stress in pulmonary TB patients in Mojowarno sub-district, Jombang district. This research uses quantitative observational analytical methods with a cross sectional approach. The population in this study was 241 respondents with a sample of 150 respondents and sampling used simple random sampling. The Depression, Anxiety, and Stress Scale</em>-21 (DASS-21) <em>questionnaire is used to assess stress and the Gratitude Questionnaire-6 (GQ-6) to measure gratitude towards patients. The data analysis method used is the Spearman rank test. The results of the research showed that 58.7% of respondents had a high level of gratitude, 39.3% had a medium level and 2% had a low level. The results of stress data analysis showed that 52% experienced no stress, 38% had mild stress, 8.7% had moderate stress and 1.3% had severe stress. The results of the Spearman rank correlation test obtained a value of p= 0.005, which means there is a relationship between gratitude and stress in pulmonary tuberculosis patients. This has the implication that gratitude is the basis for a pulmonary tuberculosis patient in reducing stress.</em></p>2023-12-31T00:00:00+09:00Copyright (c) 2023 Ifa Nofalia, Suhendra Agung Wibowohttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/356PENGARUH PEMBERIAN JUS BUAH NAGA MERAH (HYLROCEREUS POLYRHIZUS) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PEGAWAI DENGAN HIPERKOLESTEROLEMIA 2024-08-01T12:39:13+09:00Rizki Sari UtamiUtamisari0784@gmail.comSiska Nataliasiskanats@gmail.comRahma Dewita Sophasisdew0709@gmail.com<p>Buah naga dengan daging buah berwarna merah berpotensi menurunkan kolesterol total dan trigliserida dan antioksidan, antara lain flavonoid, betain, hidroksisinamat, karotenoid, likopen, asam linoleat dan linolenat, serta vitamin C. Penelitian bertujuan untuk menguji pengaruh konsumsi jus buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap tingkat kolesterol total. pada pegawai hiperkolesterolemia. Penelitian ini menggunakan desain q<em>uasi eksperimental</em> dengan rancangan <em>pre test</em> <em>and</em> <em>post test with control group</em>. Sampel penelitian dibagi menjadi 2 kelompok masing-masing 15 responden yang dipilih dengan <em>purposive</em> <em>sampling</em>. Kelompok intervensi diberikan jus buah naga merah selama 21 hari di pagi hari. Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok intervensi terjadi penurunan rata-rata kadar kolesterol setelah diberikan intervensi pemberian jus buah sebesar 28,33 mg/dl, dimana sebelum pemberian pemberian jus buah naga merah rata-rata kadar kolesterol sebesar 236,33±21,33 mg/dl dan rata-rata kolesterol sesudah pemberian jus buah naga merah sebesar 208,0±22,5 mg/dl. Ada perbedaan rata-rata kadar kolesterol antara kelompok yang diberikan jus buah naga merah dengan kelompok kontrol sebesar 20,8 mg/dl sesudah pemberian jus buah naga merah dengan nilai p= 0,014, yang berarti perbedaan kadar kolesterol antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol signifikan secara statistik. Jus buah naga merah dapat direkomendasikan sebagai terapi komplementer non-farmakologis dalam penatalaksanaan hiperkolesterolemia.</p> <p> </p> <p><em>Red dragon fruit, with its red flesh, has the potential to lower total cholesterol and triglycerides due to its antioxidant properties, including flavonoids, betaine, hydroxycinnamates, carotenoids, lycopene, linoleic and linolenic acids, and vitamin C. This study examines the effect of consuming red dragon fruit juice (Hylocereus polyrhizus) on total cholesterol levels in employees with hypercholesterolemia. This study uses a quasi-experimental design with a pre-test and post-test with a control group design. The sample was divided into two groups, each comprising 15 respondents selected through purposive sampling. The intervention group was given red dragon fruit juice for 21 days in the morning. The results showed that in the intervention group, there was an average reduction in cholesterol levels of 28.33 mg/dl after the juice intervention, where the average cholesterol level before the intervention was 236.33±21.33 mg/dl and the average cholesterol level after the red dragon fruit juice intervention was 208.0±22.5 mg/dl. There was a difference in the average cholesterol levels between the group given red dragon fruit juice and the control group of 20.8 mg/dl after the red dragon fruit juice intervention, with a p-value of 0.014, indicating that the difference in cholesterol levels between the intervention and control groups was statistically significant. Red dragon fruit juice can be recommended as a non-pharmacological complementary therapy for hypercholesterolemia.</em></p>2024-06-29T00:00:00+09:00Copyright (c) 2024 Rizki Sari Utami, Siska Natalia, Rahma Dewita Shopahttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/355HUBUNGAN SEDENTARY LIFESTYLE DAN POLA TIDUR DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA REMAJA USIA 14-18 TAHUN2024-01-01T09:22:18+09:00Fiqih Zakiyah ilyasfiqihz17@gmail.comArneliwatiarneliwati@lecturer.unri.ac.idAminatul Fitrifiqihz17@gmail.com<p>Masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa disebut dengan masa remaja. <em>Sedentary lifestyle</em> adalah mencakup aktivitas apa pun yang dilakukan di luar tempat tidur, dengan posisi paling umum atau dominan adalah duduk dan berbaring, serta jumlah kalori yang terbakar minimal. Semakin lama seseorang melakukan <em>sedentary</em> semakin besar kemungkinan seseorang untuk mengalami beberapa masalah kesehatan, termasuk obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara <em>sedentary lifestyle</em> dan pola tidur dengan kejadian obesitas. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif menggunakan desain <em>cross-sectional</em> di Pekanbaru. Sampel penelitian sebanyak 277 responden dengan menggunakan teknik <em>stratified random sampling</em>. Pengukuran <em>sedendary lifestyle</em> menggunakan <em>Adolescent Sedentary Activity Questionnaire</em> (ASAQ). Analisis bivariat menggunakan uji <em>chi-square</em>. Hasil penelitian yang didapatkan karakteristik responden sebagian besar responden usia 16 tahun (51,4%) dan berjenis kelamin perempuan (58,5%). Sebanyak 66,4% remaja berada pada kategori <em>sedentary lifestyle</em> sedang. Ada hubungan hubungan antara <em>sedentary lifestyle </em>dengan kejadian obesitas pada remaja usia 14- 18 tahun (p= 0,031). Sedangkan pola tidur tidak berhubungan dengan kejadian obesitas (p=1,000). Sekolah dan orang tua dapat berperan aktif dalam memberikan edukasi dan fasilitas untuk mendukung gaya hidup aktif di kalangan remaja. Selain itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkaji faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi kejadian obesitas pada remaja, termasuk pola makan, faktor genetik, dan lingkungan sosial.</p> <p><em>Abstract</em></p> <p><em>The transition period between childhood and adulthood is called adolescence. A sedentary lifestyle includes any activity conducted outside of bed, with the most common or dominant positions being sitting and lying down and minimal calories burned. The longer an individual engages in sedentary behavior, the greater the likelihood of experiencing several health problems, including obesity. This study aims to determine the relationship between a sedentary lifestyle and sleep patterns and the incidence of obesity. It employs a descriptive method using a cross-sectional design in Pekanbaru. The study sample consisted of 277 respondents, selected using stratified random sampling. Sedentary lifestyle measurement was conducted using the Adolescent Sedentary Activity Questionnaire (ASAQ). Bivariate analysis was carried out using the chi-square test. The results showed that most respondents were 16 (51.4%) and female (58.5%). About 66.4% of adolescents were in the moderate sedentary lifestyle category. There was a significant relationship between a sedentary lifestyle and the incidence of obesity in adolescents aged 14-18 years (p= 0.031). However, sleep patterns were not related to the incidence of obesity (p=1.000). Schools and parents can play an active role in providing education and facilities to support an active lifestyle among adolescents. Furthermore, further research is needed to examine other factors that may influence the incidence of obesity in adolescents, including dietary patterns, genetic factors, and the social environment.</em></p>2023-12-31T00:00:00+09:00Copyright (c) 2023 Fiqih Zakiyah ilyas, Arneliwati, Aminatul Fitrihttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/354HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI SEIMBANG PADA IBU HAMIL DALAM MENCEGAH STUNTING2024-01-10T10:38:38+09:00Tania Aisyah Rinalditaniaaaisyahrinaldi@gmail.comYulia Irvani Dewijede_yidrs@yahoo.co.idTesha Hestyana Sariteshahestyana@lecturer.unri.ac.id<p>Stunting menjadi isu gizi yang aktual pada balita di era global masa ini. Karenanya, pemerintah Indonesia tengah berupaya mengurangi insiden stunting melalui langkah-langkah berupa intervensi gizi spesifik maupun intervensi gizi sensitif. Dukungan suami menjadi esensial bagi ibu hamil dalam pemenuhan kebutuhan gizi yang seimbang, di mana peran suami memiliki peran yang penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan pemenuhan kebutuhan gizi seimbang dalam mencegah stunting. Penelitian ini menggunakan desain <em>cross-sectional</em> yang dilakukan di Puskesmas Rejosari pada bulan Juni-Juli 2023. Sampel penelitian terdiri dari 105 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan dipilih menggunakan teknik <em>probability sampling.</em> Metode analisis yang diterapkan adalah analisis bivariat uji <em>Kolmogorov-Smirnov</em>. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden memiliki konsumsi energi yang normal (64,8%). Dukungan suami berada pada kategori tinggi pada dimensi informasional (73,3%), penilaian (73,3%) dan emosional (73,3%). Sedangkan pada dimensi instrumental, sebanyak 60% responden menyatakan mendapatkan dukungan dalam kategori rendah. Dukungan suami dalam bentuk dukungan informasional (p= 0,104), dukungan instrumental (p=0,429), dukungan penilaian (p= 0,051), dan dukungan emosional (p= 0,325) tidak berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan gizi seimbang ibu hamil. Hasil analisis pada variabel dukungan keluarga secara keseluruhan diperoleh nilai p= 0,425, yang menunjukkan tidak ada hubungan dukungan suami dengan pemenuhan kebutuhan gizi seimbang pada ibu hamil. Pentingnya pendekatan holistik dalam program intervensi nutrisi yang tidak hanya melibatkan dukungan suami, tetapi juga melibatkan faktor lain seperti pendidikan gizi, akses terhadap sumber makanan berkualitas, serta dukungan sosial dan kesehatan.</p> <p> </p> <p><em>Abstract</em></p> <p><em>Stunting has become a current nutritional issue among toddlers in this global era. Consequently, the Indonesian government strives to reduce the incidence of stunting through specific and sensitive dietary interventions. Husband's support is essential for pregnant women in fulfilling balanced nutritional needs, where the husband's role is significant. This study aims to determine the relationship between a husband's support and the fulfillment of balanced nutritional needs in preventing stunting. This research uses a cross-sectional design conducted at Rejosari Public Health Center in June-July 2023. The study sample comprised 105 respondents who met the inclusion criteria and were selected using probability sampling techniques. The applied analysis method is the bivariate Kolmogorov-Smirnov test. The study results show that most respondents have normal energy consumption (64.8%). Husband's support was in the high category in the informational (73.3%), appraisal (73.3%), and emotional (73.3%) dimensions. However, 60% of respondents in the instrumental dimension stated they received support in the low category. Husband's support in the form of informational support (p= 0.104), instrumental support (p=0.429), appraisal support (p= 0.051), and emotional support (p= 0.325) was not related to fulfilling pregnant women's balanced nutritional needs. The overall family support variable analysis yielded a p-value of 0.425, indicating no relationship between the husband's support and the fulfillment of balanced nutritional needs in pregnant women. The importance of a holistic approach in nutritional intervention programs is emphasized, involving both husband's support and other factors such as nutritional education, access to quality food sources, and broader social and health support.</em></p>2023-12-31T00:00:00+09:00Copyright (c) 2023 Tania Aisyah Rinaldi, Yulia Irvani Dewi, Tesha Hestyana Sarihttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/353GAMBARAN INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL PADA LANSIA2023-12-31T22:19:19+09:00Selly Anjelyselly.anjely2741@student.unri.ac.idAri Rahmat Azizaricandoit@gmail.comWidia Lestariwidia_1996@yahoo.com<p>Peningkatan jumlah pendudukan usia lanjut memerlukan perhatian agar mereka dapat menikmati kehidupan yang sejahtera di masa tua. Penggunaan sosial media dapat memberikan dampak positif pada lansia dalam berkomunikasi dan memberikan dukungan sosial pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan intensitas penggunaan media sosial pada lansia. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif di Kelurahan Labuh Baru Timur (Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki) Kota Pekanbaru pada bulan Juli 2023. Sampel penelitian terdiri dari 100 responden yang dipilih melalui teknik <em>accidental sampling</em><em>. </em>Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden lansia berada dalam rentang usia 60-69 tahun (92%), dengan mayoritas berjenis kelamin perempuan (56%). Media sosial yang paling sering digunakan oleh lansia adalah <em>WhatsApp</em> (76%), diikuti oleh <em>Youtube</em> (54%). Dari segi aspek penggunaan media sosial, mayoritas lansia menunjukkan perhatian rendah terhadap penggunaan sosial media (61%), penghayatan rendah terhadap penggunaan sosial media (74%), durasi penggunaan sosial media yang rendah (55%), dan frekuensi penggunaan sosial media yang rendah (71%). Secara keseluruhan, intensitas penggunaan media sosial pada lansia cenderung rendah (52%). Diharapkan para lansia dapat lebih bijaksana dalam menggunakan dan memanfaatkan media sosial dengan mengatur waktu penggunaannya, sehingga dapat menghindari risiko terkait masalah kesehatan.</p> <p><em>Abstract</em></p> <p><em>The increasing number of elderly people requires attention so they can enjoy a prosperous life in their later years. The use of social media can have a positive impact on the elderly in terms of communication and providing social support. This study aims to describe the intensity of social media usage among the elderly. It employs a quantitative descriptive design in Labuh Baru Timur (Work Area of Puskesmas Payung Sekaki), Pekanbaru City, in July 2023. The sample consists of 100 respondents selected through accidental sampling. Data collection was conducted using a questionnaire, and data analysis was performed using descriptive analysis methods. The results show that the majority of elderly respondents are aged 60-69 years (92%), with a majority being female (56%). The most frequently used social media among the elderly is WhatsApp (76%), followed by YouTube (54%). In terms of social media usage aspects, the majority of the elderly show low attention to social media usage (61%), low appreciation of social media usage (74%), low duration of social media usage (55%), and low frequency of social media usage (71%). Overall, the intensity of social media use among the elderly tends to be low (52%). It is hoped that the elderly can be more prudent in using and utilizing social media by managing their usage time, thereby avoiding health-related risks.</em></p>2023-12-31T00:00:00+09:00Copyright (c) 2023 Selly Anjely, Ari Rahmat Aziz, Widia Lestarihttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/351EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PENYAPU JALAN RAYA2023-12-31T22:19:24+09:00Zahra Hunafahunafa.zahra18@gmail.comArneliwatiarneliwati@lecturer.unri.ac.idNiken Yuniar Sarinikenyuniarsari@lecturer.unri.ac.id<p>Penyapu jalan merupakan kelompok rentan yang dapat mengalami berbagai masalah kesehatan. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pemahaman penyapu jalan terkait penggunaan alat pelindung diri (APD). Sehingga pendidikan kesehatan kesehatan tentang penggunaan APD perlu dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap penyapu jalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pendidikan kesehatan tentang penggunaan APD pada penyapu jalan raya di Kota Pekanbaru. Penelitian ini menggunakan desain pre-eksperimental dan <em>pre</em>-<em>post test one group design</em>. Teknik purposive sampling diterapkan untuk mengumpulkan data dari 34 responden yang terlibat dalam penelitian ini. Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji <em>Wilcoxon</em>. Temuan dari penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata pengetahuan sebelum intervensi adalah 8,44, sedangkan setelah intervensi mencapai 10,82. Adapun rata-rata sikap sebelum intervensi adalah 33, sedangkan setelah intervensi meningkat menjadi 36,59. Hasil uji statistik menyatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata pengetahuan dan sikap penyapu jalan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan APD (p= 0,000). Pendidikan kesehatan efektif terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap penyapu jalan tentang penggunaan APD.</p> <p><em>Abstract</em></p> <p><em>Street sweepers are a vulnerable group that can experience various health problems, often due to a lack of understanding about the use of personal protective equipment (PPE). Therefore, health education on the use of PPE is necessary to improve the knowledge and attitudes of street sweepers. This study aims to determine the effectiveness of health education on the use of PPE among street sweepers in Pekanbaru City. This research employed a pre-experimental design with a </em><em>pre-</em><em>post</em> <em>test </em><em>one group</em> <em>design</em><em>. Purposive sampling technique was applied to collect data from 34 respondents involved in this study. Bivariate analysis was conducted using the Wilcoxon test. The findings from the study indicate that the average knowledge score before the intervention was 8.44, while after the intervention, it reached 10.82. The average attitude score before the intervention was 33, which increased to 36.59 after the intervention. Statistical test results state a difference in street sweepers' average knowledge and attitudes before and after receiving health education about using PPE (p= 0.000). Health education effectively improves street sweepers' knowledge and attitudes regarding using PPE.</em></p>2023-12-31T00:00:00+09:00Copyright (c) 2023 Zahra Hunafa, Arneliwati, Niken Yuniar Sarihttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/345HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN HARGA DIRI DENGAN NOMOPHOBIA PADA MAHASISWA2023-07-18T10:42:16+09:00Humaidiyathul Fiqqriyah Nurhayatihumaifn@gmail.comNiken Yuniar Sarinikenyuniarsari@lecturer.unri.ac.idArneliwatiarneliwati@lecturer.unri.ac.id<p>Nomophobia adalah suatu ketidaknyamanan, kegelisahan, ketakutan atau kesedihan yang disebabkan karena tidak dapat berhubungan dengan telepon genggam <em>smartphone</em>. Nomophobia yang terjadi pada mahasiswa keperawatan akibat mahasiswa sering kali tidak menyadari bahwa penggunaan <em>smartphone</em> dapat menyebabkan gangguan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan jenis kelamin dan harga diri dengan fenomena nomophobia pada mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Riau. Penelitian ini merupakan penelitian jenis kuantitatif dengan desain deskriptif korelatif dengan pendekatan <em>cross sectional.</em> Sampel penelitian ini berjumlah 245 responden yang diambil berdasarkan metode <em>stratified random sampling. </em>Instrumen pada penelitian ini menggunakan <em>Rosenberg Self Esteem Scale </em>dan <em>Nomophobia Questionnare</em> (NMP-Q). Analisis yang digunakan adalah analisis bivariat dengan menggunakan metode <em>Chi Square</em> dengan α= 0,05%. Hasil penelitian menemukan bahwa mayoritas responden berusia 19 tahun (29%) dan berjenis kelamin perempuan (88,%). Mayoritas responden memiliki memiliki nomophobia berat sebanyak 152 responden (62%) dengan harga tinggi sebanyak 216 responden (88,2%). Hasil uji <em>chi square</em> terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan nomophobia (p=0,000). Hasil uji <em>chi square</em> menunjukkan ada hubungan jenis kelamin dengan kejadian nomophobia (p= 0,000), sedangkan harga diri tidak berhubungan dengan kejadian nomophobia (p= 0,490). Temuan ini merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk mengatasi tingkat nomophobia berat yang dialami mahasiswa dan sekaligus menganalisis faktor lainnya seperti durasi penggunaan smartphone yang kemungkinan dapat menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat nomophobia berat yang dialami mahasiswa.</p>2023-06-30T00:00:00+09:00Copyright (c) 2023 Humaidiyathul Fiqqriyah Nurhayati, Niken Yuniar Sari, Arneliwati https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/344FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT STRES PADA MAHASISWA AKHIR2023-07-18T10:39:59+09:00Thasya Nur Oktavionathasyaoktaa@gmail.comHerlinaherlina@lecturer.unri.ac.idTesha Hestyana Sariteshahestyana@lecturer.unri.ac.id<p>Stres adalah cara tubuh bereaksi ketika menghadapi situasi yang dapat menyebabkan ketegangan, perubahan, ketegangan emosional, dan sebagainya. Stresor merupakan penyebab terjadinya stres. Adapun faktor-faktor stres meliputi efikasi diri, motivasi belajar, hardiness, optimisme, dan prokrastinasi akademik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat stres (efikasi diri, motivasi belajar, hardiness, optimisme, dan prokrastinasi akademik) pada mahasiswa tingkat akhir. Penelitian ini merupakan penelitian jenis kuantitatif dengan desain analitik korelasi dengan pendekatan <em>cross sectional</em>. Sampel penelitian ini berjumlah 152 responden yang diambil berdasarkan metode total sampling. Analisis yang digunakan adalah analisis bivariat dengan menggunakan metode Spearman rho. Hasil penelitian yang didapatkan tingkat stres mahasiswa berada pada kategori stres normal berjumlah 58 responden (38,2%). Faktor-faktor yang mempengaruhi stres yaitu optimisme tinggi sebanyak 113 responden (24,3%), prokrastinasi akademik yang sedang sebanyak 119 responden (78,3%), efikasi diri tinggi sebanyak 150 responden (98,7%), motivasi belajar yang tinggi sebanyak 138 responden (90,8%), serta <em>Hardiness</em> rendah sebanyak 135 responden (88,8%). Hasil analisis bivariat didapatkan dua variabel yang mempengaruhi stress mahasiswa tingkat akhir yaitu optimisme (p= 0,000) dan prokrastinasi akademik (p= 0,031), namun efikasi diri (p= 0,070), motivasi belajar (p= 0,145), dan <em>hardiness</em> (p=0,442) tidak mempengaruhi tingkat stres yang dialami mahasiswa. Optimisme dan prokrastinasi akademik mempengaruhi tingkat stres mahasiswa tingkat akhir. Bagi peneliti selanjutnya untuk dapat meneliti mengenai cara mengatasi stress pada mahasiswa.</p>2023-06-30T00:00:00+09:00Copyright (c) 2023 https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/343PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN MEDIA LEAFLET TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PENTINGNYA KONSUMSI TABLET FE2023-07-18T10:40:02+09:00Andi Nurhikma MahdiANDINURHIKMA.NERS@GMAIL.COMUsmanusmancabu@gmail.comTeti Susliyanti Hasiutetisusliyanti@stikesistbuton.ac.id<p>Menstruasi merupakan perkembangan fisik yang khas pada remaja putri dan menandai remaja tersebut telah mengalami pubertas. Dampak utamanya dapat menimbulkan risiko anemia pada remaja putri. Anemia selama menstruasi mampu memberikan efek yang negatif bagi pertumbuhan. Tujuan dari penelitian ini mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan media leaflet terhadap tingkat pengetahuan remaja putri tentang pentingnya konsumsi tablet Fe di SMP Negeri 7 Baubau. Penelitian ini menggunakan jenis <em>quasi experimental</em> dengan desain <em>one-group pretest-</em><em>posttest design</em>. Sampel penelitian berjumlah 31 orang. Teknik pengambilan sample menggunakan <em>purposive sampling</em>. Pendidikan kesehatan diberikan dengan menggunakan metode ceramah dan media leaflet. Hasil penelitian diperoleh rata-rata tingkat pengetahuan remaja putri sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah 8,19 sedangkan nilai rata-rata sesudah diberikan pendidikan kesehatan didapatkan 16,19. Hasil uji t diperoleh nilai p= 0,0000 <0,05, yang berarti ada perbedaan pengetahuan remaja putri sebelum dan sesudah intervensi, sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan media leaflet terhadap tingkat pengetahuan remaja putri.</p>2023-06-30T00:00:00+09:00Copyright (c) 2023 https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/340EFEKTIVITAS PENDIDIKAN SEKS TENTANG PERILAKU SEKS BERISIKO TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA REMAJA PUTRI 2023-05-20T12:33:48+09:00Rabiah Umanailorabiahumanailo86@gmail.com<p>Kecenderungan perilaku seksual di kalangan remaja dewasa ini semakin banyak terjadi, diperlukan pendidikan seks untuk memperkuat dasar-dasar pengetahuan dan pengembangan kepribadian. Melalui pendidikan seks diharapkan timbulnya sikap emosional yang sehat dan bertanggung jawab terhadap seks. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas pendidikan seks tentang perilaku seksual berisiko terhadap tingkat pengetahuan remaja putri kelas VII di SMP Negeri 5 Kota Ternate. Penelitian ini menggunakan metode <em>quasi</em> eksperimen dengan rancangan <em>one group pre-post design</em>. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Kota Ternate, Maluku Utara. Sampel penelitian sebanyak 42 siswi kelas VII yang dipilih menggunakan S<em>imple random sampling</em>. Analisis data menggunakan uji statistik yang digunakan adalah <em>Wilcoxon Signed Rank Test</em> dengan tingkat signifikan sebesar (α) =0,05. Hasil analisis uji <em>Wilcoxon </em>menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara<em> efektivitas </em>pendidikan seks tentang perilaku seksual berisiko terhadap tingkat pengetahuan remaja putri (p=0.000). Terdapat pengaruh yang signifikan antara efektivitas pendidikan seks tentang perilaku seksual berisiko terhadap tingkat pengetahuan remaja putri kelas VII di SMP Negeri 5 Kota Ternate.</p>2021-06-12T00:00:00+09:00Copyright (c) 2021 Rabiah Umanailohttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/339WAKTU KEDATANGAN PASIEN POST SERANGAN KE INSTALASI GAWAT DARURAT DENGAN OUTCOME PASIEN STROKE ISKEMIK AKUT2023-05-20T09:47:01+09:00Rasdiyanah Muhlisrasdiyanahners@gmail.com<p>Keberhasilan tindakan dan peningkatan <em>outcome </em>pada stroke sangat bergantung pada kecepatan pasien dibawa ke instalasi gawat darurat namun sebagian besar pasien stroke iskemik akut datang terlambat ke instalasi gawat darurat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan waktu kedatangan pasien <em>post </em>serangan stroke iskemik akut dengan <em>outcome</em> pasien stroke iskemik akut di Rumah Sakit dr. H. Chasan Boesoirie di Kota Ternate. Desain penelitian menggunakan analitik observasional dengan pendekatan <em>cross-sectional study</em>. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit dr. H. Chasan Boesoirie di Kota Ternate, Maluku Utara. Sampel penelitian sebanyak 104 pasien stroke iskemik akut di instalasi gawat darurat yang dipilih menggunakan teknik total sampling. Analisis data menggunakan uji statistik <em>Spearman rank correlation test </em>dengan tingkat signifikan sebesar α= 0,05. Hasil analisis <em>Spearman rank correlation test </em>menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara waktu kedatangan <em>post </em>serangan stroke iskemik akut ke instalasi gawat darurat (p=0,027) dengan <em>outcome </em>pasien stroke iskemik akut dan koefisien korelasi sebesar (<em>r</em>) = 0,217. Terdapat hubungan yang signifikan antara waktu kedatangan <em>post </em>serangan stroke iskemik akut ke instalasi gawat darurat dengan <em>outcome </em>pasien stroke iskemik akut di Rumah Sakit dr. H. Chasan Boesoirie di Kota Ternate.</p>2021-12-29T00:00:00+09:00Copyright (c) 2021 Rasdiyanah Muhlishttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/338GAMBARAN KESEHATAN MENTAL REMAJA 2023-07-18T10:40:05+09:00Syenshie Virgini Wetiksywetik@gmail.comAngela Maria Alfonsin Lusia Lakaalaka@unikadelasalle.ac.id<p>Masalah kesehatan mental yang umumnya dialami remaja adalah cemas, depresi, perasaan takut, agresif, hiperaktifitas, menarik diri, konflik dengan teman sebaya dan lingkungan sosial. Apabila tidak teratasi maka berdampak pada konfilik internal yaitu malu, murung, mudah menangis atau marah, memberontak, merasa tidak bahagia, tidak berharga/rendah diri dan juga berdampak secara fisik misalnya gangguan tidur, lelah, mudah gelisah, tegang, perilaku <em>bullying</em> serta memikirkan keinginan untuk mengakhiri hidup. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran kesehatan mental remaja. Jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode <em>total sampling</em> berjumlah 144 responden. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2023 di SMKN 6 Manado. Instrumen yang digunakan adalah <em>strength and difficulties questionnaire (SDQ). A</em>nalisis yang digunakan adalah survei deskriptif cross-sectional. Hasil penelitian menunjukkan 61,1% berada pada kategori <em>abnormal</em> untuk skor gejala perilaku, 45,8% berada pada kategori normal untuk skor masalah perilaku, 75,7% berada pada kategori normal untuk skor hiperaktifitas, 52,1% berada pada kategori <em>borderline</em> untuk skor masalah teman sebaya dan 86,8% berada pada kategori <em>abnormal</em> untuk skor kesulitan. Sedangkan untuk skor kekuatan/perilaku prososial yang mendeteksi masalah kesehatan mental 88,2% berada pada kategori normal. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pengembangan ilmu dan intervensi keperawatan dalam bidang kesehatan jiwa baik program preventif dan promotif dengan melibatkan peran aktif dari keluarga, teman sebaya, sekolah dan masyarakat di lingkungan sosial.</p>2023-06-30T00:00:00+09:00Copyright (c) 2023 Syenshie Virgini Wetik, Angela Maria Alfonsin Lusia Lakahttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/337HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA KUSTA 2023-02-22T02:48:23+09:00Muhamad Sahiddinmsahiddin@gmail.com<p style="text-align: justify;">Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti oleh masyarakat, keluarga dan termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan, masih kurangnya pengetahuan dan kepercayaan yang keliru terhadap kusta serta cacat yang ditimbulkannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat kusta. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional yang dilakukan pada bulan April – Mei 2021 di Kabupaten Mimika. Sampel penelitian berjumlah 33 orang yang merupakan pasien kusta terdaftar pada register kohort puskesmas yang telah menjalani pengobatan 6 – 9 bulan pada tipe pausibasiler dan 12 – 18 bulan pada tipe multibasile. Analisis bivariate dilakukan dengan menentukan hubungan dukungan keluarga dan kepatuhan minum obat menggunakan uji chi-square dengan α= 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga dalam bentuk dukungan emosional (p= 0,025; OR 6,25 (1.145 – 34,123)), dukungan penilaian (p= 0,025; OR 6,25 (1.145 – 34,123)), dukungan informasi (p= 0,027; OR 6,00 (1,134 – 31,735) dan dukungan instrumental (p= 0,000; OR 38,5 (4,545 – 326,102)) berhubungan dengan kepatuhan minum obat pada pasien kusta. Pasien yang mendapatkan dukungan keluarga yang baik memiliki peluang lebih tinggi untuk patuh minum obat dibandingkan dengan pasien yang mendapatkan dukungan keluarga dalam kategori kurang. Keluarga pasien perlu mendapatkan pelatihan dan penyuluhan tentang pendampingan dan penguatan pasien kusta untuk menjalani pengobatan kusta.</p>2021-06-30T00:00:00+09:00Copyright (c) 2021 Muhamad Sahiddinhttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/324PENGARUH TABLETOP DISASTER SIMULATION (TDS) TERHADAP PENINGKATAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI2023-07-19T14:47:36+09:00Guruh Suprayitnosuprayitno.guruh@gmail.comTheresia Febriana Christi Tyas Utamitheresia.sintadikti@gmail.comI Ketut Swastikasuastikaketut35@gmail.com<p>Kejadian tsunami Indonesia menjadi ancaman tersendiri bagi masyarakat yang harus mempunyai kesiapsiagaan yang baik dilihat dari pengetahuan dan keterampilan dalam menghadapi ancaman tsunami. Diperlukan sebuah formula untuk bisa meningkatkan hal tersebut, salah satunya dengan <em>tabletop disaster simulation</em> terkait tsunami. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh <em>tabletop disaster simulation</em> (TDS) terhadap peningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana tsunami di kampung Holtekamp, Kota Jayapura. Desain penelitian yang digunakan adalah <em>quasi eksperimental</em> dengan pendekatan <em>two group pre</em><em>-post test design.</em> Jumlah sampel sebanyak 86 responden dengan teknik sampling <em>purposive sampling</em>. Analisis menggunakan uji <em>wilcoxon</em> dan <em>Mann Whitney</em> dengan tingkat kemaknaan α=0,05 (CI 95%). Hasil uji wilcoxon menunjukkan ada pengaruh metode konvensional maupun <em>tabletop disaster simulation</em> (TDS) terhadap kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana alam tsunami di kampung Holtekamp (p= 0,000). Berdasarkan nilai rata – rata diketahui bahwa metode <em>tabletop disaster simulation</em> (TDS) (56,01) lebih efektif dibandingkan dengan metode konvensional (30,99). Sedangkan hasil uji <em>Mann Whitney</em> menunjukkan ada perbedaan antara metode konvensional dan TDS (p= 0,000). Kesimpulan simulasi dengan metode <em>tabletop disaster simulation</em> efektif terhadap peningkatan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana tsunami di kampung Holtekamp.</p>2023-06-30T00:00:00+09:00Copyright (c) 2023 Guruh Suprayitno, Theresia Febriana Christi Tyas Utami, I Ketut Swastikahttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/322KEJADIAN KONSTIPASI PADA LANSIA DI POST PELAYANAN TERPADU LANJUT USIA2022-11-28T22:06:45+09:00Helsa Adristi Fairus Shafahelsaadristi08@gmail.comEdy Soesantoedysoes@unimus.ac.idErnawati Ernawatiernawati@unimus.ac.id<p>Konstipasi merupakan kondisi dimana feses mengeras sehingga susah dikeluarkan melalui anus dan menimbulkan rasa terganggu atau tidak nyaman pada rektum dan pada umumnya ditandai dengan frekuensi buang air besar yang rendah yaitu kurang dari 3 kali dalam 1 minggu. Konstipasi sering dialami oleh lansia karena adanya perubahan pada sistem pencernaan. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan kejadian konstipasi pada lansia. Desain penelitian ini adalah penelitian survey deskriptif yang dilakukan di Posyandu Lansia Adi Yuswa Kelurahan Kedungmundu Kecamatan Tembalang, Kota Semarang pada bulan Juli 2022. Subjek penelitian diambil menggunakan teknik <em>non probability sampling</em> dengan jenis <em>purposive sampling</em>. Jumlah sampel sebanyak 72 responden yang dinilai kejadian konstipasi menggunakan kuesioner <em>Constipation Scoring System </em>(CSS). Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentase. Hasil penelitian menunjukkan umur responden yaitu paling banyak di rentang usia 60-74 tahun (86,1%), berjenis kelamin perempuan (68,1%), dan pekerjaan didominasi oleh ibu rumah tangga (43,1%). Sebagian besar lansia mengalami konstipasi (59,7%). Sebagian besar lansia mengalami frekuensi defekasi 1 kali seminggu (50%), mengalami kesulitan defekasi (51,4%), merasa tidak tuntas setelah defekasi (44,4%), kadang merasa nyeri/tidak nyaman pada perut (41,7%), defekasi selama 5-10 menit (45,8%), tidak menggunakan laksatif (80,6%), tidak berhasil defekasi selama 24 jam (30,6%), dan memiliki riwayat konstipasi 5-10 kali dalam 1 tahun (37,5%). Lansia perlu diberikan penyuluhan untuk memperbaiki gaya hidup terutama konsumsi makanan berserat, konsumsi air putih yang cukup serta meningkatkan aktivitas fisik.</p>2022-12-24T00:00:00+09:00Copyright (c) 2022 Helsa Adristi Fairus Shafa, Edy Soesanto, Ernawati Ernawati https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/319INTRADIALYTIC EXERCISE SEBAGAI EVIDENCE BASE PRACTICE UNTUK MENGURANGI KELELAHAN PADA PASIEN HEMODIALISIS2023-07-18T10:40:09+09:00Rizky Amalia Herabarej230215150@student.ums.ac.idDian Hudiyawatidianhudiyawati@ums.ac.idArif Putra PurnamaArifputrapurnama@gmail.com<p>Hemodialisa merupakan terapi yang dilakukan oleh pasien yang mengalami <em>Chronic Kidney Disease</em> (CKD). Kelelahan sering dialami oleh pasien CKD yang menjalani hemodialisa. Studi ini bertujuan untuk menerapkan <em>evidence base practice</em> yaitu terapi <em>intradialytic exercise</em> pada pasien hemodialisa. Desain studi ini menggunakan <em>pre-post design</em>. Studi ini menggunakan kuesioner FAS (<em>Fatigue Assesment Scale</em>) dengan interpretasi tingkat kelelahan normal (skor <22), ringan (skor 23-32), sedang (skor 33-34), berat (skor >35). Sampel penelitian berjumlah 3 responden. Penelitian dilakukan pada bulan September 2022 di unit Hemodialisa RS PKU Aisyiyah Boyolali. Terapi <em>intradialytic exercise</em> dilakukan pada 1 jam terakhir selama sesi hemodialisa dengan durasi waktu 10 menit dalam satu kali pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat penurunan tingkat kelelahan pada responden setelah dilakukan terapi <em>intradialytic exercise</em>. Didapatkan data pada 2 responden saat pretest menunjukkan skor FAS dalam kategori berat yaitu dengan skor 36 dan 1 responden dalam kategori sedang yaitu 33. Saat posttest, ketiga responden mengalami penurunan skor FAS yaitu responden dalam kategori skor FAS berat menurun menjadi kategori sedang, sedangkan responden dengan kategori sedang mengalami penurunan menjadi kategori ringan. Penerapan <em>evidence base practice</em> berupa terapi <em>intradialytic exercise</em> yang dilakukan dapat menurunkan skor FAS yang menandakan adanya penurunan tingkat kelelahan pada pasien yang menjalani hemodialisis di RS PKU Aisyiyah Boyolali.</p>2023-06-30T00:00:00+09:00Copyright (c) 2023 Rizky Amalia Herabare, Dian Hudiyawati, Arif Putra Purnama https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/317HUBUNGAN KESEJAHTERAAN SPIRITUAL DENGAN STRES MAHASISWA DI MASA PANDEMI COVID-192023-06-19T11:33:33+09:00Ferry Apandiferryapandi00@gmail.comWiduri Widuriwiduri.mahfud@gmail.comRista Islamaridarista.islam91@gmail.com<p>Perubahan metode pembelajaran yang harus diadaptasi dan tuntutan tugas yang banyak di masa pandemi Covid-19 memungkinkan menjadi salah satu faktor stres bagi mahasiswa. Upaya yang dilakukan mahasiswa dalam menurunkan stres dimasa pandemi salah satunya dengan memenuhi kebutuhan kesejahteraan spiritual<strong>.</strong> Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesejahteraan spiritual dengan stres mahasiswa di masa pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan desain <em>cross sectional</em>. Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa STIKES Guna Bangsa Yogyakarta. Sampel penelitian berjumlah 257 responden yang dipilih dengan teknik pengambilan <em>random sampling</em>. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner <em>Spiritual Well Being, </em><em>Religious Well Being dan Extenstional Well Being</em>. Metode analisis yang digunakan adalah uji korelasi <em>spearman rank</em>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 90,3% responden memiliki kesejahteraan spiritual tinggi, sedangkan 9,7% memiliki kesejahteraan spiritual sedang. Dari aspek stres, 57,6% mengalami stres ringan, 40,1% stres sedang, dan 2,3% stres berat. Hasil analisis dengan uji korelasi <em>spearman rank</em> diperoleh nilai p= 0,000 (<0,05) dengan nilai <em>correlation coefficient</em> (R=-0,386) yang artinya memiliki keeratan hubungan dalam kategori lemah<strong>.</strong> Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kesejahteraan spiritual dengan stres mahasiswa di masa pandemi Covid-19.</p>2023-06-29T00:00:00+09:00Copyright (c) 2023 Ferry Apandi, Widuri Widuri, Rista Islamaridahttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/316PENGETAHUAN DAN TINDAKAN IBU HAMIL DALAM MENJALANKAN PROTOKOL KESEHATAN UNTUK PENCEGAHAN TERTULAR COVID-192022-12-02T16:23:35+09:00Muthia Tasya Amara Hudayaamtasyaaa@gmail.comWidia Lestariwidia_1996@yahoo.comErika Erikarika_hardi@yahoo.com<p>Seiring dengan meningkatnya kasus yang terkonfirmasi positif Covid-19, ibu hamil harus menghindari dengan mengetahui dan melakukan tindakan pencegahan Covid-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan tindakan ibu hamil dalam menjalankan protokol kesehatan untuk pencegahan tertular Covid-19. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan desain penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan pada Mei-September 2022 di wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki Kota Pekanbaru. Sampel penelitian sebanyak 96 responden yang diambil dengan menggunakan teknik <em>purposive sampling</em>. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan ibu hamil berusia 26-35 tahun (49%), pendidikan terakhir perguruan tinggi (66,7%), bekerja (51%), jumlah kehamilan multigravida (54,2%), usia kehamilan trimester II (55,2%), sumber informasi Covid-19 melalui media sosial (55,2%). Sebagian besar ibu hamil memiliki pengetahuan baik dalam menjalankan protokol kesehatan untuk pencegahan tertular Covid-19 (84,4%). Namun, sebagian besar responden memiliki tindakan yang negatif dalam menjalankan protokol kesehatan untuk pencegahan tertular Covid-19 (84,4%). Saran bagi masyarakat adalah dapat menambah informasi serta pengetahuan masyarakat khususnya ibu hamil dan dapat meningkatkan tindakan dalam menjalankan protokol kesehatan untuk pencegahan tertular Covid-19.</p>2022-12-24T00:00:00+09:00Copyright (c) 2022 Muthia Tasya Amara Hudaya, Widia Lestari, Erika Erikahttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/315PERUBAHAN BERAT BADAN AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DEPO MEDROXY PROGESTERONE ACETAT (DMPA) 2022-11-24T13:20:22+09:00Melania Hairunnisa Ntobuomelaniahariunnisa04@gmail.comMona S Fatiahmona.s.fatiah@gmail.comHasmi Hasmihasmiuncen@yahoo.com.idYane Tambingyanetambing@gmail.com<p>Kontrasepsi suntik <em>Depo Medroxy Progesterone Acetat </em>(DMPA) merupakan salah satu jenis kontrasepsi hormonal yang mengandung hormon progesteron. Penggunaan kontrasepsi suntik DMPA mempunyai efek samping salah satunya adalah perubahan berat badan (BB) pada akseptor. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan perubahan BB pada akseptor kontrasepsi suntik DMPA. Penelitian ini berdesain <em>cross sectional</em>, yang dilakukan di Puskesmas Sentani pada bulan April – Agustus 2022. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh akseptor KB pada tahun 2021 sejumlah 1.955 orang, sedangkan sampel pada penelitian ini sejumlah 139 orang akseptor KB DPMA yang diambil menggunakan teknik <em>purposive sampling.</em> Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data primer. Analisis bivariat dengan menggunakan uji <em>chi-square. </em>Hasil penelitian menemukan bahwa faktor yang berhubungan dengan perubahan BB adalah variabel aktifitas fisik (<em>p-</em>value= 0,001; RP= 3,909 (95% CI sebesar 2,403-6,376) dan variabel suku (<em>p-value</em>= 0,039 dengan nilai RP= 1,36 (95% CI sebesar 1,036-1,820). Diharapkan bagi akseptor KB suntik DMPA lebih sering meningkatkan aktifitas fisik sedang agar tidak terjadi peningkatan berat badan yang berlebihan.</p>2022-12-24T00:00:00+09:00Copyright (c) 2022 Melania Hairunnisa Ntobuo, Mona S Fatiah, Hasmi Hasmi, Yane Tambinghttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/313PENERAPAN PURSED LIP BREATHING TERHADAP PENURUNAN FATIGUE PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA2022-11-24T13:08:22+09:00Wiwik Suprihatinwiwiks2105@gmail.comArum Pratiwiap140@ums.ac.idKusnanto Kusnantokusnanto70.kk@gmail.com<p>Salah satu dampak negatif yang paling menonjol pada pasien dengan gagal ginjal yang menjalani hemodialisa adalah kelelahan. <em>Pursed lip breathing</em> merupakan terapi yang dapat diterapkan untuk mengurangi kelelahan pada pasien gagal ginjal kronik. Laporan kasus ini bertujuan untuk melaporkan penerapan <em>pursed lip breathing</em> sebagai tindakan keperawatan terhadap penurunan fatigue pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Desain menggunakan studi kasus yang dilakukan secara rinci dan mendalam pada pasien di Unit Hemodialisa pada bulan September 2022. Pasien diberikan intervensi <em>pursed lip breathing</em> 5 siklus perhari yaitu 1 siklus saat predialisis, 3 siklus saat intradialisis dan 1 siklus saat postdialisis, setiap 1 siklus dilakukan selama 5 menit dengan jeda istirahat selama 15 menit. Pengukuran <em>fatigue</em> menggunakan instrumen <em>Functional Assessment of Chronic Illness Therapy</em> (FACIT). Hasil studi kasus menunjukkan bahwa sebelum pemberian pursed lip breathing level fatigue pasien yaitu 21 (fatigue). Setelah empat hari pemberian pursed lip breathing selama 5 siklus perhari, level fatigue pasien menjadi 33 (tidak fatigue). Penerapan pursed lip breathing pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa berhasil diaplikasikan untuk menurunkan tingkat fatigue.</p>2022-12-24T00:00:00+09:00Copyright (c) 2022 Wiwik Suprihatin, Arum Pratiwi, Kusnanto Kusnantohttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/311PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS SECARA KONVENSIONAL SEBELUM PANDEMI COVID-19 DAN SECARA DARING SAAT PANDEMI COVID-192022-09-24T11:01:58+09:00Ferdinan Sihombingsihombingferdinan@gmail.comLinda Sari Baruslindasaribarus2020@gmail.com<p>Pandemi Covid-19 yang mengharuskan bekerja dari rumah dan belajar dari rumah telah menyebabkan perubahan total metode pembelajaran keperawatan dari konvensional tatap muka menjadi 100% daring, termasuk pendidikan profesi keperawatan, termasuk stasiun keperawatan komunitas. Berbagai metode pembelajaran daring digunakan untuk memenuhi hasil belajar sesuai kurikulum yang telah ditetapkan. Tujuan penelitian adalah mengevaluasi efektivitas proses pengajaran profesi ners stase keperawatan komunitas secara konvensional sebelum pandemi Covid-19 dan daring selama pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan <em>rancangan non-equivalent control group posttest only design</em>. Peneliti menggunakan kelompok kontrol dengan proses pembelajaran konvensional dan kelompok eksperimen dengan pembelajaran daring. Penelitian ini dilakukan di STIKes Santo Borromeus 24 - 31 Juli 2022 dengan melibatkan 143 mahasiswa profesi keperawatan STIKes Santo Borromeus yang terbagi dalam dua kelas yaitu kelas A (n= 67) sebagai kelompok kontrol dan kelas B (n= 76 orang) sebagai kelompok eksperimen. Setiap kelompok menjalani pembelajaran praktik keperawatan komunitas selama 3 minggu, 1 kelompok sebelum pandemi dan 1 kelompok pada masa pandemi COVID-19. Pengumpulan data dengan kuesioner daring menggunakan google form. Analisis data menggunakan metode TOPSIS (<em>Technique For Others Reference by Similarity to Ideal Solution</em>) pada kriteria prioritas untuk mengevaluasi keefektifan metode pembelajaran. Pembelajaran konvensional luring sebelum pandemi lebih efektif dari pada daring, didukung oleh 74,5% responden dengan keunggulan kemudahan dalam memahami materi dan fleksibilitas waktu pembelajaran. Institusi pendidikan ners yang menyelenggarakan pembelajaran daring untuk stase keperawatan komunitas dapat segera beralih kembali ke luring, jika telah memungkinkan.</p>2022-12-24T00:00:00+09:00Copyright (c) 2022 Ferdinan Sihombing, Linda Sari Barushttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/310ASPEK PSIKOSOSIAL PEREMPUAN YANG MENJALANI KEMOTERAPI2022-10-03T09:20:18+09:00Suci Azzani Senjasuci.azzani0452@student.unri.ac.idErika Erikarika_hardi@yahoo.comSri Wahyuniuyun.wahyuni12@yahoo.com<p>Kemoterapi merupakan salah satu pengobatan kanker yang bekerja dengan cara menghancurkan struktur atau metabolisme sel kanker dengan tujuan untuk menghambat terjadinya metastase. Namun kemoterapi juga memiliki efek samping yang merugikan fisik maupun psikososial. Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran aspek psikososial perempuan yang menjalani kemoterapi. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif. Teknik <em>sampling</em> yang digunakan adalah <em>total sampling</em> dengan sampel berjumlah 70 responden pasien perempuan yang menjalani kemoterapi di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Instrumen yang digunakan adalah <em>Psychosocial Distress Questionnare-Breast Cancer</em>. Analisis data penelitian ini menggunakan analisis univariat untuk melihat gambaran karakteristik dan aspek psikososial responden. Hasil penilitian menunjukkan mayoritas responden berusia dewasa (25-65 tahun) (94,3%), diagnosa terbanyak kanker payudara (38,6%), stadium kanker pada stadium IIA (34,3%), lama diagnosa kanker > 6 bulan – 1 tahun (35,7%), frekuensi kemoterapi terbanyak adalah kemoterapi ke 2 (24,3%) dan mayoritas responden didampingi suami selama menjalani kemoterapi (45,7%). Penelitian ini juga menunjukkan hasil bahwa 57,1% responden tidak mengalami distres psikososial dan 42,9% responden lainnya mengalami distres psikososial. Gambaran aspek psikososial mayoritas perempuan yang menjalani kemoterapi di RSUD Arifin Achmad adalah tidak mengalami distres psikososial.</p>2022-12-24T00:00:00+09:00Copyright (c) 2022 Suci Azzani Senja, Erika Erika, Sri Wahyunihttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/308TINGKAT NYERI PADA PASIEN SINDROM KORONER AKUT 2022-09-06T09:23:01+09:00Fifin Prakasiwi Yuhartantififinprakasiwi8@gmail.comTeguh Santosotg.santoso21@gmail.comErika Nurwidiyantierika_nurwidiyanti@yahool.com<p>Karakteristik klinis pada pasien dengan sindrom koroner akut (SKA) adalah mual, muntah, sesak napas, dan yang paling sering yakni nyeri dada. Sindrom koroner akut terjadi akibat adanya sumbatan atau kekakuan pada pembuluh darah koroner yaitu pada <em>right coronary artery</em> (RCA), <em>left mean artery</em> (LMA) yang bercabang menjadi <em>left anterior descendent</em> (LAD) dan <em>left circumflex</em> (LCx). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat nyeri dengan lokasi penyumbatan arteri koroner pada pasien SKA. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan pendekatan <em>cross-sectional</em> dengan responden sebanyak 75. Informasi data responden didapatkan dari data sekunder yang berasal dari rekam medis pasien pada bulan Juni-Desember 2020. Analisis data menggunakan uji <em>chi-square</em>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia rata-rata responden adalah 65,3±6,12 tahun dengan 74,7% responden berjenis kelamin laki-laki. 64% responden mengalami nyeri kategori berat dan 46,7% lokasi sumbatan atau infark berada di bagian inferior. Uji korelasi antara tingkat nyeri dengan lokasi sumbatan pembuluh koroner didapatkan nilai p= 0,000 dengan nilai korelasi koefisien 0,0799. Artinya, terdapat hubungan yang signifikan dan kuat antara tingkat nyeri dengan lokasi sumbatan koroner.</p>2022-12-24T00:00:00+09:00Copyright (c) 2022 Fifin Prakasiwi Yuhartanti, Teguh Santoso, Erika Nurwidiyantihttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/307EKSPLORASI PENGETAHUAN DAN PERSEPSI REMAJA PAPUA TENTANG SEKS PRANIKAH DAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL2022-08-25T22:34:37+09:00Hesti Elviahestielvina.54@gmail.comHotnida Erlin Situmoranghappyerlin29@gmail.comYunita Kristinayunkris78@gmail.comGuruh Suprayitnosuprayitno.guruh@gmail.com<p>Seks pranikah merupakan suatu perilaku seks yang dilakukan sebelum adanya ikatan pernikahan dimana hal ini juga berisiko terjadi pada remaja. Pada masa remaja, organ seksual memasuki fase kedewasaan, rasa ingin tahu, dan pencarian jati diri yang sangat besar. Penelitian ini bertujuan untuk menggali pengetahuan dan persepsi remaja tentang seks pranikah dan penyakit menular seksual. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan partisipan dalam penelitian ini ditentukan menggunakan prosedur <em>purposive</em> yang berjumlah 7 orang. Data kualitatif dianalisis menggunakan analisis tematik. Hasil penelitian ini mendapatkan 4 tema yaitu gaya hidup remaja, dampak negatif yang ditimbulkan remaja setelah melakukan hubungan seks pranikah, dukungan sosial internal dan eksternal serta harapan akan masa depan yang lebih baik. Remaja memiliki pemahaman tentang dampak negatif yang ditimbulkan akibat melakukan hubungan seks pranikah pada remaja yang dapat mengganggu kesehatan reproduksi remaja dan merusak masa depan mereka. Dukungan orang terdekat seperti orang tua sangat dibutuhkan dalam mengawasi dan mendukung perkembangan remaja dalam pergaulannya di luar. Peran sekolah dan guru sangat penting melalui kegiatan sekolah seperti peningkatan kegiatan ekstrakurikuler, peningkatan kesehatan, dan penertiban peraturan sekolah.</p>2022-12-24T00:00:00+09:00Copyright (c) 2022 Hesti Elvia, Hotnida Erlin Situmorang, Yunita Kristina, Guruh Suprayitnohttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/306PENGETAHUAN MENCEGAH DAN MENGOBATI PENYAKIT MALARIA SUKU SENTANI KAMPUNG DONDAI DAN KWADEWARE DISTRIK WAIBU KABUPATEN JAYAPURA2022-08-02T16:15:15+09:00Frengki Apayfrengkiapay@gmail.comMais Maikel Yaroseraymaisyaroseray@gmail.comNouvy Helda Warouwheldanouvy74@gmail.com<p>Pengetahuan mencegah dan mengobati Penyakit Malaria merupakan suatu pengetahuan tradisional yang diwariskan secara turun temurun dari generasi terdahulu hingga generasi saat ini, dan pengetahuan dapat dipergunakan dalam praktik dengan cara-cara mereka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengetahuan mencegah dan mengobati di Suku sentani Kampung Dondai dan kwadeware Kabupaten Jayapura. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan studi naratif, penelitian ini mengambil 10 informan. Metode pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian ini adalah perilaku Pengetahuan mencegah dan mengobati penyakit malaria di suku sentani kampung dondai dan kampung kwadeware Distrik Waibu Kabupaten Jayapura yang menggunakan bahan-bahan dari alam untuk mengusir nyamuk serta mengobati penyakit malaria diantaranya ontel sukun, dan membersihkan halaman rumah, serta pengasapan, sedangkan mengobati malaria adalah dengan meminum rebusan kulit kayu susu, tali kuning, daun pepaya, papeda panas, daun sumbufe dan sambroto serta mandi rebusan air daun campuran yang telah di rebus.</p>2022-08-22T00:00:00+09:00Copyright (c) 2022 Frengki Apay, Mais Maikel Yaroseray, Nouvy Helda https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/305PENGARUH KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN TUBERKULOSIS TERHADAP KEBERHASILAN PENGOBATAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HARAPAN2022-08-01T16:35:07+09:00Qoriah Nurqoriahnur80@gmail.comSulistiyaniis.listi83@gmail.comLamria Situmeanglamriasitumeang1@gmail.com<p>Wilayah Papua menjadi wilayah endemic TB tertinggi diakibatkan tingkat pengetahuan dan lingkungannya yang tidak mendukung<em>. </em>Hal ini dipengaruhi oleh, faktor lingkungan (perubahan lingkungan global atau iklim dan perubahan lingkungan fisik), faktor pengetahuan, faktor sikap dan faktor perilaku. Salah satu wilayah di Papua yang menjadi Sentral TB adalah kabupaten Jayapura yang merupakan wilayah penyangga dari ibu kota provinsi Papua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan minum obat dengan keberhasilan pengobatan TB di Wilayah kerja puskesmas Harapan Tahun 2021. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study dengan teknik sampling jenuh atau sensus karena jumlah populasi kurang dari 30 orang. Penelitian ini diuji dengan uji statistik chi-square. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Harapan dari Oktober sampai November 2021. Hasil penelitian didapatkan hubungan kepatuhan minum obat terhadap keberhasilan pengobatan dengan nilai 0,000. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kepatuhan minum obat terhadap keberhasilan pengobatan di wilayah kerja Puskesmas Harapan.</p>2022-12-26T00:00:00+09:00Copyright (c) 2022 Qoriah Nur, Sulistiyani, Lamria Situmeanghttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/285HUBUNGAN PERAN EDUKASI PERAWAT DENGAN PERILAKU PENGONTROLAN TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS SELAMA PANDEMI2022-08-09T12:08:39+09:00Selvira Efiskhaselviraaefiskhaa@gmail.comHerlinaher_lina82@ymail.comAgrinaayang_shr@yahoo.co.id<p>Hipertensi merupakan penyakit paling banyak diderita masyarakat Indonesia. Hipertensi dikategorikan sebagai penyakit berbahaya karena penderita hipertensi tidak tahu dirinya menderita hipertensi hingga memeriksakan tekanan darahnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara peran edukasi perawat dengan perilaku pengontrolan tekanan darah penderita hipertensi di Puskesmas Simpang Tiga selama pandemi. Penelitian ini menggunakan desain deksriptif korelasi dengan pendekatan <em>cross sectional. </em>Sampel pada penelitian ini sebanyak 87 responden yang diambil dengan menggunakan teknik <em>purposive sampling</em>. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini sudah di uji validitas dan reliabilitas. Hasil penelitian menunjukkan dari 87 responden, lansia (60-74 tahun) sebanyak 50.6%, berjenis kelamin perempuan sebanyak 78.2%, tingkat pendidikan SMA sebanyak 37.9%, ibu rumah tangga sebanyak 60.9%. peran edukasi perawat di kategorikan baik sebanyak 51.7%, perilaku pengontrolan tekanan drah penderita hipertensi di kategorikan baik sebanyak 52.9%. hasil uji <em>chi squere</em> menunjukkan p <em>value</em> (0.111) > α (0.05), yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan. Simpulan dalam penelitian ini selain peran edukasi perawat terdapat banyak faktor yang mempengaruhi perilaku kontrol tekanan darah dari penderita hipertensi.</p>2022-08-17T00:00:00+09:00Copyright (c) 2022 Selvira Efiskha, Herlina, Agrinahttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/282HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT2022-10-13T13:06:10+09:00Nanda Meily Fani Nasutionnandanst16@gmail.comRapotan Hasibuanhasibuanrap@gmail.com<p>Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi kerja adalah gaya kepemimpinan. Hubungan gaya kepemimpinan diduga merupakan faktor yang cukup dominan terhadap tinggi rendahnya motivasi kerja perawat. Oleh sebab itu tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja perawat. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain <em>cross sectional</em> di Rumah Sakit Umum Haji Medan. Populasi sebanyak 71 perawat dari 5 ruangan rawat inap dengan sampel sebanyak 41 responden yang diambil secara <em>simple random sampling</em>. Analisis data dilakukan dengan uji <em>chi-square </em>dengan α= 0,05%. Hasil penelitian menemukan bahwa gaya kepemimpinan dalam kategori baik (75,6%) dan motivasi perawat dalam kategori tinggi (82,9%). Hasil uji <em>chi-square</em> diperoleh nilai p<em>= </em>0,0001 dan PR= 45,000. Penelitian ini menyimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja perawat, dimana persepsi perawat tentang gaya kepemimpinan yang baik dapat memberikan motivasi kerja yang baik sebesar 45 kali dibanding dengan yang mempunyai persepsi gaya kepemimpinan yang buruk. Temuan penelitian ini menyarankan kepala ruangan rawat inap untuk melakukan pengukuran kepada perawat secara langsung, atau menggunakan formulir evaluasi yang disiapkan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kecanggungan antara pimpinan dan perawat di tempat kerja.</p>2022-12-24T00:00:00+09:00Copyright (c) 2022 Nanda Meily Fani Nasution, Rapotan Hasibuan https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/264EFEKTIVITAS PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN TINDAKAN RESUSITASI JANTUNG PARU MAHASISWA KEPERAWATAN2022-01-01T11:14:33+09:00Guruh Suprayitnosuprayitno.guruh@gmail.comJeni Rante Tasikjenitasik84@gmail.com<p>Kondisi kegawatdaruratan salah satunya adalah serangan jantung yang menyebabkan keadaan henti jantung. 60% dari seluruh kematian di negara berkembang disebabkan oleh serangan jantung. Kompetensi perawat dalam bantuan hidup dasar (BHD) merupakan faktor kunci yang menentukan tingkat keberhasilan pasien dengan henti jantung. Tujuan penelitian mengetahui efektivitas pelatihan bantuan hidup dasar (BHD) terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa keperawatan di kabupaten Mimika. Desain penelitian yang digunakan adalah <em>quasi eksperimental </em><em>dengan </em><em>pre and post-test without</em><em> control group. </em>Jumlah sampel sebanyak 64 mahasiswa dengan teknik pengambilan sampel adalah <em>purposive</em><em> sampling</em><em>. </em>Sebelum dan setelah intervensi di lakukan evaluasi (<em>pre-postest</em>) dengan uji analisis menggunakan <em>p</em><em>aired</em><em> sample</em><em> </em><em>t-test</em>. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai rata-rata pengetahuan mahasiswa keperawatan sebelum melakukan simulasi BHD sebesar 65,16±9,257 dan nilai rata-rata pengetahuan setelah melakukan simulasi BHD sebesar 86,09±10,928 dengan nilai <em>p-</em><em>v</em><em>alue </em>yaitu 0,000 (p<0,05). Sedangkan nilai rata-rata keterampilan sebelum mendapatkan pelatihan sebesar 56,09±6,391 dan rata-rata setelah diberikan pelatihan sebesar 90,70±5,029, dengan nilai <em>p-value</em> sebesar<em> </em>0,000 (p <0,05). Kesimpulan pelatihan dengan metode simulasi efektif terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa keperawatan dalam melakukan bantuan hidup dasar.</p><p><em>One of the emergency conditions is a heart attack that causes cardiac arrest. 60% of all deaths in developing countries are caused by heart attacks. The competence of nurses in basic life support (BLS) is a key factor that determines the success rate of patients with cardiac arrest. The purpose of the study was to determine the effectiveness of basic life support (BLS) training on increasing the knowledge and skills of nursing students in Mimika District. The research design used was quasi-experimental with a pre and post-test without a control group. The number of samples as many as 64 students with the sampling technique is purposive sampling. Before and after the intervention, an evaluation (pre-posttest) was carried out with an analysis test using a paired sample t-test. The results of this study indicate the average value of knowledge of nursing students before doing BLS simulation is 65.16</em><em>±</em><em>9.257 and the average value of knowledge after doing BLS simulation is 86.09</em><em>±</em><em>10.928 with a p-value of 0.000 (p<0,05). While the average value of skills before receiving the training was 56.09</em><em>±</em><em>6.391 and the average after being given training was 90.70 and an elementary school of 5.029, with a p-value of 0.000 (p<0.05). The conclusion of the training using the simulation method is effective in increasing the </em>knowledge and skills of nursing students in performing basic life support.<strong></strong></p>2021-12-31T00:00:00+09:00Copyright (c) 2021 Guruh Suprayitno, Jeni Rante Tasikhttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/258DURASI NYERI PRE-HOSPITAL BERHUBUNGAN DENGAN LAMA RAWAT PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUANG INTENSIF RUMAH SAKIT JIH, YOGYAKARTA2022-08-03T07:59:36+09:00Catur Purnaningsihcatur.purnaningsih@gmail.comTeguh Santosotg.santoso21@gmail.comMaryudella Afridamaryudellaafrida89@gmail.com<p>Penyakit jantung koroner (PJK) terjadi akibat adanya sumbatan pada arteri koroner sehingga mengakibatkan terganggunya suplai oksigen ke otot jantung. Tanda yang sring muncul adalah nyeri dada atau rasa tidaknyaman yang menjalar ke leher, rahang, bahu sebelah kiri hingga punggung. Durasi nyeri yang timbul pada setiap orang dirasakan berbeda-beda. Pasien dengan PJK memiliki peluang menjalani perawatan ulang dalam waktu kurang lebih 30 hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan durasi nyeri pre-hospital dengan lama rawat ini di ruang intensif. Ini merupakan penelitian deskritif korelasi dengan pendekatan <em>cross-sectional.</em> Jumlah sampel yakni 66 responden dengan menggunakan <em>total sampling</em>. Data diperoleh dari rekam medis rumah sakit pada bulan Juli sampai Desember 2019. Selanjutnya, data diolah dengan menggunakan uji <em>Chi square</em>. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa durasi nyeri pre-hospital lebih dari 20 menit pada seluruh responden. Durasi rawat inap pada 49 responden yekni lebih dari 3 hari dan sebanyak 17 responden dirawat kurang dari 3 hari. Hubungan antar variabel menunjukkan terdapat nilai yang signifikan (p < 0.05) dan memiliki keeratan yang kuat. Kesimpulan penelitian durasi nyeri pre-hospital dapat meningkatkan lama rawat inap pada pasien PJK.   </p><p> </p><p><strong>Kata Kunci</strong>: Penyakit jantung coroner, lama rawat, nyeri, ruang rawat intensif</p>2022-08-17T00:00:00+09:00Copyright (c) 2022 Catur Purnaningsih, Teguh Santoso, Maryudella Afridahttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/255PENGARUH TERAPI AKUPUNTUR TERHADAP PENURUNAN HEMIPLEGIA SHOULDER PAIN PADA PASIEN STROKE: TINJAUAN LITERATUR2022-01-01T11:10:18+09:00Santalia Banne Tondokalsan.alia8814@gmail.comSitti Ramdasari Aksansittiramdasariaksan@gmail.comEza Kemal Firdausezakemalfirdaus16@gmail.comSiti Na’imahsiti.naimah193@gmail.com<p>Stroke merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf pusat yang dapat menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian. Pada kasus stroke penderita biasanya mengalami nyeri bahu. Teknik akupuntur merupakan salah satu cara yang dapat mengatasi gejala tersebut. Tujuan dari studi literatur ini adalah untuk menemukan bukti pengaruh terapi <em>acupuncture </em>terhadap penurunan <em>shoulder pain</em> hemiplegia pada pasien stroke. Metode yang diterapkan dengan melakukan pencarian literatur publikasi artikel maksimal <em>database</em> yang diperoleh adalah 10 tahun terakhir: <em>Science</em><em> </em><em>direct, Cochrane Library</em> dan <em>Pubmed</em> dengan kata kunci stroke <em>AND shoulder pain OR hemiplegia AND</em> <em>acupuncture</em>. Artikel yang dipilih adalah artikel yang asli yang merupakan hasil <em>review</em> yang sesuai dengan kriteria inklusi: teks artikel utuh dan bahasa Inggris. Kriteria eksklusi: rumusan masalah tidak sesuai (PICOT). Review yang dilakukan peneliti adalah melakukan pengecekan duplikasi artikel, judul, dan membaca keseluruhan isi artikel. Setelah itu, melakukan ekstraksi data dari artikel yang telah dipilih. Peneliti menyesuaikan dengan panduan PRISMA <em>flowchart</em>. Diperoleh 4 artikel yang memenuhi kriteria. Akupuntur merupakan terapi komplementer yang efektif dan minim efek samping dalam menurunkan <em>hemiplegia shoulder pain</em> (HSP) pada pasien stroke yang dilakukan dengan menusukkan jarum kecil pada titik meridian kepala, lengan dan bahu. </p><p> </p><p><em>Stroke is a disease that attacks the central nervous system that can cause paralysis and even death. In this case, the patient usually experiences shoulder pain. Acupuncture technique is one way that can overcome these symptoms. The purpose of this literature study was to find evidence on the effect of acupuncture therapy on reducing shoulder pain hemiplegic in stroke patients. The method applied by searching the literature for publication of articles, the maximum database obtained is the last 10 years: Science Direct, Cochrane Library and Pubmed with the keywords: s</em><em>troke AND shoulder pain OR hemiplegia AND acupuncture</em><em>. The selected article is the original article which is the result of a review that meets the inclusion criteria: full article text and English. Exclusion criteria: Incorrect problem formulation (PICOT). The review carried out by the researcher is by checking the duplication of articles, titles, and reading the entire contents of the article. After that, perform data extraction from the selected articles. Researchers adjusted to the PRISMA flowchart guide. Obtained 4 articles that meet the criteria. Acupuncture is a complementary therapy that is effective and has minimal side effects in reducing hemiplegia shoulder pain (HSP) in stroke patients by inserting small needles at the meridian points of the head, arms, and shoulders.</em></p><h1 style="margin-top: 0in; text-align: justify; line-height: normal;"> </h1>2021-12-27T00:00:00+09:00Copyright (c) 2021 Santalia Banne Tondok, Sitti Ramdasari Aksan, Eza Kemal Firdaus, Siti Na’imahhttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/254PREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO INFEKSI STH (SOIL TRANSMITTED HELMINTHS) PADA ANAK SEKOLAH DASAR2022-01-01T11:17:46+09:00Azis Mangaramangara83@gmail.comLismawati Lismawatielsayonk068@gmail.comJulianto Juliantojuli14727@gmail.com<p>Infeksi <em>soil transmitted</em> helminths (STH) banyak ditemukan pada anak di kawasan tropis. Prevalensi yang cukup tinggi berkaitan dengan beberapa faktor risiko, utamanya pada kondisi sanitasi dan <em>personal hyginene </em>yang cenderung buruk pada anak sekolah. Efek dari infeksi STH dapat berdampak pada status gizi, gangguan pertumbuhan dan fungsi kognitif pada anak. Penelitian ini bertujuan menganalisis prevalensi dan faktor risiko infeksi STH pada anak sekolah dasar. Desain studi yang digunakan adalah <em>cross-sectional study</em> yang dilakukan dengan mengambil sampel feses pada subjek penelitian dan pengisian kuesioner. Subjek penelitian yang terlibat dalam studi sebanyak 47 siswa Sekolah Dasar Negeri 101814 Peria Ria Kabupaten Deli Serdang. Data dianalisis menggunakan uji <em>chi-square </em>guna menghasilkan intepretasi pada keterkaitan faktor resiko dan infeksi STH. Hasil pengukuran menunjukkan prevalensi infeksi STH pada anak sebesar 31,9%. Hasil analisis menunjukkan aspek sanitasi (sanitasi lingkungan rumah (p=0,032) dan sanitasi lingkungan rumah (p=0,002)) dan <em>personal hygiene</em> (kebiasaan mencuci tangan (p=0,004), kebiasan memakai alas kaki saat kontak dengan tanah (p=0,004), kebersihan kuku (p=0,036), dan kebiasan buang air besar (p=0,027)) berhubungan dengan infeksi STH pada anak sekolah dasar. Ketersedian sanitasi yang baik di rumah dan sekolah serta akses terhadap air bersih memungkinkan penurunan risiko infeksi STH. Peningkatan kualitas <em>personal hygiene </em>disarankan untuk meminimalisir risiko infeksi STH melalui edukasi dan promosi kesehatan dengan berbagai media yang menarik minat anak.</p><p> </p><p><em><span>STH infections are often found in children in the tropics. The high prevalence is related to several risk factors, especially sanitation and personal hygiene conditions, which tend to be poor in school children. The effects of STH infection can impact nutritional status, impaired growth, and cognitive function in children. This study analyzes the prevalence and risk factors of STH infection in elementary school children. The study design used was a cross-sectional study conducted by taking stool samples from the research subjects and filling out a questionnaire. The research sample involved in the study was 47 students of the </span><span lang="id">Sekolah Dasar Negeri 101814 Peria Ria</span><span>l, Deli Serdang Regency. Data were analyzed using the Chi-Square test to produce an interpretation of the relationship between risk factors and STH infection. The measurement results showed the prevalence of STH infection in children was 31.9%. The results of the analysis showed aspects of sanitation (home environment sanitation (p=0.032) and home environment sanitation (p= 0.002)) and personal hygiene (handwashing habits (p=0.004), the habit of wearing footwear when in contact with the ground (p=0.004). nail hygiene (p=0.036), and bowel habits (p=0.027) were associated with STH infection in elementary school children. Availability of good sanitation at home and school as well as access to clean water reduce the risk of STH infection. Improving the quality of personal hygiene is recommended to minimize the risk of STH infection through education and health promotion with various media that attract children's interest.</span></em></p>2021-12-27T00:00:00+09:00Copyright (c) 2021 Azis Mangara, Lismawati Lismawati, Julianto Juliantohttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/253EFEKTIFITAS PEMANTAUAN PEDIATRIC EARLY WARNING SCORING/SYSTEM DALAM ELECTRONIC HEALTH RECORD2022-01-01T11:01:06+09:00Herlina Febriantiherlinafebrianti29@gmail.com<p><em>Pediatric Early Warning System</em> atau <em>Score</em> (PEWS) merupakan instrumen untuk mengidentifikasi perburukan kondisi beberapa jam sebelum terjadi melalui tanda-tanda klinis dengan pengukuran skor. Instrumen ini dapat digunakan dalam <em>Electronic Health Record</em> (EHR), sehingga pengukuran menjadi lebih akurat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pemantauan PEWS dalam EHR. Penelitian ini menggunakan studi literatur dengan penelusuran database online tahun 2016-2021. Kriteria inklusinya adalah <em>full</em> <em>text</em> dan fokus pada anak. Pemilihan sampel pada artikel adalah pemantauan PEWS dalam EHR. Data di <em>review</em> dengan <em>Critical Appraisal Skills Programme tools</em> hingga disimpulkan. Diperoleh 3 studi yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil <em>review</em> menunjukan akurasi dasar mean adalah 71% dan akurasi penerapan kalkulator PEWS sebesar 100%. Waktu untuk membuat grafik adalah 20 menit, sebelumnya 55 menit dan jangkauannya juga berkurang 37% menjadi 27 menit. Adanya pemantauan PEWS menggunakan EHR, lebih akurat dan terhindar dari kesalahan, dibandingkan dengan PEWS manual.</p><p> </p><p><em>Pediatric early warning system or score (PEWS) is an instrument to identify the deteriorating clinical conditions by comparing clinical manifestations’ evaluation to the scoring system. Implementing PEWS in the electronic health record (EHR) system is a way to increase the accuracy of patients’ management in hospitals. This study aimed to evaluate the effectiveness of PEWS monitoring in EHR. This study uses a literature review was conducted in 2021 to review online databases from 2016-2021. All full-text research in children was included to review PEWS monitoring in the electronic medical record system. Data was reviewed with Critical Appraisal Skills Programme (CASP) tools. The results showed<strong> </strong>three studies are included to show better accuracy of PEWS calculator implementation of 100 percent compared to 71 percent accuracy of manual PEWS. There is decreasing in the median time of graphic plotting from 55 minutes to 20 minutes after intervention. PEWS calculator system also shows better range than manual system. Monitoring of PEWS from electronic medical record systems shows better accuracy and decreases human error than manual PEWS.</em></p><br /><!--[if gte mso 9]><xml> <o:OfficeDocumentSettings> <o:RelyOnVML/> <o:AllowPNG/> </o:OfficeDocumentSettings> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:EnableOpenTypeKerning/> <w:DontFlipMirrorIndents/> <w:OverrideTableStyleHps/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="false" DefSemiHidden="false" DefQFormat="false" DefPriority="99" LatentStyleCount="376"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="index 1"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="index 2"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="index 3"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="index 4"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="index 5"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="index 6"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="index 7"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="index 8"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="index 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Normal Indent"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="footnote text"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="annotation text"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="header"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="footer"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="index heading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="table of figures"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="envelope address"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="envelope return"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="footnote reference"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="annotation reference"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="line number"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="page number"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="endnote reference"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="endnote text"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="table of authorities"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="macro"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="toa heading"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="List"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="List Bullet"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="List Number"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="List 2"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="List 3"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="List 4"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="List 5"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="List Bullet 2"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="List Bullet 3"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="List Bullet 4"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="List Bullet 5"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="List Number 2"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="List Number 3"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="List Number 4"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="List Number 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Closing"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Signature"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Body Text"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Body Text Indent"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="List Continue"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="List Continue 2"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="List Continue 3"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="List Continue 4"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="List Continue 5"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Message Header"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Salutation"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Date"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Body Text First Indent"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Body Text First Indent 2"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Note Heading"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Body Text 2"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Body Text 3"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Body Text Indent 2"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Body Text Indent 3"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Block Text"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Hyperlink"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="FollowedHyperlink"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Document Map"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Plain Text"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="E-mail Signature"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="HTML Top of Form"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="HTML Bottom of Form"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Normal (Web)"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="HTML Acronym"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="HTML Address"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="HTML Cite"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="HTML Code"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="HTML Definition"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="HTML Keyboard"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="HTML Preformatted"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="HTML Sample"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="HTML Typewriter"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="HTML Variable"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Normal Table"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="annotation subject"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="No List"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Outline List 1"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Outline List 2"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Outline List 3"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table Simple 1"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table Simple 2"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table Simple 3"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table Classic 1"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table Classic 2"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table Classic 3"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table Classic 4"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table Colorful 1"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table Colorful 2"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table Colorful 3"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table Columns 1"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table Columns 2"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table Columns 3"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table Columns 4"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table Columns 5"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table Grid 4"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table Grid 5"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table Grid 6"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table Grid 7"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table Grid 8"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table List 1"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table List 2"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table List 3"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table List 4"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table List 5"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table List 6"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table List 7"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table List 8"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table 3D effects 1"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table 3D effects 2"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table 3D effects 3"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table Contemporary"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table Elegant"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table Professional"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table Subtle 1"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table Subtle 2"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table Web 1"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table Web 2"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table Web 3"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Balloon Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Table Theme"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="41" Name="Plain Table 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="42" Name="Plain Table 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="43" Name="Plain Table 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="44" Name="Plain Table 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="45" Name="Plain Table 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="40" Name="Grid Table Light"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="Grid Table 1 Light"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="Grid Table 6 Colorful"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="Grid Table 7 Colorful"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="Grid Table 1 Light Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="Grid Table 6 Colorful Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="Grid Table 7 Colorful Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="Grid Table 1 Light Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="Grid Table 6 Colorful Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="Grid Table 7 Colorful Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="Grid Table 1 Light Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="Grid Table 6 Colorful Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="Grid Table 7 Colorful Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="Grid Table 1 Light Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="Grid Table 6 Colorful Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="Grid Table 7 Colorful Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="Grid Table 1 Light Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="Grid Table 6 Colorful Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="Grid Table 7 Colorful Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="Grid Table 1 Light Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="Grid Table 6 Colorful Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="Grid Table 7 Colorful Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="List Table 1 Light"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="List Table 6 Colorful"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="List Table 7 Colorful"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="List Table 1 Light Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="List Table 6 Colorful Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="List Table 7 Colorful Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="List Table 1 Light Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="List Table 6 Colorful Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="List Table 7 Colorful Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="List Table 1 Light Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="List Table 6 Colorful Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="List Table 7 Colorful Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="List Table 1 Light Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="List Table 6 Colorful Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="List Table 7 Colorful Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="List Table 1 Light Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="List Table 6 Colorful Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="List Table 7 Colorful Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="List Table 1 Light Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="List Table 6 Colorful Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="List Table 7 Colorful Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Mention"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Smart Hyperlink"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Hashtag"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Unresolved Mention"/> <w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true" Name="Smart Link"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin-top:0in; mso-para-margin-right:0in; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri",sans-serif; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-ansi-language:IN;} </style> <![endif]-->2021-12-27T00:00:00+09:00Copyright (c) 2021 Herlina Febriantihttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/234PENGARUH REBUSAN DAUN SIRSAK (ANNOVAMURICATAL) TERHADAP KADAR GULA DARAH SEWAKTU PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II2022-01-01T11:20:32+09:00Lenny Astutilennyastuti149@gmail.comLela Ainilela.aini15@gmail.comDewi Rury Arindaridewirury2013@gmail.comDessy Suswithadessysuwitha@yahoo.comDewi Puspita Sarisurjayadewi@gmail.com<p>Pengendalian kadar gula darah masih menjadi tantangan tersendiri di Indonesia. Rendahnya kepatuhan dalam diet, kebiasaan olahraga dan minum obat teratur serta gaya hidup yang buruk masih menjadi masalah dalam pengendalian kadar gula darah. Penggunaan tumbuhan obat seperti daun sirsak banyak dilakukan oleh masyarakat yang diyakini menurunkan kadar gula. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rebusan daun sirsak dalam menurunkan glukosa darah pada penderita diabetes melitus Tipe II di Puskesmas Talang Ubi Pali. Penelitian ini merupakan quasy eksperiment rancangan sebelum dan setelah dengan grup kontrol. Responden dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol, masing-masing berjumlah 18 orang. Terjadi penurunan rata-rata kadar gula darah sebelum dan sesudah intervensi pemberian rebusan daun sirsak sebesar 67 mg/dl. Hasil analisis diperoleh nilai p=0,003, yang berarti bahwa penurunan kadar gula darah signifikan secara statistik. Ada pengaruh yang signifikan intervensi pemberian rebusan daun sirsak pada pasien diabetes melitus tipe II untuk menurukan kadar gula darah. </p><p><em>Controlling blood sugar levels is still a challenge in Indonesia. Low adherence to diet, exercise habits and taking the medication regularly, and a bad lifestyle is still problems in controlling blood sugar levels. The use of medicinal plants such as soursop leaves is widely carried out by the community which is believed to reduce sugar levels. This study aims to determine the effect of soursop leaf decoction in lowering blood glucose in patients with Type II diabetes melitus at the Talang Ubi Pali Health Center. This study is a quasi-experimental design before and after with a control group. Respondents were divided into 2 groups, namely the intervention group and the control group, each with 18 people. There was an average decrease in blood sugar levels before and after the intervention of giving soursop leaf decoction of 67 mg/dl. The results of the analysis obtained a p-value=0.003, which means that the decrease in blood sugar levels was statistically significant. There is a significant effect of the intervention of giving soursop leaf decoction in type II diabetes melitus patients to lower blood sugar levels.</em><em></em></p><p> </p>2021-12-27T00:00:00+09:00Copyright (c) 2021 Lenny Astuti, Lela Aini, Dewi Rury Arindari, Dessy Suswitha, Dewi Puspita Sari https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/225HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA2022-01-01T11:23:08+09:00Amanda Eflin Pradanaamanda.eflin0478@student.unri.ac.idReni Zulfitrireni.zulfitri@gmail.comNopriadi Nopriadinopriadi_dhs@yahoo.com<p>Penuaan yang terjadi pada lansia bisa berdampak pada kemunduran intelektual termasuk fungsi kognitif. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif pada lansia mengalami penurunan salah satunya dukungan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan fungsi kognitif pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dan pendekatan <em>cross sectional</em>. Penelitian dilakukan pada Februari-Juli 2021 di wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki Kota Pekanbaru. Sampel penelitian sebanyak 100 responden yang diambil dengan menggunakan teknik <em>cluster sampling</em>. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan <em>Chi-Square</em>. Hasil penelitian menunjukkan lansia berusia 60-74 tahun sebanyak 80%, berjenis kelamin perempuan sebanyak 58%, pendidikan terakhir sekolah dasar sebanyak 31%, status perkawinan menikah sebanyak 60%. Kategori untuk dukungan sosial teman sebaya positif sebanyak 67%, gangguan kognitif sebanyak 51%. Ada hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan fungsi kognitif pada lansia (p=0,047). Dukungan sosial teman sebaya dapat mempengaruhi terjadinya penurunan fungsi kognitif pada lansia. Saran bagi Puskesmas adalah untuk memberikan penambahan informasi melalui penyuluhan untuk mangajak lansia agar meningkatkan hubungan dukungan sosial antar teman sebaya agar fungsi kognitif berada dalam kondisi yang optimal.</p><p><em>Aging in the elderly can impact intellectual decline, including cognitive function. Many factors can affect cognitive function in the elderly experiencing a decline, one of which is social support. T</em><em>his research </em><em>aimed</em><em> to determine the association between peer social support and the cognitive function of the elderly in the working area of Payung Sekaki Public Health Center. The design was descriptive correlation research with cross-sectional. </em><em>The study was conducted in February-July 2021 in the Work Area of the Payung Sekaki Health Center, Pekanbaru City</em><em>. </em><em>The samples of the research were 100 respondents taken using cluster sampling. This research used a questionnaire</em><em>, d</em><em>ata analysis using chi-square</em><em>. </em><em>The result found that the samples between 60-74 years old were 80%, the female was 58%, primary school graduates was 31%, marital status married was 60%. The category for positive peer social support was 67%, impaired cognitive function was 51%. There is a relationship between peer social support and cognitive function in the elderly (p=0.047). Peer social support can affect the decline in cognitive function in the elderly. Suggestions for the </em><em>health centre</em><em> are to provide additional information through counseling to invite the elderly to improve social support relationships between peers so that cognitive function is in optimal condition.</em><em></em></p><p> </p>2021-12-27T00:00:00+09:00Copyright (c) 2021 Amanda Eflin Pradana, Reni Zulfitri, Nopriadi Nopriadihttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/222FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEPATUHAN MENGGUNAKAN MASKER DALAM PENCEGAHAN PENULARAN COVID – 19 DI PEMUKIMAN PASAR INPRES KOTA JAYAPURA2021-12-29T09:28:15+09:00Fitriah Fatahudinfitriahfatahudin959@gmail.comAgus Zainuriazainuri_fkm@yahoo.comZakarias Giayzakhariasgiay60@gmail.comPandemi Covid-19 telah menyebar begitu cepat sejak Desember 2019 di China hingga menyebar ke 215 negara termasuk Indonesia karena penyebarannya melalui udara dari droplet orang yang terinfeksi. Salah satu faktor yang dapat mencegahnya adalah dengan menggunakan masker dengan benar. Persepsi yang baik dapat mencegah penularan Covid-19 dengan patuh memakai masker. Kajian Penelitian: Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan penggunaan masker dalam pencegahan penularan Covid-19 di Pasar Inpres Kota Jayapura. Desain penelitian cross sectional deskriptif analitik. Populasi seluruh penduduk di Pasar Inpres dan sampel sebanyak 78 orang dengan cara random sampling. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan chi square dan regresi logistik biner. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan memakai masker yaitu persepsi kerentanan (p-value=0,024<0,05; RP=1,621; 95% CI (1,085-2.422), persepsi keparahan (p-value=0,011<0,05; RP=1,706; 95% CI (1.141-2.549), manfaat yang dirasakan (p-value=0,014<0,05; RP=1,692; 95% CI (1,120-2,567), hambatan penggunaan masker (Ï-value=0,041<0,05; RP=1,590; CI 95% (1,027-2,461), keparahan (p-value=0,011<0,05; RP=2,063; 95% CI (1.323-3.215), Faktor yang tidak mempengaruhi kepatuhan menggunakan masker yaitu persepsi isyarat (p-value=0,186>0,05l; RP=1,340; CI 95% (0,927-1,937). Faktor dominan yang mempengaruhi kepatuhan memakai masker adalah keparahan (0,013), resistensi (0,028) dan pengetahuan (0,002) sedangkan manfaat sebagai faktor interaksi The Covid 19 pandemic has spread so fast since December 2019 in China that it has spread to 215 countries including Indonesia because it is spread through the air from the droplet of an infected person. One of the factors that can prevent it is using masks properly. A good perception of a person can prevent transmission of covid-19 by obediently wearing a mask. Research of study: To find out the factors that influence the compliance of using masks in the prevention of covid-19 transmission in the Inpres Market in the city of Jayapura. Analytical descriptive cross sectional study design. The population of all residents in the Inpres Market and a sample of 78 by random sampling. Data obtained using a questionnaire and analyzed using chi square and binary logistic regression. The factors that influence adherence to wearing masks, namely perceived vulnerability (Ï-value=0.024<0.05; RP=1.621; 95% CI (1.085-2.422), perceived severity (Ï-value=0.011<0,05; RP=1.706; 95% CI (1,141-2,549), perceived benefit (Ï-value=0.014<0.05; RP=1.692; 95% CI (1,120-2,567), barrier to using a mask (Ï-value=0.041<0.05; RP=1.590; 95% CI (1.027-2.461), severity (Ï-value=0.011<0.05; RP=2.063; 95% CI (1.323-3.215). Factors that do not affect adherence to use mask, namely the perception of cues (Ï-value=0.186>0.05l; RP=1.340; 95% CI (0.927-1.937). The dominant factors that influence adherence to wearing masks are, namely severity (0.013), resistance (0.028) and knowledge (0.002) while the benefits as an interaction factor2022-12-11T00:00:00+09:00Copyright (c) 2022 Fitriah Fatahudin, Agus Zainuri, Zakarias Giayhttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/217PERBANDINGAN KEBERSIHAN TANGAN DENGAN POTENSI DESINFEKSI HANDSANITIZER, SABUN DAN TISU BASAH PADA PRANATA LABORATORIUM PENDIDIKAN DI MASA PANDEMI COVID-192022-01-01T11:26:16+09:00Risda Hartatirisdahartati@gmail.comMeidy Imbiriimbirimeidy@gmail.comFarida Fransisca Sihotangffransiscasihotang@gmail.comIndra Taufik Sahliindrataufiksahli@gmail.comAsrianto Asriantoasriantolopa98@gmail.com<p>Pentingnya kebersihan tangan dalam pencegahan penularan mikroorganisme dan mengurangi penyebaran infeksi telah menjadi kebiasaan manusia setelah terjadi pandemi global coronavirus (Covid-19). Padasaatmulaiterjadiwabah, praktisi pendidikan telah berkonsentasi pada kegiatan mencuci tangan dan kebersihan tangan yang memadai. Berbagai macam produk pencuci tangan telah digunakan sebagai alternatif untuk kebersihan tangan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas sabun cuci tangan, handsanitizer dan tisu basah dalam mengurangi jumlah koloni mikroba pada permukaan tangan. Penelitian ini merupakan <em>true experiment</em> dengan rancangan penelitian <em>posttest only control group design</em> yang dilaksanakan di perguruan tinggi Poltekkes Kemenkes Jayapura terhadap 24 petugas pranata laboratorium pendidikanyang secara acak dibagi menjadi tiga kelompok intervensi masing-masing 8 peserta. Peserta diinstruksikan untuk bekerja sesuai tugas pokoknya di laboratorium selama 3-5 jam, proses pencuciantangan dengan menggunakan pedoman WHO. Swab tangan dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada ketiga kelompok dan dihitung nilai rata-rata <em>colony forming unit</em> (CFU) untuk setiap kelompok. Hasil. Persentase penurunan tertinggi pada kelompok mencuci tangan dengan handsanitizer (84,30%), diikuti oleh kelompok sabun dan air (81,90%) dan terendah untuk kelompok tisu basah (51,95%). Perbedaan CFU pada semua kelompok perlakuan tidak tidak signifikan (<em>p </em>= 0,214<em>)</em>. Kesimpulan. Tidak terdapat perbedaan signifikanterhadappotensi desinfeksi tangan antara handsanitizer, sabun dan air atau tisu basah. Ketiga pembersih tangan memiliki kemampuan dalam mengurangi jumlah kontaminasi mikroba pada tangan petugas laboratoriumpendidikan.</p><p> </p><p><em>The importance of hand hygiene in preventing the transmission of microorganisms and reducing the spread of infection has become </em><em>a new habit</em><em> after the global coronavirus (Covid-19) pandemic. In the months since the outbreak, education practitioners have concentrated on adequate hand washing and hand hygiene. A wide variety of handwashing products have been used as an alternative to hand hygiene. This study aims to compare the effectiveness of hand soap, hand sanitizer, and wet wipes in reducing the number of microbial colonies on hand surfaces. This study is a true experiment with a posttest-only control group design research conducted </em><em>in </em><em>Jayapura </em><em>Health Polytechnic C</em><em>ollege </em><em>involving </em><em>24 educational laboratory personnel who were randomly divided into three intervention groups with 8 participants each. Participants were instructed to work according to their main tasks in each laboratory for 3-5 hours, then </em><em>they were divided into three groups: soap and water group, hand sanitizer gro</em><em>u</em><em>p, and wet wipes group. All handwashing was done according to</em><em> WHO guidelines</em><em> for handwashing</em><em>. Hand swabs were performed before and after the intervention in the three groups and the average colony-forming unit (CFU) value was calculated for each group. Results. The highest percentage of decline was in the hand sanitizer </em><em>group </em><em>(84</em><em>,</em><em>30%), followed by the soap and water group (81</em><em>,</em><em>90%) and the lowest for the wet </em><em>wipes</em><em> group (51</em><em>,</em><em>95%). The difference in CFU in all treatment groups was not significant (p = 0</em><em>,</em><em>214). The results of the study showed that there was no significant difference in the potential</em><em> ability</em><em> for hand disinfection between hand sanitizer, soap, and water or wet wipes. All three hand sanitizers can reduce the amount of microbial contamination in the hands of laboratory workers.</em></p><p> </p>2021-12-27T00:00:00+09:00Copyright (c) 2021 Risda Hartati, Meidy Imbiri, Farida Fransisca Sihotang, Indra Taufik Sahli, Asrianto Asriantohttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/207EFEKTIVITAS EKSTRAK IKAN GABUS TERHADAP PENINGKATAN STATUS GIZI DAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL DENGAN HIV/AIDS DI PROVINSI PAPUA2021-12-30T10:03:45+09:00Nouvy Helda Warouwheldanouvy74@gmail.com<p>Angka kasus HIV/AIDS pada ibu hamil masih cukup tinggi di Papua. Kerusakan sistem kekebalan tubuh yang diakibatkan oleh virus HIV menyebabkan hilangnya imunitas tubuh sehingga dapat menyebabkan komplikasi berbagai penyakit. Kebutuhan asupan gizi yang cukup pada ibu hamil sangat baik untuk dipertahankan dalam meningkatkan status kesehatan penderita HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas ektrak kapsul ikan gabus dalam meningkatkan status gizi (lingkar lengan atas dan berat badan) dan kadar hemoglobin pada ibu hamil ODHA yang telah diberi pengobatan antirektroviral (ARV). Penelitian ini adalah <em>true experiment</em> dengan rancangan <em>randomised kontrol group pre test-post test </em>yang dilakukan di Komunitas Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) Sentani dan Puskesmas Sentani pada bulan Oktober sampai November 2016. Sampel penelitian adalah ibu hamil yang menderita HIV/AIDS berjumlah 10 orang. Sampel kelompok kontrol diberikan terapi ARV dan ekstrak ikan kabus. Hasil penelitian menunjukan pada kelompok perlakuan terjadi peningkatan lingkar lengan atas (2 cm), berat badan (5 kg) dan kadar hemoglobin (0,48 g/dL) setelah pemberian ekstrak ikan gabus. Ekstrak ikan gabus efektif meningkatkan lingkar lengan atas, berat badan dan kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan HIV/AIDS. Ekstrak ikan gabus dapat dijadikan sebagai suplemen tambahan bagi ibu hamil dengan HIV/AIDS.</p><p><em>The number of HIV/AIDS cases in pregnant women is still quite high in Papua. Damage to the immune system caused by the HIV virus causes loss of body immunity so that it can cause complications of various diseases. The need for adequate nutritional intake in pregnant women is very good to be maintained in improving the health status of people with HIV/AIDS. This study aimed to examine the effectiveness of snakehead fish capsule extract in improving nutritional status (upper arm circumference and body weight) and hemoglobin levels in pregnant women living with HIV who have been given antiretroviral (ARV) treatment. This study is a true experiment with a randomized control group pre test-post test design conducted in the Community of People with HIV/AIDS (PLWHA) Sentani and the Sentani Health Center from October to November 2016. The sample of the study was pregnant women suffering from HIV/AIDS totaling 10 person. The control group sample was given ARV therapy and kabus fish extract. The results showed that in the treatment group there was an increase in upper arm circumference (2 cm), body weight (5 kg) and hemoglobin levels (0.48 g/dL) after administration of snakehead fish extract. Snakehead fish extract was effective in increasing upper arm circumference, body weight and hemoglobin levels in pregnant women with HIV/AIDS. Snakehead fish extract can be used as an additional supplement for pregnant women with HIV/AIDS.</em></p>2021-11-02T00:00:00+09:00Copyright (c) 2021 Nouvy Helda Warouw https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/180PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISA DAN PERITONEAL DIALISA DI RUANG HEMODIALISA RSUD Dr. MOEWARDI2022-01-04T13:59:32+09:00Theresia Febriana Christi Tyas Utamitheresia.sintadikti@gmail.comAbstrak Penyakit ginjal kronik sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat diseluruh dunia. Pasien dengan gagal ginjal kronik (klirens kreatinin <15 ml/menit) telah menjalani hemodialisis dan peritoneal dialisis dan jumlahnya meningkat dari tahun ke tahun. Terapi dialisis ini dijalani penderita gagal ginjal kronik sepanjang hidupnya sehingga akan mempengaruhi kualitas hidup mereka. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis perbedaan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa dan peritoneal dialisa di Ruang Hemodialisa RSUD Dr. Moewardi. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif (deskriptif komparatif) dengan pendekatan cross sectional. Analisis data yang digunakan adalah uji t-test. Gambaran komponen kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik dengan peritoneal dialisa lebih baik dibandingkan dengan pasien hemodialisa. Uji-t menunjukkan bahwa Mean Different sebesar 68,90 dan 83,95 sehingga ada perbedaan nilai mean 15,05 dan dilakukan perhitungan yang menghasilkan -th < -tt (-4,366 < -2,024). Ada perbedaan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa dan peritoneal dialisa di Ruang Hemodialisa RSUD Dr. Moewardi Kata Kunci : Gagal ginjal kronik, hemodialisa, peritoneal dialisa, kualitas hidup2022-08-01T00:00:00+09:00Copyright (c) 2022 Theresia Febriana Christi Tyas Utami https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/179HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIRETROVIRAL (ARV) PENDERITA HIV/AIDS DI POLIKLINIK HANNA RSUD YOWARI2021-12-30T10:03:45+09:00Kismiyati Kismiyatikisminugroho@gmail.comMayland Hamongkisminugroho@gmail.comYunita Kristinakisminugroho@gmail.comKepatuhan minum obat ARV pada penderita HIV/AIDS sangat penting dipatuhi karena dapat meningkatkan kualitas hidup penderita sekaligus mengurangi penyebaran penularan HIV/AIDS. Kedisiplinan dalam pengobatan bermanfaat menurunkan atau melemahkan virus dalam pencegahan penularan HIV/AIDS. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan karakteristik dan layanan kesehatan dengan kepatuhan minum obat Antiretroviral (ARV) Pada Penderita HIV/AIDS di Poliklinik Hanna RSUD Yowari. Penelitian ini deskriptif analitik dengan metode crossestional pada penderita HIV/AIDS di RSUD Yowari sebanyak 73 responden. Data dianalisis menggunakan statistik uji chi- square. Hasil penelitian diperoleh bahwa karakteristik penderita HIV/AIDS di RSUD Yowari terbanyak berumur < 30 tahun yaitu sebanyak 38 orang (51,1%), berjenis kelamin perempuan sebanyak 40 orang (54,8%) dan berpendikan tinggi sebanyak 49 orang (667,1%). Pekerjaan responden sebagian besar bekerja sebanyak 49 orang (67,1%) dengan lama pengobatan < 6 bulan. Akses pelayanan kesehatan kategori sulit sebanyak 30 orang (41,1%) dan mudah sebanyak 43 orang (58,9%). Kepatuhan minum obat sebanyak 34 orang (46,6%) tidak patuh minum dan sebanyak 39 orang (53,4%) patuh. Faktor yang berhubungan dengan dengan kepatuhan minum obat ARV adalah pendidikan (p-value = 0,031), lama pengobatan (p-value = 0,008), akses layanan (p-value = 0,002). Faktor yang tidak berhubungan dengan dengan kepatuhan minum obat ARV adalah umur (p-value = 0,707) dan jenis kelamin (p-value = 0,951). Kesimpulan: Karakteristik responden seperti umur, pekerjaan dan jenis kelamin tidak berhubungan dengan kepatuhan minum ARV namun akses layananan ke Fasilitas kesehatan RSUD Yowari seperti kondisi geografis Papua, jarak rumah responden, lama pengobatan, serta pendidikan berhubungan dengan kepatuhan responden konsumsi ARV. Abstrak Adherence to taking ARV drugs in people with HIV / AIDS is very important because it can improve the quality of life of sufferers while reducing the spread of HIV / AIDS transmission. The aim of the study was to determine the relationship between health characteristics and services and adherence to taking antiretroviral drugs (ARVs) in HIV / AIDS patients at the Hanna Polyclinic, Yowari Hospital. This study was a descriptive analytic study using the method of crossestional study in patients with HIV / AIDS in Yowari Hospital as many as 73 respondents. Data were analyzed using a questionnaire and analyzed using chi square. The results showed that most of the characteristics of HIV / AIDS sufferers in Yowari Hospital were <30 years old, namely 38 people (51.1%), 40 people (54.8%) and highly educated as many as 49 people (667.1 %). Most of the respondents' occupations work as many as 49 people (67.1%) with a length of treatment <6 months. Access to health services in the difficult category was 30 people (41.1%) and easy access was 43 people (58.9%). As many as 34 people (46.6%) did not comply with taking medication and as many as 39 people (53.4%) did. Factors associated with adherence to taking ARV drugs were education (p-value = 0.031), length of treatment (p-value = 0.008), access to services (p-value = 0.002). Factors not related to adherence to taking ARV drugs were age (p-value = 0.707) and gender (p-value = 0.951).2021-08-10T00:00:00+09:00Copyright (c) 2021 Kismiyati Kismiyati, Mayland Hamong, Yunita Kristina https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/176FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN BURNOUT PADA TENAGA KESEHATAN DALAM SITUASI PANDEMI COVID-192021-12-30T10:03:45+09:00May Dwi Yuri Santosomaydwiyurisantoso@gmail.comAbstrak Pandemi COVID-19 mengakibatkan peningkatan beban pelayanan kesehatan tenaga kesehatan yang berpotensi mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan, produktivitas pelayanan tenaga kesehatan yang dapat berdampak pada gangguan kesehatan mental tenaga kesehatan sehingga akan berisiko untuk terjadinya burnout. Pengkajian sistematis faktor penyebab burnout yang telah dipublikasikan dari berbagai Negara dapat menjadi salah satu upaya untuk menentukan langkah preventif, kuratif dan rehabilitatif tenaga kesehatan yang mengalami burnout akibat COVID-19 di Indonesia. Pencarian sistematis dilakukan pada Maret-April 2021. Basis data yang digunakan: PubMed, Google Scholar dan Spingerlink. Kata kunci: “COVID 19 and burnout and Health workers†dan “COVID 19 and burnoutâ€, “COVID 19 and burnout and Health workers and factors associatedâ€. Pelaporan tinjauan sistematis ini berpedoman pada Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA). Terdapat 9 artikel yang memenuhi kriteria inklusi dan melibatkan 10.517 tenaga kesehatan dari seluruh dunia. Sebagian besar burnout disebabkan oleh meningkatnya beban kerja dengan semakin lama dalam tindakan pencegahan ekstra, perubahan tim, penyebaran dampak pandemi dan masalah birokrasi akan menguras tenaga serta pikiran tenaga kesehatan, terutama yang bekerja menangani langsung pasien COVID-19. Kata Kunci: COVID-19, burnout, tenaga kesehatan Abstract The COVID-19 pandemic has resulted in an increase in the burden of health care for health workers which has the potential to affect the quality of health services, productivity of health worker services which can have an impact on mental health disorders of health workers so that it will be at risk of burnout. The published systematic study of the causes of burnout from various countries can be an effort to determine preventive, curative and rehabilitative steps for health workers who experience burnout due to COVID-19 in Indonesia. A systematic search was carried out in March-April 2021. Databases used: PubMed, Google Scholar and Spingerlink. Keywords: "COVID 19 and burnout and Health workers" and "COVID 19 and burnout", "COVID 19 and burnout and Health workers and factors associated". This systematic review reporting is guided by Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyzes (PRISMA). There were 9 articles that met the inclusion criteria and involved 10,517 health workers from around the world. Most of the burnout is caused by the increasing workload with the longer taking extra precautions, team changes, the spread of the impact of the pandemic and bureaucratic problems that will drain the health and minds of health workers, especially those who work directly with COVID-19 patients. Keywords: COVID-19, burnout, health workers2021-07-02T00:00:00+09:00Copyright (c) 2021 May Dwi Yuri Santoso https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/173IMPLEMENTASI KOMUNIKASI DALAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS PARU STUDI KASUS: PUSKESMAS SIKO DAN KALUMATA KOTA TERNATE2021-12-30T10:03:45+09:00Muliana Mulianamuliana.ana64@yahoo.comABSTRACT Tuberculosis (TB) is a direct infectious disease caused by the bacteria Mycobacterium tuberculosis. Based on the 2017 Global Tuberculosis Report, globally new tuberculosis cases amounted to 6.3 million, equivalent to 61% of tuberculosis incidents (10.4 million). Tuberculosis remains the 10 highest cause of death in the world and tuberculosis mortality globally is estimated at 1.3 million patients. The purpose of this study was to determine the Implementation of Communication in the Control of Pulmonary Tuberculosis in the Siko and Kalumata Puskesmas in Ternate City. In this study, researchers used a mix method. The research location is in the working area of the Siko and Kalumata Community Health Centers. The size / number of informants in this study is determined on the basis of saturation theory (the point in managing data when new data no longer brings additional insight to the research question). The informants in this study were the Head of the Community Health Center Head of the Sub-District Head Office, Religious Leaders, Community Leaders, Health Cadres and TB Patients. Communication has an important role in controlling pulmonary tuberculosis, various structured programs from the global WHO level to regional city governments are trying to do this and then duplicated and implemented in the working areas of the Siko and Kalumata Puskesmas. Results of research on the implementation of communication generally show that the category is not good enough as much as 48.0% and quite good 52.0%. There is no difference in the mean value of communication between the two working areas of the Siko and Kalumata puskesmas. In addition, a more innovative communication approach is needed and that touches the community so that they can independently try to participate in controlling pulmonary tuberculosis either by adhering to treatment, or taking part in preventing an increase in new cases. Keywords: Tuberculosis (TB), communication2021-06-11T00:00:00+09:00Copyright (c) 2021 Muliana Mulianahttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/160PSIKOLOGIS PASIEN MULTI DRUG RESISTAN TUBERKULOSIS SELAMA PENGOBATAN DI PUSKESMAS SENTANI KOTA: STUDI FENOMENOLOGI2021-12-30T10:03:45+09:00Sulistiyani Sulistiyaniis.listi83@gmail.comLamria Situmeanglamriasitumeang1@gmail.comQoriah Nurqoriahnur80@gmail.comPasien TB-MDR yang sedang menajalani pengobatan akan mempunyai gangguan fisik dan psikologis. Pasien TB-MDR mengalami gejala yang tidak enak akibat dari side efek obat TB yang menyebabkan pasien merasa adanya tekanan psikis seperti merasa sedih, cemas hingga depresi. Kondisi psikologis memiliki peranan penting dalam meningkatkan keberhasilan minum obat lini 2. Adanya gangguan psikologis seperti depresi pada pasien TB-MDR yang juga merupakan masalah secara global perlu mendapatkan penanganan dan perawatan secara khusus. Penelitian yang berkaitan tentang TB-MDR banyak dilakukan secara kuantitaif, akan tetapi masalah psikologis bersifat subjektif, sehingga sangat penting untuk mengeksplorasi kondisi psikologis selama menjalani pengobatan. Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan desain fenomenologi desktiptif. Populasi penelitian ini adalah pasien TB-MDR yang menjalani pengobatan dengan jumlah partisipan enam orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan metode focus group discussion dengan menggunakan teknik wawancara indepth interview. Analisa data menggunakan teknik Colaizzi. Trustwhortiness dalam penelitian menggunakan 4 metode antara lain Credibility, Dependability, Confirmability, dan Tranferability. Hasil penelitian dari tujuan penelitian sebanyak dua tema yaitu: 1) Merasakan kondisi yang tidak enak ketika pertama minum yang terdiri dari dua kategori: seperti: a) Merasakan tekanan psikis dan fisik, b) Cemas dan takut menularkan penyakit, tema 2) Kendala finansial yang dirasakan selama menjalani pengobatan. Pasien TB-MDR memiliki masalah psikologis yang berkaitan dengan pengobatan maupun biaya. Peran perawat yang dapat dilakukan untuk pengembangan program pengobatan yang mempu meningkatkan status kecerdasan emosional pasien TB-MDR adalah dengan pemberian psikoedukasi, konseling maupun spiritual well-being sangat diperlukan.2021-07-02T00:00:00+09:00Copyright (c) 2021 Sulistiyani Sulistiyani, Lamria Situmeang, Qoriah Nurhttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/155DUKUNGAN KELUARGA DALAM KUNJUNGAN PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SENTANI, JAYAPURA2021-02-03T08:41:19+09:00Nurmah Rachmanrgumanti@gmail.comDian Irawati Rusmandiankaran8@gmail.comKematian ibu dapat dicegah dengan menerapkan antenatal care secara tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kunjungan antenatal care pada ibu hamil. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Sentani, Jayapura pada bulan Februari 2020. Populasi penelitian adalah ibu hamil yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sentani dengan jumlah sampel sebesar 111 orang yang dipilih menggunakan teknik simple random sampling. Pengambilan data menggunakan kuesioner dengan subjek penelitian adalah ibu hamil yang memenuhi kriteria inklusi. Analisis data uji chi square dengan tingkat kemaknaan α<0,05. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan dukungan penghargaan (p=0,037), ada hubungan dukungan emosional (p=0,029), ada hubungan dukungan psikologis (p=0,047) dengan kunjungan pemeriksaan antenatal care sedangkan dukungan informasional (p=0,313) dan dukungan instrumental (p=0,460) tidak berhubungan dengan kunjungan pemeriksaan antenatal care. Perlu dilakukan pendekatan secara budaya dan social kepada ibu hamil dan keluarga untuk memberikan kesadaran tentang pentingnya antenatal care bagi ibu hamil.2020-12-29T00:00:00+09:00Copyright (c) 2020 Nurmah Rachman, Dian Irawati Rusmanhttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/154PEMBATASAN SOSIAL DIPERLUAS DAN DIPERKETAT (PSDD) DALAM PENCEGAHAN PENULARAN COVID 19 DI KABUPATEN KEEROM, PAPUA: BAGAIMANA DAMPAKNYA TERHADAP BIDANG PENDIDIKAN DAN SOSIAL?2021-02-03T08:44:17+09:00Rosmin Mariati Tinggineherosmin_t@yahoo.co.idPeningkatan kasus covid 19 di Kabupaten Keerom menyebabkan pemerintah memberlakukan pembatasan social diperluas dan diperketat (PSDD) untuk memutus rantai penularan covid 19. Kondisi ini telah menekan berbagai sector termasuk pendidikan, sosial dan budaya, pertumbuhan ekonomi yang semakin meluas, termasuk di sektor pangan dan pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui dampak pemberlakuan pembatasan social diperluas dan diperketat pada kehidupan social masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain fenomenologi yang dilaksanakan di Kabupaten Keerom pada bulan Mei – Juli 2020. Pengumpulan data dilakukan melakukan wawancara mendalam, pengamatan dan telaah dokumen. Informan penelitian berjumlah 12 orang yang dipilih menggunakan prosedur purposive. Analisis data kualitatif dilakukan untuk mencari makna fenomena sejak pengambilan data di lapangan. Hasil penelitian menunjukan terjadi transformasi penyelenggaraan pendidikan, yaitu perubahan kegiatan belajar mengajar dari tatap muka menjadi pembelajaran secara daring. Siswa hanya mengikuti pembelajaran dengan memperhatikan layar gadget atau laptop yang digunakan sebagai media belajar. Terjadi kegagapan hubungan social yang diakibatkan oleh berkurangnya kebiasaan interaksi ketika bertemu seperti berjabat tangan. Hajatan yang melibatkan banyak orang tidak bisa dilakukan sehingga mengurangi pertemuan masyarakat. Perubahan protocol terjadi pada fasilitas kesehatan untuk mengurangi potensi penularan. Masyarakat telah menjadikan penggunaan masker dan menjaga2021-01-31T00:00:00+09:00Copyright (c) 2020 Rosmin Mariati Tingginehehttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/123HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BAYI DI DISTRIK WALELAGAMA KABUPATEN JAYAWIJAYA2021-02-03T08:41:19+09:00Suningsih Suabeysuningsihsuabey20@gmail.comAnak merupakan masa depan bangsa yang berhak atas pelayanan kesehatan secara individu. Anak memerlukan asupan gizi yang baik, kasih sayang, penanaman nilai agama dan budaya serta upaya pencegahan penyakit seperti pemberian imunisasi.Mengacu pada uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penilitian yang berkaitan dengan hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar bayi di Distrik Walelagama Kabupaten Jayawijaya. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan di Distrik Walelagama Kabupaten Jayawijaya pada bulan Maret sampai Juni 2019. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki bayi berumur > 10 bulan dan < 15 bulan yang berada di Distrik Walelagama sebanyak 99 orang. Perhitungan besar sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling. Hasil penelitian diperoleh sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan rendah (58,6%), sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan kurang (53,5%), dan sebagian besar responden tidak melakukan imunisasi dasar lengkappada bayinya (66%). Berdasarkan hasil analisis data dengan uji statistik chi-squere terlihat bahwa nilai signifikansi sig (2-tailed) 0,00<0,05 untuk tingkat pendidikan dan pengetahuan yang berarti ada hubungan yang cukup kuat antara hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar bayi di Distrik Walelagama Kabupaten Jayawijaya Tahun 2019.2020-12-29T00:00:00+09:00Copyright (c) 2020 Suningsih Suabeyhttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/121FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENULARAN TYPHOID ABDOMINALIS PADA PASIEN YANG BEROBAT DI KLINIK DOA BUNDA KABUPATEN JAYAPURA2020-09-01T17:23:24+09:00Ni Kadek Siska Wernita Putrikadeksiska2411@gmail.comMais Maikel Yaroseraymaisyaroseray@gmail.comRohmani Rohmanirohmanihamlan@gmail.comTyphoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B dan C. Penularan typhoid abdominalis dapat melalui fecal dan oral yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penularan typhoid abdominalis pada pasien yang berobat di Klinik Doa Bunda Kabupaten Jayapura. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan case control. Jumlah sampel penelitian sebanyak 48 responden yaitu 24 responden pasien kasus/sakit typhoid dan 24 responden pasien kontrol/tidak sakit typhoid yang diambil dengan teknik simple random sampling. Hasil penelitian uji chi square menunjukkan bahwa ada pengaruh food/makanan (p=0,000), finger/jari kuku (p=0,000), fly/lalat (p=0,000), feces/tinja (p=0,001) dan fomitus/muntahan (p=0,002) terhadap penularan typhoid abdominalis. Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa ada pengaruh food/makanan (p=0,010) dan finger/jari kuku (p=0,029) terhadap penularan typhoid abdominalis. Masyarakat hendaknya dapat menjaga pola hidup sehat agar terhindar dari typhoid abdominalis.2018-12-27T00:00:00+09:00Copyright (c) 2018 Ni Kadek Siska Wernita Putri, Mais Maikel Yaroseray, Rohmani Rohmanihttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/106BEDA TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS XI SMA YAPIS BIAK SEBELUM DAN SETELAH EDUKASI KOMPLIKASI PENYAKIT SOSIAL TERHADAP KEJADIAN HIV/AIDS DI BIAK NUMFOR2021-02-03T08:41:19+09:00La Jumulajumu.akper@gmail.comEdukasi komplikasi penyakit sosial terhadap kejadian HIV ADIS melalui siswa SMTA adalah merupakan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit sosial dan juga komplikasinya terhadap kejadaian HIV AIDS, agar generasi muda siswa SMTA mengetahui secara dini, cara pencegahan kedua penyakit tersebut karena kondisinya, telah meresahkan masyarakat dengan bentuk kejadian berupa kesakitan dan kematian, makin hari, makin tahun semakin bertambah dan menimpah seluruh lapisan masyarakat dari bayi balita sampai kakek nenek. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan sebelum dan setelah edukasi penyakit sosial terhadap kejadian HIV AIDS dengan, 36 responden., dianalisis berdasarkan tingkat pengetahuan dengan cara mengisi soal pretest dan post test. Penelitian menggunakan metode analitik kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, pengambilan sampel secara Propotive sampling pada populasi 50 siswa dan teknik penetapan responden secara acak , didapat 36 responden, dengan jenis uji statistik Wilcoxon. Nilai Wilcoxon Signed Ranks Test di Asymp Sig. (2-tailed) adalah (Z hitung P = 0,000) kurang dari (Z tabel P value < 0,05). Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (Z hitung P = 0,000) sebelum dan setelah edukasi komplikasi penyakit sosial terhadap kejadian HIV AIDS pada siswa SMTA, jadi saran edukasi komplikasi penyakit sosial dengan komplikasi HIV AIDS dapat dikembangkan terus dengan harapan remaja dapat mengetahui secara dini cara mencegah diri dari penyakit sosial dan komplikasinya terhadap HIV AIDS.2020-07-01T00:00:00+09:00Copyright (c) 2020 La Jumu https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/105PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI VERBAL PASIEN HALUSINASI DI RUMAH SAKIT JIWA ABEPURA2020-05-18T12:08:57+09:00Rohmani Rohmanirohmanihamlan@gmail.comNi Luh Nadya Lestariniluhgedenadyalestari@gmail.comKismiyati Kismiyatikisminugroho@yahoo.comHalusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghidungan Terapi aktivitas kelompok orientasi realita adalah terapi yang bertujuan membuat pasien mampu mengidentifikasi stimulus internal maupun eksternal. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh terapi aktivitas kelompok orientasi realita terhadap kemampuan komunikasi verbal pasien halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura. Sampel diambil dengan teknik pengambilan total sampling yaitu sebanyak 19 orang yang memenuhi kriteria inklusi.Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu one-group-pre-test-post-test design dan data dikumpulkan dari responden menggunakan lembar observasi.Hasil penelitian uji Wilcoxon pada TAK sesi 1-4 kemampuan verbal didapatkan nilai p pada TAK sesi 1,2,4, nilai p value = 0,000 < α = 0,05, dan sesi 3 kemampuan verbal nilai p value = 0,001 < α = 0,05. Pada TAK 1-4 kemampuan non verbal didapatkan nilai p value sesi 1,2,3 dan 4 = 0,000 < α 0,05. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa TAK sesi 1-4 mempunyai pengaruh terhadap kemampuan komunikasi verbal dan non verbal pada pasien halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura.2020-03-30T00:00:00+09:00Copyright (c) 2020 Rohmani Rohmani, Ni Luh Nadya Lestari, Kismiyati Kismiyati https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/104FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS WAENA2020-05-18T12:08:57+09:00Isak Jurun Hans Tukayotukayoisak123@gmail.comSri Hardyantisrihardyanti0510@gmail.comMeyske Stevelin Madesomeyskemadeso1986@gmail.comTuberkulosis adalah penyakit menular yang langsung disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosa). Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempenaruhi kepatuhan minum obat anti tuberkulosis pada pasien tuberkulosis paru di puskesmas Waena. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah semua penderita TB paru kategori dewasa di Puskesmas Waena dengan jumlah sampel sebesar 66 orang yang dipilih menggunakan teknik simple random sampling. Analisis data menggunakan uji chi square dengan tingkat kemaknaan α<0,05. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 48 orang (72,7%) responden patuh minum obat anti tuberculosis. Mayoritas responden berpengetahuan cukup yaitu 47 responden (71,2%), berdasarkan sikap penderita yang mempunyai sikap baik sebanyak 43 responden (65,2%). Berdasarkan efek samping OAT sebanyak 38 responden (57,6%) tidak ada efek samping OAT. Berdasarkan akses pelayanan kesehatan sebanyak 46 responden (69,7%) menjawab mudah diakses. Berdasarkan sikap petugas kesehatan 44 responden (66,7%) menjawab sikap petugas baik. berdasarkan kepatuhan sebanyak 48 responden (72,7%) patuh, dan sebanyak 18 (27,3%) tidak patuh. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara variabel independen dan dependen yang diteliti, diantaranya pengetahuan (p= 0,043), sikap penderita TB paru (p= 0,014), efek samping OAT (p= 0,007), akses pelayanan kesehatan (p= 0,002), sikap petugas kesehatan (p= 0,04), dukungan keluarga (p= 0,014). Peningkatan pengetahuan tentang pengobatan TB dan efek samping yang ditimbulkan perlu dilakukan untuk menjaga kesinambungan pengobatan TB.2020-03-31T00:00:00+09:00Copyright (c) 2020 Isak Jurun Hans Tukayo, Sri Hardyanti, Meyske Stevelin Madeso https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/99HUBUNGAN FREKUENSI, LAMA DAN TINGKAT KETERIKATAN GAME ONLINE DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA SISWA KELAS XI DI SMK NEGERI 3 JAYAPURA2020-05-18T12:08:57+09:00Blestina Maryorita081340998239bless@gmail.comTheresia Sirkentheresiasirken40@gmail.comAgussalim Agussalimsalim170878@gmail.comKecanduan game online di kalangan remaja menjadi salah satu permasalahan yang dialami remaja. Perilaku agresif di kalangan remaja khususnya pelajar sekolah menengah atas dari tahun ke tahun semakin meningkat baik dari jumlahnya maupun bentuk perilaku agresif yang dimunculkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan frekuensi, lama dan tingkat keterikatan game online dengan perilaku agresif pada siswa kelas XI di SMK Negeri 3 Jayapura. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas XI di SMK Negeri 3 Jayapura dengan menggunakan teknik simple random sampling. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional. Data diolah secara univariat dan bivariat menggunakan uji logistic. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 222 responden rata-rata frekuensi bermain game online 3 kali sehari, rata-rata lama bermain game online 7,34 jam sehari dan tingkat keterikatan game online tinggi 47,3% dan kategori sedang 52,7% serta yang berperilaku agresif sebanyak 68,5%. Korelasi antara frekuensi dengan perilaku agresif menunjukan ada hubungan (p = 0,001<0,05), lama bermain game online dengan perilaku agresif menunjukan ada hubungan yang signifikan (p = 0,000<0,05) (OR = 1,270) dan tingkat keterikatan game online dengan perilaku menunjukan hubungan yang signifikan (p = 0,000<0,05). Orang tua hendaknya mengontrol aktivitas anak agar tidak menghabiskan waktu pada kegiatan yang memberikan pengaruh yang kurang baik seperti bermain game online.2020-03-30T00:00:00+09:00Copyright (c) 2020 Blestina Maryorita, Theresia Sirken, Agussalim Agussalimhttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/97HUBUNGAN SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT MASYARAKAT KAMPUNG ANELAK DISTRIK SIEPKOSI KABUPATEN JAYAWIJAYA2020-05-18T12:30:16+09:00Suningsih Suabeysuningsihsuabey20@gmail.comMasyarakat kampong Anelak sebagian besar tinggal di honai dan rumah non permanen dengan kondisi ruangan tidak memiliki ventilasi sebagai pertukaran udara, keadaan lantai rumah dan dinding yang tidak baik serta kotor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sanitasi fisik rumah dengan kejadian ISPA. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan di Kampung Anelak Distrik Siepkosi Kabupaten Jayawijaya pada bulan Februari 2018. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kampung Anelak Distrik Siepkosi Kabupaten Jayawijaya yang berjumlah sebanyak 173 orang. Perhitungan besar sampel dilakukan dengan cara metode exhaustive sampling. Hasil penelitian penelitian menunjukan sanitasi fisik rumah sebagian besar responden memiliki ventilasi rumah tidak baik (69,7%), sebagian besar responden memiliki dinding rumah yang tidak baik (63,6%), dan sebagian responden memiliki lantai rumah tidak baik (75,8%). Hasil analisis data dengan uji chi-squere menunjukan nilai p=0,000 < 0,05, yang berarti ada hubungan yang cukup kuat antara sanitasi fisik rumah (ventilasi, dinding, lantai rumah) dengan kejadian infeksi saluran pernaasan akut pada masyarakat kampung Anelak Distrik Siepkosi, Kabupaten Jayawijaya.2020-03-26T00:00:00+09:00Copyright (c) 2020 Suningsih Suabeyhttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/96PERSEPSI PERAWAT TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAYANAN KESEHATAN NEONATAL DI PEDALAMAN PAPUA2020-05-18T12:08:57+09:00Hotnida Erlin Situmoranghappyerlin29@gmail.comPenelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan neonatal di pedalaman Papua melalui pengalaman dan persepsi perawat-perawat yang bertugas di daerah-daerah di Papua. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif deskriptif dengan tujuan untuk mengkaji pengalaman dan persepsi perawat-perawat kesehatan tentang faktor-faktor yang berhungan dengan pelayanan kesehatan pada neonatal di Papua. Informan dalam penelitian ini merupakan 6 perawat yang bekerja di berbagai daerah di pedalaman Papua dan di tentukan secara purposif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode interview kemudian data penelitian ini ditranskrip dan dianalisis dengan menggunakan tematik analisis. Penelitian ini mengidentifikasi lima tema yang muncul dari informasi yang diperoleh dari partisipan yaitu, hambatan geografis, faktor sosial budaya, faktor ekonomi atau kemiskinan, faktor keamanan kerja, dan kurangnya fasilitas dan petugas kesehatan. Kerja sama lintas sektoral antara pemerintah nasional, provinsi, kabupaten, dan daerah dalam menyediakan infrastruktur, pendekatan pelayanan kesehatan dengan mengadopsi budaya lokal, pemberian bantuan dana untuk mengakses pusat kesehatan, distribusi tenaga dan fasilitas kesehatan yang memadai serta memastikan keamanan petugas kesehatan sangat penting untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bayi dan ibu agar angka kematian bayi dapat di turunkan secara signifikan. Perlunya manajemen layanan kesehatan bekerja bersama dengan anggota masyarakat seperti pemimpin suku setempat, dukun dan keluarga di perencanaan kesehatan, untuk menciptakan pelayanan perawatan kesehatan khususnya ibu dan neonatal yang dapat diakses dan sesuai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, peningkatan infrastruktur jalan dan transportasi, fasilitas listrik dan air bersih dan pembangunan pusat kesehatan masyarakat di setiap desa di pedalaman.2020-03-20T00:00:00+09:00Copyright (c) 2020 Hotnida Erlin Situmoranghttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/95FAKTOR PERILAKU IBU HAMIL UNTUK TES HIV DI PUSKESMAS KOTARAJA KOTA JAYAPURA2020-05-18T12:08:57+09:00Suryati Romauliromaulisuryati@gmail.comYunike Mikyela Waroiyunikewaroy1976@gmail.comJumlah penderita HIV semakin tinggi salah satu disebabkan resiko penularan HIV pada anak dari ibu yang menderita HIV. Pencegahan dilakukan dengan kesediaan ibu hamil untuk test HIV, agar resiko penularan pada janin dapat dicegah, dibutuhkan perilaku ibu hamil untuk test HIV. Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor-faktor perilaku ibu hamil untuk tes HIV di Puskesmas Kotaraja Kota Jayapura. Jenis penelitian ini adalah deskrpitif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah kunjungan K1 ibu hamil pada bulan Januari sampai Maret 2019 sebanyak 195 orang. Sampel adalah sebagian ibu hamil kunjungan K1 yang ada di Puskesmas Kotaraja sebanyak 66 orang. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Analisa data dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Hasil penelitian diperoleh bahwa karakteristik ibu hamil di Puskesmas Kotaraja sebagian besar (81,8%) berumur 20-35 tahun, sebagian besar (65,2%) berpendidikan menengah, sebagian besar (80,3%) tidak bekerja dan sebagian besar (63,6%) multipara. Pengetahun ibu hamil untuk tes HIV sebagian besar (65,2%) memiliki pengetahuan cukup. Sikap ibu hamil untuk tes HIV sebagian besar (62,1%) memiliki sikap positif, Tindakan ibu hamil untuk tes HIV sebagian besar (53%) memiliki tindakan yang cukup. Ibu hamil di Puskesmas Kotaraja sebagian besar (59,1%) bersedia untuk tes HIV. Ditemukan perilaku ibu hamil yang bersedia untuk tes HIV disebabkan pengetahuan yang baik, sikap positif dan tindakan yang baik. Kesediaan ibu hamil untuk test HIV dipengaruhi oleh sikap dan tindakan ibu hamil, sehingga disarankan lebih meningkatkan penyuluhan pada wanita sebelum perencanaan kehamilan serta kesediaan ibu hamil untuk test HIV.2020-03-20T00:00:00+09:00Copyright (c) 2020 https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/94FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT PENDERITA TB PARU DI WILAYAH PUSKESMAS KOTA YAPEN SERUI2020-05-18T12:08:57+09:00Lamria Situmeangsitumeanglamria1@gmail.comSulistiyani Sulistiyaniis.listi83@gmail.comTheresia Febriana Christi Tyas Utamifebriana.christi2015@gmail.comSituasi tuberkulosis di Indonesia tergolong telah menjadi darurat kesehatan masyarakat global dan Indonesia sudah berkomitmen untuk mengakhiri Tuberkulosis. Penelitian ini untuk melihat hubungan tingkat pendidikan penderita, pengetahuan penderita, sikap petugas, Pengawas Minum Obat (PMO), dan dukungan keluarga dengan kepatuhan berobat penderita TB Paru. Penelitian ini menggunakan metode analitik cross sectional. Pengambilan data menggunakan kuisioner dengan subjek penelitian adalah TB paru yang memenuhi kriteria inklusi. Ada hubungan antara peran pengawas minum obat dengan tingkat kepatuhan pasien TB Paru dengan nilai uji chi square didapatkan bahwa nilai P value 0,012 > 0,005 dengan nilai hitung didapatkan 6,254 < 79,08 dengan nilai estimasi resiko atau OR 5,500 pada (95% CI: 1,320-22,920), dan tidak ada hubungan antara dukungan keluarga (P value 0,765 > 0,05), sikap (P value 0,765 > 0,05), dan pengetahuan (P value 0,077 > 0,005) dengan tingkat kepatuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara peran pengawas minum obat (PMO) dengan tingkat kepatuhan pasien TB Paru, dan tidak ada hubungan antara dukungan keluarga, sikap, dan pengetahuan dengan tingkat kepatuhan pasien TB di Puskesmas Kota Serui Kepulauan Yapen. Diharapkan dengan meningkatkan kepatuhan melalui pemberian pemahaman dan pengetahuan tentang TB pada pasien, hal ini dapat memperbaiki persepsi masyarakat tentang penyakit TB yang juga dapat memperkuat faktor utama seperti kondisi psikologis penderita, sehingga dapat mendukung penyelesaian program pengobatan.2020-03-20T00:00:00+09:00Copyright (c) 2020 https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/82HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG HIV/AIDS DENGAN KEPATUHAN MELAKUKAN VCT DI PUSKESMAS ABEPURA2020-01-02T07:12:37+09:00Flora Niuniuflora@yahoo.co.idSisilia Nona Susanti Lewuksisilialewuk@gmail.comFachry Amalfachry2380@gmail.comWHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali di akui pada tanggal 5 juni 1981 AIDS diklaim telah menyebabkan kematian di Afrika Sub-Sahara, sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa lebih dari 570 juta jiwa di antaranya adalah Ibu hamil dan Anak-anak lebih dari 64% orang yang dengan HIV di Afrika Sub-Sahara lebih tiga per empat (76%) dari semua wanita hidup dengan HIV Indonesia menjadi peringkat ke 20 dengan tingkatan HIV tertinggi, jumlah penduduk Indonesia yang populasinya mencapai 237 juta jiwa (74,7%)di antaranya terinfeksi pada Ibu hamil dan anak-anak. HIV/AIDS di Papua, bukan tidak beralasan hal ini karenakan dari waktu ke waktu angka kasus ini menunjukan peningkatan yang signifikan. Jumlah Provinsi Papua yang hanya 3.207.444 juta jiwa, HIV/AIDS di provinsi Papua yang secara populasi umum menyerang ibu hamil dan bayi dengan jumlah adalah 150 orang bayi (1,87%) dan 321ibu hamil (4,01%) yang terinfeksi. Jenis penelitian menggunakan kuantitatif dengan pendekatan cross sectional study. Populasi sebanyak 655 ibu hamil dan sampel sebanyak 86 ibu hamil. Pengambilan sampel menggunakan data primer. Instrument penelitian data menggunakan kuesioner. Upaya pencegahan dan penularan yang dapat menurunkan risiko penularan dari ibu hamil kebayinya menjadi di bawah 25-40%. Salah satu upaya pencegahan ini menggunakan metode VCT. Kegiatan Pelayanan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak /Prevention of Mother to Child HIV Transmision/PMTC, merupakan bagian dari pelayanan perawatan dukungan dan pengobatan/CST. Hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan dalam melakukan pemeriksaan VCT p = 1,488, tidak ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan dalam melakukan pemeriksaan VCT p = 1,818. Kesimpulan penelitian adalah tidak terdapat hubungan pengetahuan ibu hamil terhadap pemeriksaan VCT dan tidak terdapat sikap ibu hamil terhadap pemeriksaan VCT. Kata Kunci : Pengetahuan, sikap Pemeriksaan VCT.2019-12-31T00:00:00+09:00Copyright (c) 2019 Flora Niu, Sisilia Nona Susanti Lewuk, Fachry Amal https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/69HUBUNGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK DI RUANG KANAK-KANAK RSUD ABEPURA2019-12-31T14:07:58+09:00Qoriah Nurqoriahnur24@gmail.comSiswani Siswanisiswanipink@gmail.comDiare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatannya volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari tiga kali sehari. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui sejauh mana hubungan perilaku mencuci tangan dengan kejadian diare di ruang kanak-kanak RSUD Abepura. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional deskrptif analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu untuk mengetahui hubungan antara dua variabel dengan menggunakan uji stastistik Chi square dengan tingkat kemaknaan = 0,05. Sampel penelitian ini adalah responden yang sedang menjalani perawatan di ruang kanak-kanak di RSUD. Hasil penelitian menunjukkan responden yang mendapatkan sumber informasi mencuci tagan dari guru sebanyak 8 responden atau sekitar 26,7 % dan responden yang mendapatkan informasi cuci tangan melalui keluarga sebanyak 22 responden atau sekitar 73,3 %. responden yang memiliki prilaku baik dalam mencuci tangan sekitar 23 responden atau 76,7 % sedangkan responden yang memiliki perilaku cuci tangan kurang sekitar 7 responden atau sekitar 23,3 %. Uji analisa didapatkan hasil nilai p=0,007 dimana lebih kecil dari nilai ï¡<0,05 , maka terdapat hubungan yang signifikan. Simpulan dalam penelitian ini responden memiliki perilaku yang baik dalam mencuci tangan dan memiliki pengetahuan yang baik.2019-08-31T00:00:00+09:00Copyright (c) 2019 Qoriah Nur, Siswani Siswani https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/68HUBUNGAN PENGETAHUAN, DUKUNGAN KELUARGA DAN PERSEPSI KEPALA KELUARGA TENTANG MALARIA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NIMBOKRANG2019-12-31T14:07:58+09:00Muhamad Sahiddinmsahiddin@gmail.comSofitje J Gentindatusofitjegentindatu66@gmail.comMalaria adalah salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan dunia. Provinsi Papua menjadi salah satu daerah endemis malaria sehingga perlu mengedepankan perilaku pencegahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, dukungan kelurga dan persepsi kepala keluarga tentang malaria dengan perilaku pencegahan malaria di wilayah kerja Puskesmas Nimbokrang. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Nimbokrang pada 28 Maret – 13 Juni 2019. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan menggunakan desain cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 89 orang yang dipilih dengan menggunakan teknik simple random sampling. Analisa data dilakukan dengan analisis bivariat dan multivariat yaitu uji chi square dan regresi logistik dengan tingkat signifikasi nilai p < 0,05. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan (p = 0,004), dukungan keluarga (p = 0,007) dan persepsi (p = 0,009) berhubungan dengan perilaku pencegahan malaria. Pengetahuan (OR = 3,179; 95% CI: 1,249 – 8,094) dan dukungan keluarga (OR=2,810; 95% CI: 1,033 – 7,644) merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap perilaku pencegahan malaria. Masyarakat perlu diberikan informasi dan pengetahuan tentang cara pencegahan malaria yang efektif.2019-08-29T00:00:00+09:00Copyright (c) 2019 Muhamad Sahiddin, Sofitje J Gentindatuhttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/67PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM PENGOBATAN MASAL FILARIASIS DI WILAYAH PUSKESMAS KOTA JAYAPURA2019-12-31T14:07:58+09:00Korinus Suwenigunkozas@gmail.comDemianus Tafordemianustafor1974@gmail.comSulistiyani Sulistiyaniis.listi83@gmail.comPenyakit kaki gajah (filariasis) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Pemerintah Propinsi Papua telah melakukan upaya untuk mengeliminasi filariasis melalui pencanangan program pengobatan massal selama 5 tahun dimulai tahun 2015 sampai tahun 2020 setiap bulan Oktober. Pelaksanaan program pengobatan massal telah dilakukan selama 2 tahun, untuk itu perlu dikaji persepsi dan perilaku masyarakat tentang program pengobatan massal tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi gambaran persepsi dan perilaku masyarakat Kota Jayapura tentang program pengobatan massal yang telah dan akan dilakukan. Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif eksploratif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam (in-depth interview). Hasil wawancara dibuat dalam transkrip, dianalisis secara content analysis dan disajikan secara naratif. Persepsi informan terhadap program pengobatan massal filariasis bervariasi ada yang positif, hal ini dipengaruhi oleh pemahaman program dengan baik sehingga ada motivasi keterlibatan aktif, sedangkan ada juga yang negatif, dikarenakan tingkat pemahaman program pengobatan massal yang kurang, sehingga timbul keraguan dan ketakutan terhadap program tersebut. Sama halnya dengan perilaku informan terhadap program pengobatan massal filariasis, ada yang positif karena memiliki pemahaman yang baik maka informan tersebut berperilaku positif dan berperan aktif dalam program pengobatan, sedangkan informan yang berperilaku negatif disebabkan karena memiliki pemahaman yang kurang, sehingga berpengaruh terhadap tindakannya untuk tidak minum obat anti filariasis.2019-08-23T00:00:00+09:00Copyright (c) 2019 Korinus Suweni, Demianus Tafor, Sulistiyani Sulistiyanihttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/63POLA HIDUP PASIEN HIPERTENSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WAMENA, JAYAWIJAYA2020-09-01T17:29:15+09:00Yoel Halitopoyoelhalitopowamena@gmail.comPasien Hipertensi yang menerapkan perilaku gaya hidup sehat dan perawatan diri yang baik dapat menurunkan tekanan darah dan mengurangi risiko kejadian dini penyakit kardiovaskuler. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dengan pola hidup sehat di Rumah Sakit Umum Daerah Wamena Kabupaten Jayawijaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain studi kasus survey. Penelitian dilakukan di Polik Penyakit Dalam RSUD Wamena pada bulan April – Mei 2018. Sampel penelitian berjumlah 90 orang yang dipilih menggunakan teknik accidental random sampling. Hasil penelitian menunjukkan 58,3% responden tidak patuh melakukan kontrol darah. Hanya 44% responden yang patuh mengatur pola makan. Responden yang memiliki kebiasaan merokok sebanyak 65,9% dan tidak melakukan aktivitas olahraga sebanyak 76,7%. Sebanyak 75,8% pasien tidak patuh melakukan pengendalian stres. Ketidakpatuhan pasien untuk melakukan pola hidup sehat disebabkan oleh pasien lebih memilih pengobatan di faslitas kesehatan dibandingkan dengan upaya pencegahan. Konseling dan penyuluhan perlu dilakukan untuk memperbaiki pola hidup pasien hipertensi.2019-08-15T00:00:00+09:00Copyright (c) 2019 Yoel Halitopohttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/59PERAN KEPEMIMPINAN ONDOAFI DALAM MENDUKUNG PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN DI DISTRIK SENTANI BARAT KABUPATEN JAYAPURA2019-04-24T07:27:29+09:00Frengki Apayfrengkiapay@gmail.comDemianus Taforfrengkiapay@gmail.comMais Maikel Yaroseraimaisyaroseray@gmail.comPeran serta tokoh adat dalam hal ini ondoafi dan seluruh masyarakat dalam capaian program pelayanan kesehatan, terutama membantu petugas puskesmas dalam mensosialisasikan dan penyuluhan program pelayanan kesehatan. penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan manfaat peran serta ondoafi membantu petugas kesehatan dalam sosialisasi dan penyuluhan pelayanan kesehatan. jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. infirman penelitian ini berjumlah 15 orang yang dipilih secara purposive yang merupakan tokoh ondoavi tokoh kampung, kepala distrik, petugas kesehtah puskesmas. Metode pengumpulan data dilakukam melalui dua cara yaitu observasi dan wawancara mendalam (in-depth interview). Pemberian informasi tentang peran serta ondoafi dalam mendukung program pelayanan kesehatan. ketika ondoafi terlibat bersama petugas dalam pelayanan kesehatan berkaitan dengan penyuluhan pengobatan masal apakah dapat membantu mengerakan masyakat untuk memperhatikan, betapa pentingnya kesehtan bagi kehidupan masyarakat. dan ondoafi dlam mengunakan kekuasaannya untuk mengajak masyarakat secara keseluruhan dan terjadi perubahan peninbgkatan derajat kesehatan masyarakat.2019-04-23T00:00:00+09:00Copyright (c) 2019 Frengki Apay, Demianus Tafor, Mais Maikel Yaroserai https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/57PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN CLINICAL INSTRUCTURE SEBELUM DAN SETELAH PELATIHAN BEDSIDE TEACHING2019-04-24T07:28:06+09:00Ardhanari Hendra Kusumaardhanarikusuma79@gmail.comYohanis F Tipawaelyohanistupawael@yahoo.comPembelajaran klinik merupakan suatu proses pembelajaran berbasis pengalaman yang bertujuan untuk pengusaan keterampilan klinik dan kemampuan berkomunikasi peserta didik, sehingga dibutuhkan suatu metode yang tepat demi tercapainya tujuan pembelajaran. Pada pelaksanaan metode Bedside Teaching dirasakan mulai menurun, Sehingga untuk meningkatkan kualitas bimbingan klinik dibutuhkan pelatihan metode bimbingan klinik Bedside Teaching pada CI (Clinical Instructure). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan pelatihan Bedside Teaching terhadap pengetahuan dan keterampilan CI (Clinical Instructure) Keperawatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif Pre-Experiment (Pre-Post Test design). Peneliti memberikan pelatihan metode bedside teaching dan pada clinical instructure. Subyek penelitian terdiri dari 30 CI. Pengumpulan data dilakukan sebelum dan setelah pelatihan menggunakan quesioner pengetahuan dan ceklis keterampilan CI. Skor pengetahuan 30 CI sebelum mengikuti pelatihan metode bedside teaching diperoleh nilai rerata 5.20 dan SD 1.349, setelah mengikuti pelatihan nilai rerata pengetahuan CI diperoleh 9.57 dan SD 0.971 dengan nilai p 0,000. Skor keterampilan CI setelah mengikuti pelatihan diperoleh nilai rerata keterampilan CI sebesar 9.80 dan SD 0.551. Pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan CI (Clinical Instructure) dalam melakukan proses bimbingan klinik bedside teaching.2019-04-23T00:00:00+09:00Copyright (c) 2019 Ardhanari Hendra Kusuma, Yohanis F Tipawaelhttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/54ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA/ SISWI SMP NEGERI I WARSA TENTANG BAHAYA MEROKOK2019-04-24T07:27:29+09:00Sophian Aswarsophian.aswar@gmail.comSapta Erna Pamungkaspamungkasbiak54@gmail.comAbstrak Pendahuluan : Rokok memiliki dampak yang dapat membahayakan kesehatan tubuh kita, karena terdapat kandungan zat kimia yang berbahaya didalam rokok yang banyak di komsumsi dikalangan remaja khusus usia SMP, tujuan: Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap siswa siswi SMP Negeri I Warsa tentang bahaya merokok, metode: Penelitian ini adalah penelitian deskriftif dengan rancangan yang digunakan adalah observasional, hasil : Dari variabel tingkat pengetahuan bahaya rokok dari 71 responden yang tertinggi pada kelompok yang tingkat pengetahuan rendah tentang bahaya rokok sebanyak 56 responden (78,9%), Variabel dari 71 responden tertinggi pada kelompok sikap positif terhadap bahaya rokok sebanyak 59 responden (83,1%)2019-04-08T00:00:00+09:00Copyright (c) 2019 https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/53DETERMINAN KEJADIAN PENDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD KABUPATEN BIAK NUMFOR2019-04-24T07:27:29+09:00Sophian Aswarsophian.aswar@gmail.comSapta Erna Pamungkaspamungkasbiak54@gmail.comNurul Ulfianinurul.ulfiani@ymail.comPendahuluan : Perdarahan postpartum meningkatkan kemungkinan kematian di rumah sakit dan menyebabkan 19% dari kematian ibu di rumah sakit (Polly.et.al. 2009). Penyebab langsung kematian ibu terkait kehamilan dan persalinan terutama adalah perdarahan 28% (Depkes. RI, 2008), tujuan: Mengetahui berapa besar faktor risiko yang mempengaruhi kejadian pendarahan postpartum di RSUD Kabupaten Biak Numfor, metode: penelitian bersifat observasional analitik dengan desain case control study, hasil : berdasarkan analisis Regresi Logistik Berganda variabel paritas ibu merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian pendarahan post partum dengan nilai Wald sebesar 8,942 dan signifikansi sebesar 0,00, dengan demikian paritas merupakan faktor risiko kejadian pendarahan postpartum, Kesimpulan: Umur < 20 tahun atau > 35 tahun memiliki risiko untuk mengalami perdarahan post partum 3,1 kali lebih besar daripada ibu yang berumur 20 – 35 tahun, Paritas ≤ 1 dan paritas > 3 memiliki risiko 6,1 kali lebih besar untuk mengalami perdarahan post partum dibandingkan dengan paritas 2 – 3, Riwayat persalinan tidak normal memiliki risiko untuk mengalami perdarahan postpartum 3,1 kali lebih besar bila dibandingkan dengan ibu yang riwayat persalinan baik, Partus lama (persalinan ≥ 18 jam) memiliki risiko untuk mengalami perdarahan post partum 3,5 kali lebih besar daripada ibu dengan partus normal (≤ 18 jam ) Ibu dengan anemia memiliki risiko untuk mengalami perdarahan postpartum 2,9 kali lebih besar daripada ibu dengan tidak anemia (≤18 jam) namun tidak signifikan karena nilai P = 0.092, Hasil uji multivariat menunjukkan bahwa variabel paritas merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian perdarahan postpartum dengan nilai Wald sebesar 8.942.2019-04-08T00:00:00+09:00Copyright (c) 2019 Sophian Aswar, Sapta Erna Pamungkas, Nurul Ulfiani https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/40PERBEDAAN HASIL SKOR TRY OUT UJI KOMPETENSI ANTARA MAHASISWA YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DAN TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR PADA MAHASISWA D-IV KEPERAWATAN POLTEKKES JAYAPURA2019-04-24T07:27:29+09:00Kismiyati Kismiyatikisminugroho@gmail.comBimbingan belajar dilakukan dalam upaya meningkatkan kelulusan ujian kompetensi lulusan perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bimbingan belajar terhadap skor nilai try out uji kompetensi pada mahasiswa Prodi D-IV Keperawatan Poltekkes Jayapura. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan pendekatan one group posttest only. Jumlah sampel sebesar 72 mahasiswa yang dibagi dalam 2 (dua) kelompok, yaitu kelompok perlakuan (menerima bimbingan) dan kelompok kontrol (tidak menerima bimbingan). Analisis data dengan uji t tidak berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan rata - rata skor total nilai try out uji kompetensi antara kelompok kontrol (rata-rata=40.5388) dan kelompok perlakuan (rata-rata=45.5410) dengan nilai signifikansi p=0,028. Dilihat pada masing – masing materi bimbingan, ada perbedaan signifikansi antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan pada keperawatan medikal bedah (p=0,003) dan maternitas (p=0,012). Pemberian bimbingan dapat terus dilakukan dengan memperbanyak variasi soal dan meningkatkan motivasi mahasiswa untuk mengikuti bimbingan.2019-03-04T00:00:00+09:00Copyright (c) 2019 Kismiyati Kismiyati https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/38BUDAYA SUKU DANI DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KABUPATEN JAYAWIJAYA PROVINSI PAPUA (STUDI KASUS)2020-09-01T17:13:17+09:00Saparaddin Latudemianustafor1974@gmail.comPenelitian ini bertujuan untuk menggali dan menemukan Budaya Suku Dani dalam mengimplementasikan program Keluarga Berencana dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di Kabupaten Jayawijaya Provinsi Papua. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif (Rapid Etnografi Assesment) dengan jumlah informan sebanyak enam belas orang (16). Pemilihan informan dengan cara snowball sampling, pengumpulan data dengan menggunakan metode wawancara mendalam (In-depth Interview), observasi, telaah dokumen, Focus Group Discussion (FGD), Analisis data dengan menggunakan model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga berencana dalam budaya Suku Dani yang telah dilaksanakan dan diaktualisasikan dalam kehidupan keseharian mereka dari turun temurun antara lain: kepercayaan dalam prinsip hidup; perkawinan menurut hukum adat (Inyagugi apik), nilai relasi (Nege), nilai membagi, nilai kesetiaan, nilai kerja (Yabu). Prinsip teguh dan patuh terhadap perintah adat telah dilaksanakan secara turun-temurun dengan sistem pemerintahan adat (Klen). Wesakun memimpin upacara-upacara adat keagamaan dengan menggunakan benda-benda keramat. Hukum adat yang dipraktekkan secara efektif memiliki hubungan langsung atau tidak langsung melalui prilaku pengambilan keputusan. Pandangan nilai anak dan jenis kelamin terhadap variabel antara yaitu usia pernikahan pertama dan pemilihan pasangan pada Masyarakat Suku Dani. Keterlibatan pemerintah dan lintas sektor dalam pengembangan peran serta masyarakat melakukan program dan komunikasi yang efektif tentang KB dan kependudukan merupakan salah satu pendekatan yang dapat dikembangkan untuk mengatasi permasalahan pengaturan kelahiran dan kualitas SDM demi peningkatan kualitas hidup Masyarakat Suku Dani.2018-12-31T00:00:00+09:00Copyright (c) 2018 Saparaddin Latuhttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/37HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK RETARDASI MENTAL USIA 10-14 TAHUN DALAM MELAKUKAN PERAWATAN DIRI DI SLB NEGERI BAGIAN B JAYAPURA2020-09-01T17:13:17+09:00Ester Rumasebrumaseb_dok2@yahoo.comSri Mulyanimanemy_aby@yahoo.co.idNasrah Nasrahmanemy_aby@yahoo.co.idAnak dengan retardasi mental memiliki kemampuan yang dapat dioptimalkan dan dikembangkan selayaknya anak-anak normal pada umumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian anak retardasi mental usia 10-14 tahun dalam melakukan perawatan diri di SLB Negeri Bagian B Jayapura. Metode penelitian ini menggunakan desain korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah orang tua yang mempunyai anak retardasi mental usia 10-14 tahun di SLB Negeri Bagian B Jayapura sebanyak 32 responden. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan uji chisquare diperoleh nilai p value < α (0,000 < 0,05), maka Ha diterima yang artinya ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian anak retardasi mental usia 10-14 tahun dalm melakukan perawatan diri di SLB Negeri Bagian B Jayapura. Terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian anak retardasi mental usia 10-14 tahun dalam melakukan perawatan diri di SLB Negeri Bagian B Jayapura. Setiap anak retardasi mental memerlukan pola asuh yang baik agar mereka mampu melakukan perawatan diri secara mandiri.2018-12-31T00:00:00+09:00Copyright (c) 2018 Ester Rumaseb, Sri Mulyani, Nasrah Nasrah https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/36PEMANFAATAN PROGRAM PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE BAYI OLEH IBU HAMIL DI RSUD JAYAPURA2020-09-01T17:13:17+09:00Suriyani Suriyanimanemy_aby@yahoo.co.idSofietje J. Gentindatumanemy_aby@yahoo.co.idNouvy Helda Warouwmanemy_aby@yahoo.co.idPrevention of Mother to Child HIV Transmission (PMTCT) adalah suatu program pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi yang dilaksanakan dalamupaya untuk menurunkan angka resiko penularan HIV dari ibu ke bayi, dengan melakukan intervensi terhadap ibu hamil. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pemanfaatan program pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi/PMTCT oleh ibu hamil di RSUD Jayapura. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analisis dengan data yang besar kualitatif dengan rancangan studi kasus. Informan penelitian berjumlah 11 orang yang dipilih secara purposive yaitu petugas yang terlibat dalam program PMTCT yang terdiri dari dokter, perawat, manajer kasus, konselor, bidan dan tenaga laboratorium. Metode pengumpulan data dilakukan melalui dua cara yaitu observasi dan wawancara mendalam (in-depth interview). Pemberian informasi tentang HIV dan PMTCT tidak diberikan kepada semua ibu hamil pada saat ANC oleh petugas ANC, padahal lewat ANC bisa menjadi awal pintu masuk upaya PMTCT, sehingga pemberian informasi tersebut tidak harus menunggu keberadaan konselor. Pemanfaatan layanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh beberapa dimensi seperti ketersediaan dimana istilahnya akses layanan kesehatan sudah secara tepat berada di tempat dan waktu yang tepat, dimensi kemampuan yang merujuk ke masalah akses keuangan yakni tentang biaya layanan kesehatan dan kemampuan individu untuk membayar bagaimana layanan kesehatan dapat di jangkau pengguna layanan dari sisi harga.2018-12-31T00:00:00+09:00Copyright (c) 2018 Suriyani Suriyani, Sofietje J. Gentindatu, Nouvy Helda Warouwhttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/28IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PROGRAM TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYEBARAN HIV/AIDS PADA KELOMPOK RISIKO DI KABUPATEN MIMIKA PAPUA2020-09-01T17:13:17+09:00Adolfina Tandilanganadolfinatandilangan80@gmail.comMarselius Fatiemarseliusfatie@gmail.comKurangnya cakupan program intervensi pengendalian HIV dan AIDS di Kota Mimika disebabkan aspek perencanaan yang tidak maksimal, kurangnya dana dan adanya kendala-kendala sarana dan prasarana serta kondisi geografis. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan intervensi perubahan perilaku ODHA di puskesmas Timika dan Puskesmas Timika Jaya dan hubungan pengendalian program dengan implementasi pelaksanaan perubahan perilaku (IPP) pencegahan penyakit HIV-AIDS pada kelompok risiko. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Sampel sebanyak 52 orang yang diperoleh melalui teknik purposive sampling. Data dianalisis menggunakan uji statistik mann whitney untuk meliihat perbedaan, uji chi square untuk melihat hubungan antara variabel independen dan dependen, dan uji regresi logistik untuk menentukan pemodelan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pada uji mann whitney diperoleh p=0,313. Hal itu berarti, tidak ada perbedaan intervensi perubahan perilaku responden di puskesmas Timika dan Timika Jaya; (2) ada hubungan perencanaan, biaya, waktu, dan sosial budaya terhadap pelaksanaan IPP; (3) tidak ada hubungan spesifikasi dan ekonomi terhadap pelaksanaan IPP; dan (4) pelaksanaan IPP akan berjalan dengan baik apabila memiliki waktu yang baik dan efektif sebesar satu kati dibandingkan dengan pelaksanaan IPP yang buruk setelah dikontrol oleh perencanaan dan sosial budaya.2018-12-29T00:00:00+09:00Copyright (c) 2018 Adolfina Tandilangan, Marselius Fatiehttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/18GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PERAN ADVOKAT BAGI PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM ABEPURA2018-12-29T14:54:38+09:00Zeth Roberth Fellezethfelle@gmail.comPeran perawat sebagai advokat klien menuntut perawat untuk dapat mengidentifikasi dan mengetahui nilai-nilai tentang peran advokat, hak-hak klien, perilaku professional, dan hubungan klien-keluarga-dokter. Di samping itu, pengetahuan dan pendidikan yang cukup sangat diperlukan untuk memiliki kompetensi klinik sebagai syarat untuk menjadi advokat klien. pengetahuan yang tinggi tentang peran advokat klien dapat menjadi pendukung bagi perawat utnuk menerapkan peran advokat secara optimal.2018-09-30T00:00:00+09:00Copyright (c) 2018 Zeth Roberth Fellehttps://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/17EFEKTIFITAS PIJAT BAYI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 4 - 6 BULAN DI PUSKESMAS HEDAM DISTRIK ABEPURA KOTA JAYAPURA2018-12-29T14:54:38+09:00Nasrah Nasrahzethfelle@gmail.comI Ketut Swastikamsahiddin@gmail.comKismiyati Kismiyatisahidinmuhammad@ymail.comPemberian stimulus yang diberikan sesaat setelah bayi lahir memberikan efek yang sangat penting pada perkembangan kemampuan motorik dan adaptasi sosial di masa perkembangan bayi hingga dewasa nanti. Penelitian ini bertujuan untuk menganaliasa efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 4 - 6 bulan. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan pendekatan pre and post test desain with control group desain. Jumlah sampel penelitian sebanyak 16 bayi yang terbagi atas dua kelompok, yaitu kelompok perlakukan (8 bayi) dan kelompok kontrol (8 bayi). Hasil penelitian bahwa hasil analisa bivariat menunjukkan tindakan massage memiliki pengaruh yang positif terhadap peningkatan pertumbuhan dan perkembangan. Pada pertumbuhan (berat badan) diperoleh nilai p = 0,017. Pada pertumbuhan (panjang badan) diperoleh nilai p = 0,012 atau < 0,05, Hal ini membuktikan efektifitas pemijatan terhadap pertumbuhan (panjang badan). Pada perkembangan diperoleh nilai p = 0,028 atau < 0,05. Hal ini menunjukan bahwa ada pengaruh antara pemijatan dengan perkembangan bayi. Pemijatan yang dilaksanakan secara rutin pada bayi dengan gerakan pemijatan pada kaki, perut, dada, tangan, punggung dan gerakan peregangan dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi.2018-09-30T00:00:00+09:00Copyright (c) 2018 https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/16SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PROGRAM PENANGGULANGAN HIV/AIDS DI KABUPATEN JAYAWIJAYA, PAPUA2018-12-29T14:54:38+09:00Muhamad Sahiddinmsahiddin@gmail.comTheresia Resubunmsahiddin@gmail.comAngka penderita HIV/AIDS yang tinggi menjadi salah satu masalah kesehatan di Kabupaten Jayawijaya. Keadaan sumber daya manusia dari sisi jumlah, kualifikasi, distribusi dan kapasitas menjadi salah satu faktor utama dalam penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Jayawijaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keadaan sumber daya manusia dalam program penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Jayawijaya. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam pada 18 inforaman dan 1 kelompok Focus Group Discussion (FGD). Penentuan informan penelitian dengan prosedur purposive, yang terdiri pejabat Dinas Kesehatan Kabupaten, Komisi Penanggulangan AIDS Daerah, Kepala Puskesmas, Pemegang Program HIV/AIDS dan Non Government Organization. Hasil penelitian menunjukkan sumber daya manusia untuk program penanggulangan HIV AIDS di Kabupaten Jayawijaya masih terjadi masalah pada sisi jumlah, kualifikasi, distribusi maupun peningkatan kapasitasnya. Kekurangan tenaga HIV AIDS terjadi pada tingkat Dinas Kesehatan dan Unit Pelayanan di Puskesmas. Hal ini menyebabkan penumpukan beban kerja tenaga karena harus merangkap sebagai programer kegiatan lainnya. Jenis tenaga HIV AIDS yang tidak mencukupi adalah tenaga analis kesehatan (tenaga laboratorium), tenaga apoteker, dokter, dan tenaga konselor HIV AIDS. Distribusi tenaga kesehatan masih banyak yang berpusat di daerah perkotaan. Dari sisi peningkatan kapasitas, Dinas Kesehatan telah rutin melakukan pelatihan kepada tenaga HIV AIDS, tetapi masalah yang terjadi adalah adanya fenomena pindah tugas tenaga kesehatan yang telah mengikuti pelatihan.2018-09-30T00:00:00+09:00Copyright (c) 2018 https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/15HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DAN PENERAPAN KOMPETENSI PENDOKUMENTASIAN PROSES KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOK II JAYAPURA2019-08-06T10:35:45+09:00Marselius Fatiemarseliusfatie@gmail.comZeth Roberth Fellezethfelle@gmail.comDokumentasi yang baik mencerminkan kualitas perawatan dan yang membuktikan pertanggung jawaban setiap anggota tim perawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan penerapan kompetensi perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dok II Jayapura. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross seksional (potong lintang). Adapun sampel dari penelitian ini adalah seluruh populasi ruang rawat nginap yang ada di RSUD Dok II Jayapura yang berjumlah 434 orang, namun metode pengambilan sampling yang digunakan adalah secara purposive. Hasil penelitian menunjukan bahwa item identitas pasien yang paling banyak diisi dengan nilai 36,7%, riwayat kesehatan 26,7%, pemeriksaan fisik, pola kebiasaan dan data penunjang didapatkan hasil yang sama yaitu 6,7%, sedangkan untuk data psikologis, data sosial, dan data spiritual masing-masing 3,3%. presentase pencatatan masing-masing item yang dinilai adalah sebagai berikut: Pencatatan tanggal dan jam 53,3%, identitas perawat dan nomor urut diagnosa diperoleh hasil yang sama 50%, dan sifat diagnosa keperawatan aktual/risiko 43,3%, diagnosa keperawatan sesuai dengan rumusan PES/PE 40%, sedangkan pencatatan untuk data subjektif dan objektif didapatkan nilai 10%. Pada item penulisan intervensi berdasarkan prioritas 46,7%, intervensi keperawatan dibuat dengan rumusan tujuan 40% dan tujuan dibuat dengan kriteria SMART 23,3%. Item pencatatan jam 60%, tanggal 53,3%, sedangkan tindakan dibuat dengan rumusan tujuan dan tindakan kolaborasi menunjukkan nilai yang sama 50%, pencatatan identititas perawat 36,7%, respon klien terhadap tindakan 3,3%, dan untuk revisi tindakan berdasarkan evaluasi didapatkan 0% karena tidak ada yang melakukan pencatatan untuk bagian ini. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan pendokumentasian asuhan keperawatan, dimana dari sisi kuantitas pencatatan lebih sering dilakukan oleh perawat dengan latar belakang pendidikan DIII keperawatan.2018-09-30T00:00:00+09:00Copyright (c) 2018 https://jktp.jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/14PENURUNAN NYERI DENGAN KOMPRES DINGIN DI LEHER BELAKANG (TENGKUK) PADA PASIEN POST HEMOROIDEKTOMI TERPASANG TAMPON2018-12-29T14:54:38+09:00Rohmani Rohmanimsahiddin@gmail.comDebi Dahliadokumenpanting@gmail.comLestari Sukmarinidokumenpenting@gmail.comPasien post hemoroidektomi yang terpasang tampon mengalami nyeri akibat adanya spasme internal yang disebabkan oleh regangan dan tekanan syaraf perifer dikanalis analis. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh kompres dingin di leher belakang (tengkuk) terhadap penurunan nyeri pada pasien post hemoroidektomi yang terpasang tampon. Penelitian ini menggunakan quasi experiment pre test post test design with control group dengan jumlah responden yang didapat dengan teknik concecutive sampling. Pengukuran skala nyeri menggunakan visual analog scale (VAS) dengan skor nyeri maksimal 8. Hasil uji Friedman menunjukkan adanya perbedaan rerata penurunan nyeri yang diberikan kompres dingin ditengkuk dengan p-value 0,0001. Tindakan kompres dingin lebih efektif dibandingkan dengan terapi standar dalam menurunkan skala nyeri pasien post hemoroidektomi yang terpasang tampon. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur penurunan nyeri dengan kompres dingin di leher belakang pada pasien post hemoroidektomi terpasang tampon.2018-09-30T00:00:00+09:00Copyright (c) 2018